[2]

9.2K 1K 265
                                    


sinar matahari yang terpancar dari jendela mengganggu kenyamanan tidur jeno, argh jeno bersumpah serapah kepada kebiasaan renjun yang membuka gorden saat pagi datang.

jeno bangkit dari kasurnya dan mengusak kedua matanya, berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih mengawang.

pintu kamar terbuka dan menampilkan renjun yang dibalut oleh apron, renjun menaruh kedua tangannya di pinggang, "jeno kamu lihat ini jam berapa?" tanya renjun dengan nada marah.

jeno mengalihkan pandangannya menuju jam dinding, pukul sepuluh pagi. "jangan mentang mentang hari ini libur kamu jadi malas bangun!" renjun menarik kedua tangan jeno untuk berdiri, "ayo makan" ajak renjun. "hmm" gumam jeno, ia hanya mengikuti renjun yang menarik tangan kanannya menuju ruang tengah.

"cuci muka dulu" suruh renjun lalu mendorong jeno menuju kamar mandi.

jeno keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut yang sedikit basah, ia menggelekan kepalanya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. pandangannya langsung tertuju pada renjun yang sedang menonton tv sembari mencemilkan apel.

jeno mendudukan dirinya di samping renjun lalu memeluk pria mungil tersebut dari samping. "jeno makan dulu, aku sudah buat sarapan" suruh renjun, "hmm" gumam jeno, matanya masih menatap tv yang menampilkan drama kesukaan renjun.

renjun menaruh apelnya di atas meja lalu beralih untuk menyingkirkan jeno yang memeluknya, "mau kuambilkan makan?" tanya renjun saat dirinya sudah berhasil lepas dari pelukan jeno. "aku ingin makan oatmeal" pinta jeno, renjun menggeleng "tidak, aku sudah masak sup tulang" tolak renjun.

jeno menghela nafas, "aku tidak ingin makan sup tulang, aku ingin oatmeal" pinta jeno lagi, renjun tetap menggeleng, "kamu akan makan masakanku" sanggah renjun. jeno berdiri dari duduknya lalu menampar pipi renjun, "aku tidak ingin makan masakanmu, bodoh" ucap jeno lalu meninggalkan renjun ke dapur.

renjun meringis merasakan panas di pipi kirinya, tamparan jeno terlalu keras untuk renjun, meskipun sudah sering kali terjadi tapi tetap saja renjun kesakitan. renjun menahan tangisnya, tamparan jeno mungkin akan membekas setelahnya, renjun berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas untuk mengambil es batu.

mata jeno memperhatikan setiap gerakan renjun yang mengompres pipinya di depan kulkas, mulutnya masih mengunyah oatmeal yang ia seduh sendiri. beberapa kali jeno mendengar renjun yang meringis sakit saat es batu itu menyentuh permukaan kulitnya, jeno menaruh mangkuk sarapannya lalu tanpa rasa bersalah membantu renjun mengompres pipinya.

jeno mengecup pipi kiri renjun, "injun mau oatmeal?" tanya jeno yang masih mengusap pipi renjun. "aku sudah makan tadi" tolak renjun, jeno menatap renjun tajam, "baiklah kalau begitu jangan makan sampai minggu depan, seharusnya itu cukup" jeno kembali pada mangkuk sarapannya, "sampai aku tahu kamu makan, aku tidak segan segan menghajarmu" lanjut jeno dengan nada santai. renjun menghela nafas, tidak mengerti dengan jalan pikiran kekasihnya.

°too much°

malam dan pagi ini jeno benar benar tidak memberi renjun makan, buktinya sekarang semua lemari makanan dikunci oleh jeno, bahkan kulkas pun terdapat alaram keamanan yang langsung terhubung pada ponsel jeno.

renjun meringkuk di atas kasur, perutnya memberontak karna dari semalam renjun tidak memberinya apapun, renjun menutup mata rapat rapat guna menahan rasa sakitnya, sepertinya magh renjun kambuh dan bodohnya renjun menaruh obat magh di dalam lemari makanan yang jeno kunci.

renjun berjalan gontai menuju lemari lalu membuka persembunyian rahasianya untuk menyimpan barang pribadi miliknya, renjun mengambil ponsel lalu menyalakan ponsel tersebut, ia lekas menekan nomor jisung setelah ponsel tersebut menyala.

puluhan notif chat dari jisung membuat ponsel renjun terus terusan bergetar, renjun tidak ada niatan untuk mengecek isi notif tersebut. nada sambung terdengar dari ponsel renjun sebelum akhirnya nada itu berubah menjadiㅡ

"jadi kamu mempunyai ponsel, injun?"

jantung renjun berdegup kencang, melupakan rasa sakit dari magh-nya. terdengar suara rintihan dari seberang sana.

"hyuㅡng, jangan sakㅡsakiti renjun hyung. aku mohon"

renjun menangis, pikiran buruknya benar benar terjadi. jeno pamit bukan untuk bekerja tapi untuk menghajar satu satunya teman milik renjun, seharusnya renjun tahu jika jeno tidak secepat itu melupakan masalah dan seharusnya renjun melarang jeno untuk bekerja dengan alasan dirinya ingin berduaan dengan jeno. renjun hanya mengeluarkan isakan dan merutuki betapa bodoh dirinya.

"injun? kamu menangis? astaga, tunggu aku akan pulang secepatnya" final jeno lalu memutuskan sambungan telfon tersebut.

tubuh renjun yang bersandar pada lemari merosot ke bawah, ia menangis sesenggukan. rasanya renjun ingin mengakhiri hidupnya saja.

°too much°


please, jangan benci jeno asli. aku jadi bingung sendiri dan ngerasa bersalah kalo kayak gitu, aku mohon jadilah pembaca yang cermat! ^^

thank you for your support guys!

thank you for your support guys!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ɴᴇғᴀʀɪᴏᴜs: [1] too much °noren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang