______________________________________
Jam menunjukkan tepat di angka 14.50 yang tandanya 10 menit lagi bel pulang akan berdering nyaring, para siswa di kelas pria yang akrab dipanggil Young ini sedang memperhatikan guru yang berdiri di depan kelas dengan cerita masa kecilnya yang mengundang tawa seisi kelas.
Wooyoung mengusap wajahnya gusar, mendengarkan cerita gurunya, kembali teringat akan sahabat masa kecilnya, bayang wajahnya seakan akan terlintas dengan tidak sopannya di barisan sel otak Wooyoung.
Memutuskan untuk pergi keluar kelas dengan berdalih ingin ke toilet. Lantas sesaat setelah diizinkan, ia langsung bergegas keluar dari kelas yang menurutnya sangat membosankan itu dan menuju ke arah yang tidak tentu.
Badan tegapnya membawa dirinya mengelilingi koridor sekolah. Kemudian berhenti begitu saja saat melewati sebuah ruangan yang tertera tulisan "LAB IPA" di atas ventilasinya.
Mundur sejenak dan duduk di sebuah kursi panjang di depan LAB tersebut, sepinya suasana ditambah keheningan yang diciptakan dari Wooyoung sendiri adalah kombinasi yang sempurna untuk dinginnya suasana siang menjelang sore ini.
Wooyoung terdiam bisu, tidak berniat melakukan apa apa selain mereka ulang kejadian yang menimpanya dengan sahabat kecilnya. Tidak sanggup berfikir lebih jauh. Dadanya sudah sangat amat sesak jika mengingat semuanya. Tawa remeh terdengar sesaat ketika mengingat amnesianya yang membuat dirinya kehilangan sebagian ingatan tentang sosok kecil sahabatnya itu. Termasuk namanya. Hanya mengingat samar-samar, tidak terlalu jelas dan pasti. Matahari. Itu saja yang bisa diingat, sisanya? Hanya kenangan, wajah saja tidak ingat jelas.
Menyesal? Sudah pasti sangat. Wooyoung menyesali semuanya, seandainya dia tidak nekat membawa sahabat kecilnya ke tempat itu, pasti tidak akan seperti ini, tidak akan berpisah, tidak akan saling melupakan, dan yang terpenting dia tidak akan kehilangan mataharinya.
Namun semua sudah terjadi. Ingin menyesal seperti apa pun sudah tidak ada gunanya, Wooyoung hanya pasrah dan terus berusaha, tidak lupa berdoa kepada yang kuasa semoga "Matahari" nya selalu dalam keadaan yang baik-baik saja.
Kringgg
Bel memecahkan keheningan, membuat Wooyoung kaget karena pikiran kosongnya, hanya karena suara itu, semua pikiran kusut tentang sahabatnya hilang begitu saja. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kelas untuk mengambil tasnya dan pulang ke tempat kostnya. Iya, Wooyoung memilih untuk menyewa kost-an, dibanding tinggal bersama keluarganya yang terlalu posesif kepadanya sejak kejadian belasan tahun itu menimpa Wooyoung. Mendapat persetujuan dari keluarga pun sangat sulit dan butuh waktu lama untuk bisa meyakinkan mereka.
Aktivitas merapikan tasnya terhenti di kala seseorang menepuk bahunya.
Mingi, Pria brengsek, suka menjadikan wanita sebagai mainannya, akrab dengan Wooyoung. Sebetulnya Wooyoung dan Mingi itu satu jenis, brengsek nya dapet, gantengnya dapet. Bedanya Wooyoung tipe yang cuek, kalem. Sedangkan Mingi lebih berisik, pecicilan, dan suka menggoda siapa saja.
"Kemana kau pergi barusan? Toilet? Selama itu? Apa yang kau lakukan? Apakah onani bersama wanita di dalam HP mu?" Pertanyaan beruntun dilontarkan begitu saja dari mulut lemes Mingi, sembari merangkul pundak Wooyoung.
"Tutup mulut sampahmu keparat Min, toilet hanya kujadikan alasan supaya bisa keluar dari kelas memuakkan ini, mendengarnya bercerita membuat diriku mengingat kembali sosok itu" Sahut Wooyoung, ditepis pelan kemudian tangan yang berada dipundaknya, lalu melanjutkan aktivitas merapikan tasnya. Sudah selesai, disampirkan tas hitam bermerk "Puma" yang dibelinya bulan lalu. Dan melangkahkan kakinya ke luar kelas, meninggalkan Mingi yang sedang berkutat dengan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incident√ Woosan
Hayran KurguPerjuangan Pria bermarga Jung dan Choi yang mencari cinta sejatinya, lebih tepatnya, cinta yang telah hilang belasan tahun lalu. Bisakah mereka bertemu kembali? Atau mungkin pasrah dengan takdir yang mengharuskan mereka berpisah? Tidak ada yang tahu...