Ø3

835 126 8
                                    

______________________________________

"Hei Jung Wooyoung!" seru seorang anak memanggil anak yang lainnya

"Hm?" anak yang diketahui bernama Jung Wooyoung itu menyahuti sebuah suara yang memanggilnya dengan sebuah dehaman, lalu menatap pemilik suara tersebut.
"Ada apa?" balasnya.

Sang pemilik suara pun tersenyum manis ke arah anak laki-laki yang dipanggilnya, Jung Wooyoung.

"Jangan takut lagi akan kegelapan ya! Karena aku yang akan menerangi kegelapanmu, Jung Wooyoung. Aku yang akan terus menemanimu di setiap kegiatan! Aku yang akan menghangatkanmu di saat kau kedinginan! Jadi jangan takut saat kau sendiri! Ada aku disini Jung Wooyoung!" Ucap anak tersebut.

Kemudian berlari pelan ke arah anak kecil satunya, memeluk nya erat.

Yang dipeluk, balas memeluk erat, mencium pucuk kepalanya sayang.

"Terima kasih banyak" ucap Wooyoung

"Tidak perlu berterima kasih wooyoung-ssi, sudah kewajibanku, Karena aku yang akan menjadi Matahari mu! Aku---"

.
.
.
.
.

Deg...

Hosh.. Hosh..

Wooyoung terbangun dari tidurnya, dadanya sesak, kepalanya sangat berat, serta air mata yang meluncur deras di pipinya.

Wooyoung meminum air yang berada di meja sebelah nakasnya, mengusap air mata di pipinya dengan bingung, Kenapa dia menangis.

Bangun dengan badan sempoyongan, Wooyoung berjalan tertatih menuju dapur, mengambil obat sakit kepala, kemudian meminumnya.

Ia melirik jam di dapur.

"Baru Jam 3" batinnya.

Dirinya kembali ke kamar tidurnya, duduk di pinggiran kasur sambil sesekali mengingat mimpi apa yang dialami nya hingga membuat dirinya menangis.

Jeda beberapa menit, Wooyoung mengingat beberapa mimpinya.

'Aku Mataharimu'

Nuttt..nuttt..nuttt

"Akhhh"

Dadanya kembali diserang oleh rasa sesak yang amat menyiksa. Tangan besarnya meremat sprei. Keringat mengucur dari pelipisnya.

"Mengapa sakit sekali rasanya, kemana sebenarnya kau, matahari Jung Wooyoung, tega sekali menyiksaku seperti ini." Bergumam sembari menahan rasa sakit di dadanya.

*Wooyoung POV*

Aku merebahkan tubuh lemasku di atas kasur. Sepotong ingatan tentang matahari-ku perlahan terkumpul. Matahari yang berjanji akan selalu menyinariku disaat gelap tercipta. Matahari yang tidak akan meninggalkanku. Matahari yang akan selalu menghangatkanku di kala dinginnya malam. Kemana semua ucapan itu? Semuak itukah kau denganku hingga kau pergi dan tidak kembali sampai detik ini juga? Sekarang dingin sedang menyerangku, jika aku mengharapkan hadirmu di sini untuk menghangatkanku, apakah kau akan datang?

*Author POV*

Wooyoung terlelap dalam tidurnya, terlalu banyak memikirkan mataharinya membuatnya kelelahan. Bahkan hingga meneteskan air mata. Bisa kalian lihat seberapa sayangnya Jung Wooyoung terhadap Mataharinya yang hilang belasan tahun lalu.

______________________________________

Pagi hari datang, cahaya mentari masuk ke dalam melalui celah kain yang menutupi jendela kamar Wooyoung. Merasa terganggu, Wooyoung mengerjapkan mata nya berkali-kali guna untuk membiasakan penglihatannya terhadap cahaya yang menyinari wajah tampannya. Mendudukkan dirinya di pinggiran kasur sambil sesekali menguap, kemudian ia merenggangkan otot tangan nya yang kaku. Mata gelapnya melirik jam di dinding.

Incident√ WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang