KKEB 2

3.6K 469 52
                                    

"Lelaki bilang, 'Zaman sekarang nyari wanita shalihah susah!' wanita bilang, 'Zaman sekarang nyari lelaki shalih susah!' pertanyaannya, 'Kenapa sibuk mencari, bukan menjadi?'."

***

"Kiki nggak akan keluyuran, Bu. Kiki mau fokus belajar ngaji sama Mbakk Nida aja. Oh iya, kalau ke rumah Kak Nida boleh, 'kan?"

Bu Amir mengangguk setuju.

"Kalau ke rumah  Mbak Nida, nggak apa-apa, Ki." Sang ayah ikut menengahi.

"Yes!" Kiki mengepalkan tangan mendengar ucapan ayahnya.

Saka beranjak dari duduk menuju kamar menghindar dari pertanyaan orang tuanya tentang kuliah.

"Ke mana, Mas?"

"Capek, mau tidur!"

"Tumben, biasanya main gitar di teras?" Ibunya menimpali.

Saka tersenyum menyadari sang ibu tak lupa dengan hobinya.

"Ibu mau dengar Saka nyanyi?" tanyanya menghampiri Bu Amir.

"Boleh, tapi ibu akan lebih senang lagi kalau dengar kamu ngaji. Iya, 'kan, Yah?"

Pak Amir mengangguk setuju. Sementara mata Kiki mengerjap menatap kakaknya.

"Ah, kenapa semua ngeliatin Saka, sih? Iya, nanti Saka belajar ngaji deh ... Ki! Ajari Mas ngaji ya." Lelaki jangkung itu menatap gadis yang masih mengenakan jilbab itu.

"Beres, Mas!" Ia mengacungkan jempol sambil tersenyum.

"Emang kamu udah lancar ngajinya, Ki?" sela ibunya.

"Paling nggak lebih baik lah, Bu. Jika dibandingkan dengan Mas Saka," balasnya tergelak. Saka hanya tersenyum kecut mendengar penuturan itu.

***

Nida tengah menyelesaikan jahitan tugas dari guru les-nya saat sang ayah memanggil. Kedua orang tuanya ikut mengantar rombongan Bapak dan Ibu Amir ke Bandara pagi itu.

"Kamu di rumah aja, nggak usah ke mana-mana," tegas ayahnya.

Pak Yanto adalah sosok ayah yang tegas dan disiplin. Nida adalah putri tunggalnya yang ia ajarkan untuk melaksanakan semua kewajiban sebagai seorang muslimah. Ia tak ingin anak perempuannya itu menjadi abai terhadap agama. Oleh karena itu sejak Nida lulus sekolah dasar, Pak Yanto memasukkannya ke pesantren.

"Nida, kami kemungkinan akan datang siang atau sebelum ashar, Nak." Ibunya keluar dari kamar dengan mengenakan gamis hijau serasi dengan jilbabnya.

"Ibu cantik sekali!" pujinya.

Sang ibu tersenyum mendekati Nida.

"Ingat pesan ayahmu. Jangan ke mana-mana."

"Iya, Bu. Lagian Nida juga sibuk nih ngerjain tugas dari Bu Sundari." Bu Sundari adalah guru les jahit yang juga teman ibunya.

Setelah kedua orang tuanya pergi, Nida mengunci pintu kemudian kembali melanjutkan aktivitas.

***

Rombongan yang mengantar Pak Amir dan istri ada di mobil. Kedua orang tua Nida ikut bersama satu mobil dengan mereka. Sepanjang perjalanan Pak Amir dan Pak Yanto saling bertukar cerita. Demikian pula dengan Bu Amir.

"Jadi, Bu. Ini putra kami, mungkin Bu Yanto belum pernah lihat ya?" jelas Bu Amir pada ibu Nida.

Saka yang tengah mengemudi mengangguk tersenyum menatap lewat kaca kecil di atasnya.

Karena Kutahu Engkau Begitu ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang