KKEB 5

2.8K 444 48
                                    

Saka masuk rumah setelah melepas kepergian kedua temannya. Masih terngiang ucapan Maya barusan. Gadis itu terang-terangan mengatakan bahwa mencintai dirinya. Benar kata Adit, bisa jdi dia salah terlalu banyak membuka hati pada siapa saja. Namun, ia memang tak pernah terlintas di kepalanya untuk menjadikan satu di antara gadis-gadis itu kekasih.

Lelaki berambut gondrong itu meletakkan tubuh di sofa, meraih gitar perlahan memainkan.

"Mas, tamunya ke mana?" tanya Kiki yang baru saja keluar dari kamar. Saka hanya mengangkat bahu kemudian kembali fokus ke dawai gitarnya. Kesal diacuhkan, Kiki menghempaskan tubuh dekat dengan Saka.

"Kenapa sih, wajah lecek gitu?"

"Mas!"

"Hmm."

"Tamunya tadi ke mana?"

"Tamu yang mana?" Saka santai masih memainkan gitar.

"Mbak Maya ... ke mana Mbak Maya?" sergah Kiki.

"Balik udah."

Mata sang adik membulat mendengar jawaban itu. Bagaimana mungkin belum juga satu jam mereka tiba, sekarang keduanya telah kembali ke kota. Kiki merasa ada yang tidak beres. Ditatapnya Saka intens, tapi sang kakak justru tak merasa.

"Mas!"

"Ck, apa sih!"

Pria itu akhirnya merasa terganggu. Tatapan Kiki ia balas kesal.

"Mas ngusir mereka ya? Atau Mas berantem sama Mbak Maya? Atau ...."

"Atau apa?" selanya.

"Atau ... Mas putus ya sama Mbak Maya?"

Saka tak bisa menahan tawa melihat ekspresi sang adik, terlebih mendengar ucapan gadis itu barusan.

"Anak kecil mau tahu aja nih!" Ia mencubit pipi sang adik gemas, "Emang tahu dari mana Mas pacaran sama Maya?"

"Eh, jadi Mas nggak pacaran?"

Saka menaikkan alisnya tersenyum.

"Syukurlah! Sebab kata Mbak Nida pacaran itu ...."

"Akan menimbulkan murka dari Allah dan termasuk perkara yang sia-sia," sambutnya kembali fokus ke gitar.

"Kok Mas tahu?" Antusias Kiki menatap sang kakak.

"Tahu lah! Apa sih yang Mas nggak tahu ...."

Bibir Kiki mengerucut.

"Mas pasti tadi diam-diam dengerin, 'kan?"

Saka menggeleng.

"Mana, Ki?"

"Mana apaan?"

"Kamu bilang Nida titip sesuatu buat Mas?"

Kiki sontak menutup mulutnya menahan tawa, mengatakan bahwa dirinya hanya iseng dengan maksud supaya Maya terbakar cemburu.

"Dasar jail!"

"Ciee, yang penasaran sama Mbak Nida cieee ...."

Saka kembali mencubit sang adik kali ini lebih kuat, membuat Kiki memekik.

***

Nida berlari kecil menghindari rinai hujan yang semakin deras sore itu. Seperti sore biasanya ia selalu berangkat mengajar di musola. Namun, rupanya hujan tak ingin kompromi, tetes air dari langit itu semakin riuh membasahi tanah.

Ia terpaksa berteduh di bawah pohon rindang. Dua hari lagi seluruh ummat Islam menyambut bulan suci Ramadhan. Antusiasme anak-anak didiknya dalam merayakan penyambutan sudah jauh hari mereka rencanakan. Akan ada kirab Ramadhan keliling kampung,dan tentu saja ia bertanggung jawab penuh akan pelaksanaan acara tersebut.

Karena Kutahu Engkau Begitu ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang