KKEB 1

5K 530 67
                                    

"Jodoh itu kayak 'Alif Lam Mim' ayat pertama surat Al-Baqarah, artinya yaitu hanya Allah yang tahu."

***

Nida baru saja selesai tilawah saat sang ayah pulang dari mesjid. Gadis lulusan pesantren itu segera ke dapur menemui ibunya yang tengah menyiapkan kue basah untuk dibawa ke toko kue di pasar.

"Nanti kamu mampir ke rumah Bu Amir, berikan satu kotak besar ini ke beliau," pesan sang ibu. Sejenak Nida menatap perempuan yang melahirkannya dua puluh tahun lalu itu.

"Rumah Bu Amir, Bu?" tanyanya memastikan.

"Iya, kenapa?"

Gadis berjilbab putih itu menggeleng. Ia melanjutkan memasukkan kue-kue ke dalam keranjang.

Keluarga Pak Amir adalah keluarga terpandang di lingkungannya. Seorang pekerja keras dan sukses memiliki beberapa toko bangunan di kotanya, tapi tetap rendah hati. Hal itu yang membuat keluarga mereka disegani. Mereka memiliki dua orang anak, seorang anak laki-laki yang tengah kuliah di luar kota dan satu lagi seorang perempuan masih SMA.

"Bu, Nida pergi sekarang ya." Gadis itu merapikan jilbabnya kemudian menjinjing keranjang berisi kue-kue.

Nida sendiri adalah anak tunggal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Pak Yanto membuka bengkel sepeda motor di rumah, sementara ibunya setiap hari membuat beberapa macam kue basah untuk dititipkan di toko kue.

Sebenarnya ia memiliki keinginan untuk sekolah di universitas, tapi karena keterbatasan ekonomi, Nida memilih untuk mengikuti kursus menjahit serta mengajar anak-anak mengaji di musola dekat rumah.

Dengan mengendarai motor, gadis itu melaksanakan tugas hariannya. Seperti yang diperintahkan sang ibu ia terlebih dahulu ke rumah Bu Amir.

"Kak Nida!" Seorang gadis berseragam abu-abu baru saja keluar dari pintu menyapanya.

"Kiki! Mau berangkat sekolah?" Gadis bermata sedikit sipit itu mengangguk.

"Udah ditunggu ibu kuenya, Kak. Oh iya, habis maghrib nanti Kiki ke rumah Kak Nida ya, ada pelajaran agama yang Kiki nggak ngerti," ucapnya seraya melangkah menjauh. Kiki dan Nida sudah seperti kakak adik.

Gadis belia itu acapkali meminta dirinya untuk mengajar ngaji juga pelajaran agama. Melalui Nida- lah, Kiki akhirnya berjilbab. Hal itu tentu menjadi kebahagiaan bagi keluarga Pak Amir. Mereka sangat berterima kasih khususnya pada Nida.

***

Seorang pria tengah fokus di depan komputer jinjing, sesekali dari mulut keluar asap berasal dari rokok yang terselip di antara jarinya. Dengan headset di telinga, ia terlihat serius sehingga tak menyadari telepon selulernya berbunyi sejak tadi.

"Woi, Saka! Telepon tuh. Dari Maya kali!" Adit kawan sekamar melemparnya dengan bantal.

"Ck! Apaan sih?"

Adit menunjuk dengan dagu ke arah ponsel yang bergetar. Malas pria beralis tebal itu menerima panggilan.

"Ya, Bu?"

"____"

"Nggak bisa, Bu. Saka ...."

"___"

"Tapi, Bu. Saka kan ...."

"___"

"Bu, dengarkan Saka du ...."

Lelaki memiliki belah di dagu itu mendengkus melempar alat komunikasi itu ke kasur. Seolah tak terjadi apa-apa ia kembali meneruskan pekerjaannya.

Karena Kutahu Engkau Begitu ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang