5️⃣ | A LETTER

738 44 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A LETTER(SEBUAH SURAT)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A LETTER
(SEBUAH SURAT)



TIDAK ada tempat rebahan yang paling nyaman selain di kamar sendiri. Danial baru tahu itu setelah sebulan lebih menghabiskan malamnya di ranjang rumah sakit. Tidak ada perbedaan yang mencolok, kasurnya bahkan sama-sama empuk. Tapi tetap saja Danial merasa nyaman merebahkan badannya di tempat ini.

Klik.

Pergerakan pintu kamar terbuka dilanjutkan kedatangan seseorang mengambil perhatian dari Danial.

"Obatnya udah diminum?" tanya Linda.

Mendapatkan anggukan dari Danial membuat Linda tersenyum.

"Itu apa Mah?" perhatian Danial sedang terpaku pada amplop di tangan Linda. Aneh sekali dijam segini mamanya datang sambil membawa amplop. Okelah kalau misalnya sekarang masih jam delapan Danial akan mengira amplop itu untuk ke kondangan. Tapi nyatanya sekarang sudah larut.

"Oh, ini surat untuk kamu," Linda sempat mengudarakan benda tersebut sesaat sebelum mengulurkan tangan sekaligus memberikannya pada Danial.

Danial terlihat ragu di detik pertama. Dia juga sempat kepikiran, tentang siapa yang memberinya surat di jaman yang sudah modern ini. Apa mungkin dari pengagum rahasia? Tak mau memaksa akalnya berpikir keras membuat Danial mengambil alih surat tersebut dari tangan Linda.

Melihat pancaran mukanya jelas sekali Danial mencoba menebak pemilik suratnya. Membolak-balikkan surat itu, ia tak kunjung menemukan nama pengirim. Aneh!

"Dokter Ando yang ngasih itu ke mama," Linda menjelaskan. "Katanya surat itu dari gadis yang mendonorkan matanya untuk kamu."

"Kok ngasih ke Danial?" sambil menggenggam surat di tangan, Danial mendongak menghadap sang mama.

Linda mengedikkan kedua bahunya secara bersamaan, diikuti pergerakan mengangkat kedua sisi bibirnya yang saling bertaut, "Gak tau, dokter Ando yang nyuruh mama ngasih ini ke kamu."

Danial meletakkan surat itu di balik bantalnya.

●●●●●

PRIA itu mendudukkan tubuhnya di ranjang sambil mengembuskan napasnya yang mulai tak keruan. Meskipun telah meneguk air mineral yang ada di atas nakas, tetap saja perasaan takut itu masih bersemayam dalam dirinya.

Meraba tembok pria itu menyalakan lampu sehingga tampak cahaya putih membungkus ruangan yang tadinya temaram. Tak lupa menengok jam dinding ia menemukan angka 3 sedang ditunjuk oleh jarum pendek.

Aneh sekali, ia bertemu dengan pemilik suratnya dari dalam mimpi. Gadis itu menyuruhnya untuk membaca surat pemberiannya. Dan sebelum ia pergi gadis itu sempat mencolok matanya sendiri lalu memberikan kedua bola mata berlumuran darah itu kepada Danial.

"Huh," Danial mengusap dadanya, "Mimpi gue serem amat njir," lanjutnya. Tangan gemetarnya mulai membersihkan peluh di sekitar wajahnya.

Tangannya kemudian meraba-raba bantalnya. Surat yang disimpan dibalik bantal diambilnya. Cukup cepat tangannya membuka dan mengambil selembar kertas yang ada di dalamnya.

Lipatan kertas itu dibuka hingga terlihatlah sebuah rangkaian kata yang ditulis tangan pena berwarna merah. Dahi Danial sempat berkedut sebelum akhirnya ia mulai membaca isi suratnya.

Halo.....

Kenalin nama gue Terresa Mayer, singkatnya Tere. Umur gue 17 tahun. Gue adalah blasteran, bokap gue berkebangsaan Prancis sementara nyokap gue asli Jawa.

Kalo lo baca surat ini, itu artinya gue udah meninggal.

Gue mengidap leukemia sejak usia lima belas tahun. Hidup kadang gak adil ya... Sebelum Tuhan ngasih penyakit leukemia, gue udah tersiksa sama kelebihan gue yang bisa liat makhluk dari dimensi lain.

Orang-orang selalu bilang memiliki indra keenam adalah suatu hal yang paling menyenangkan, tapi bagi gue justru sebaliknya. Gue bahkan nganggep kelebihan itu sebagai bagian terburuk dalam hidup gue. Kalau diibaratkan, kebiasaan liat hantu itu tak ubahnya parasit dalam hidup gue.

Gue capek, kadang gue punya niatan bunuh diri untuk bebas dari mereka. Mereka terlalu menyeramkan.

Gak penting sih siapa gue yang sebenarnya. Di sini gue cuma pengin lo tau kalo mata yang lo pakai saat ini bisa liat mereka dari dimensi lain.

Sebelum gue jelasin lebih lanjut, gak lupa gue ucapin selamat karena lo udah bisa liat dunia lagi. Congrats yah... Jujur gue kagak kenal sama siapa yang nantinya nemu surat ini tapi yang harus lo tau kalo pemilik mata lo ini punya sisi terkelam.

Ya... Mata gue yang saat ini lo pake bisa liat hantu. Mau percaya atau gak semuanya kembali pada lo. Oh ya kalaupun nanti lo bisa liat mereka lo jangan kaget ya! Berpura-pura gak bisa melihat mereka hanyalah sebuah bentuk kesia-siaan, insting mereka terlalu kuat.

Gak mudah untuk hidup berdampingan sama mereka, gue harap lo kuat jalani ini semua.

Oh ya anggap aja mata itu sebagai hadiah dari gue.

-Terresa Mayer-

Suratnya mungkin hanya selembar tetapi cukup membuat otak Danial berputar. Aneh saja karena pemilik surat alias si pendonor mata beranggapan jika mata yang konon bisa liat hantu ini sebagai hadiah.

"Ngaco nih," Danial meremas dan membuang surat tersebut ke sudut ruangan.

Khawatir sih iya, tapi Danial tidak mau larut memikirkannya. 

~To be Continued~

●●●●●

Vote jangan ketinggalan guys! Makasih udah nyempetin untuk baca sampai jumpa di part selanjutnya❤

-2020.02.10-

Follow on instagram
@ikballautner

@ikbal1999

@ikbal1999

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A GIFT FROM HELL [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang