Jangan berharap lebih, karena kamu hanya ditakdirkan untuk bertemu tapi tidak ditakdirkan untuk bersama*Isran_98
***
Pagi sekali Saka tiba di rumah. Tak seperti biasa ia kini jadi sering pulang. Hal itu tentu saja membuat kedua orang tuanya bahagia. Skripsinya pun sudah tinggal bab akhir. Menurut jadwal, jika ia bisa merampungkan tugas akhir maka ia akan bisa mengikuti wisuda akhir tahun.
"Mas! Tumbenan belakangan sering pulang?" Kiki bertanya saat Saka baru saja turun dari mobil.
"Jadi nggak suka nih kalau Mas sering pulang? Ya udah, Mas balik lagi." Sak kembali membuka pintu mobil.
"Eh, jangan dong! Ish, ngambekan!"
Saka tertawa, ia mengikat rambutnya ke belakang hingga terlihat kulitnya yang melepuh tepat di tempat tatonya. Hal itu membuat Kiki membulatkan mata.
"Mas, itu ... kenapa?"
"Oh ini, nggak apa-apa. Mau berangkat sekolah kan? Mas antar yuk!"
Gadis berjilbab dan berseragam putih abu-abu itu tak percaya dengan apa yang ia dengar. Lagi-lagi ia heran dengan sikap sang kakak.
"Mau diantar nggak?"
Tanpa berucap, segera Kiki masuk ke mobil.
"Mas, itu kenapa kulit Mas melepuh gitu? Pasti sakit banget ya?"
Saka tersenyum mengatakan bahwa dirinya kuat. Kiki membalas ucapan sang kakak dengan mencubit lengannya.
"Ki, ajari Mas ngaji dong!"
Kening gadis itu berkerut menatap Saka. Namun, tak lama terlihat ia mengulum senyum.
"Ini ada hubungannya dengan ...."
"Dengan apa?"
"Dengan Mbak Nida nggak?" Mata Kiki mengerjap seraya memainkan alis. Saka mengulum senyum melihat ekspresi sang adik.
***
Saka menepikan mobil saat ia melihat Nida baru saja keluar dari sebuah rumah kursus. Matahari siang itu terasa sangat menggigit. Ia hanya bisa menatap dari jauh, mengingat pasti gadis itu akan menolak jika ia menawarkan diri memberikan tumpangan.
Saat Nida melangkah, ia mencoba perlahan menjalankan mobilnya. Meski ragu, akhirnya ia mencoba memberanikan diri menyapa.
"Butuh tumpangan?" Saka membuka kaca mobil.
Nida menoleh menghentikan langkah.
"Terima kasih." Dengan seulas senyum ia mengangguk sopan lalu terus berjalan.
Ia hanya sedikit menarik bibir melihat Nida pergi. Ia tahu hal ini akan terjadi.
"Aku rasa kamu memang bukan gadis biasa. Tunggu sampai kamu tak lagi bisa menghindar, Nida," gumamnya.
***
Keinginan untuk bisa lancar membaca ayat suci, membuat Saka harus berusaha keras untuk tidak kesal pada sang adik. Kiki didaulat olehnya untuk menjadi mentor tunggal agar ia bisa memperbaiki bacaannya. Setidaknya sudah hampir dua minggu ia mengikuti apa yang disarankan oleh sang adik.
"Selain melancarkan bacaan, Mas juga harus menghapal surah- surah pendek!"
"Harus ya?"
"Iya dong! Keberatan?"
"Oke- oke, siap!"
Kiki tersenyum puas. Ia tahu sang kakak tengah berusaha memperbaiki diri. Hal itu ia dukung dengan senang hati. Meski ia sendiri terheran heran atas perubahan Saka. Pria itu sendiri tak ingin perubahannya dikaitkan dengan Nida seperti yang dipikirkan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kutahu Engkau Begitu ( End )
EspiritualKisah Badboy bertemu dengan gadis pesantren. Langsung baca aja deh ya😁😘 Jangan lupa follow dulu, biar kita lebih dekat ... tsaah😅 #kibas_jilbab😁