PROLOG

152 37 7
                                    

"Mimpi itu kembali datang untuk kali kedua. Meninggalkan serpihan lara dan beribu tanda tanya."

"Reygran, jangan pergi !. Aku mohon jangan tinggalkan aku !", isak tangis seorang gadis kecil yang berusia tujuh tahun. Ia tengah berlari mengejar sebuah mobil berwarna putih yang melesat begitu cepatnya hingga tak terlihat lagi di ujung jalan.

"REYGRAN !!", teriaknya lantas terduduk lemas di tengah jalan.

Dengan nafas yang memburu, Natalie membuka matanya. Ia mengusap keringatnya yang bercucuran. Air matanya mengalir begitu saja tanpa ia sadari. Rasa sesak menyelimuti dadanya.

"Mimpi itu lagi", ucapnya serak. Lalu, ia melirik jam yang bertengger manis di dinding kamarnya.

"Hah ?. Setengah tujuh ?", teriaknya gelagapan lantas berlari ke arah kamar mandi.

Setelah itu, ia menuruni anak tangga. Dengan tergesa-gesa, ia langsung meneguk susu putih yang sudah disiapkan oleh bi Inah.

"Nggak sarapan dulu, non ?", tanya bi Inah.

"Nggak sempet bi, buru-buru nih." Natalie bergegas memasuki mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

"Macet lagi. Apes banget gue hari ini", umpat Natalie menatap jalanan yang begitu ramai.

Tiba-tiba, handphone miliknya berdering. Ia menatap nama yang tertera di layar ponselnya.

"Mama ?", ucapnya lantas menjawab panggilan tersebut.

"Halo, ma. Ada apa ?", tanya Natalie.

"Kamu udah di sekolah ?", tanya mamanya di seberang telepon.

"Ini masih di jalan, ma. Kenapa ?."

"Nggak papa. Mama cuma mau bilang kalau mama udah mentransfer uang bulanan kamu."

"Oh iya, ma. Makasih."

"Ya sudah hati-hati di jalan !. Belajar yang bener."

"Siap bos." Lalu, sambungan telepon pun terputus.

Natalie menghembuskan nafas berat. Menahan rasa rindunya kepada mamanya.

"Mama apa kabar disana ya ?", batinnya.

Mengingat mamanya yang tinggal di Rusia, banting tulang untuk menghidupi kehidupan Natalie. Itu terjadi semenjak papanya dinyatakan meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu.

Mobil Natalie memasuki area sekolah yang sudah terpenuhi oleh siswa-siswi. Dengan setengah berlari, ia menyusuri koridor kelas. Ia menoleh ketika sebuah tangan bertengger di pundaknya.

"Kevin ?!", pekiknya.

Orang yang ia panggil Kevin itu pun tersenyum manis. "Tumben baru berangkat."

"Iya, kesiangan tadi bangunnya."

"Ini pasti karena semalam mimpiin aku, ya kan ?", ujar Kevin terkekeh.

"Sok tahu."

"Ekhem.. Nempel terus", seru seseorang dari arah belakang. Natalie dan Kevin pun menoleh.

"Sirik aja lo, anak cabe", umpat Kevin kepada orang itu yang tak lain adalah Gilang, temannya.

"Maklum, Vin. Jomblo nggak laku ya gitu", sahut Gerald, temannya juga.

"Kayak lo laku aja", ucap Gilang tak terima.

"Kenapa kalian masih berdiri disitu ?. Apa kalian tidak dengar bel sudah bunyi dari tadi ?", teriak bu Eti dengan tongkat kayu andalannya.

"Mampus, tuh guru malah nyamperin kita", ujar Gilang menepuk jidatnya.

"Ikutin aba-aba dari gue", ucap Kevin dan dibalas anggukan oleh mereka bertiga.

"Satu... dua... Kabooorr." Mereka pun berlari terbirit-birit.

Mereka memasuki ruang kelas Natalie yang sudah ramai.

"Kalian kenapa pada ngos-ngosan gini ?", tanya Meisya, teman Natalie.

"Abis dikejar gajah kesurupan", jawab Gilang.

"Kalau ngomong tuh dijaga mulutnya", ujar Gerald menabok mulut Gilang.

"Njir tangan lo asin banget, Rald. Abis makan garam ya lo ?."

"Iya, garam yang gue colong dari rumah lo. Puas ?." Gerald memutar bola matanya.

"Santai dong, Rald. Main ngegas aja lo", balas Gilang terkekeh.

"Mending kalian balik ke kelas deh. Bikin rusuh tahu nggak ?!", sahut Keila, teman Natalie juga.

"Neng Keila cantik, nggak boleh gitu. Ntar neng Keila kangen lagi sama abang. Kan repot jadinya", ucap Gilang tertawa receh.

"Terus gue harus bilang wow gitu ?."

"Udah Kei, aduin aja sama si Abim. Biar dibuat bonyok tuh muka oplasnya Gilang", ujar Gerald menyahuti.

"Neng Keila beneran pacaran sama si ketos jelek itu ?", tanya Gilang dengan wajah memelas.

"Sadar diri, bro. Muka lo sama dia itu perbedaannya jauh banget. Ibaratnya kayak langit sama bumi", ucap Kevin menyahuti.

"Gue langitnya kan ?."

"Suka-suka lo aja lah. Sia-sia debat sama lo."

"Ckk... gitu amat lo sama temen sendiri. Padahal nih muka udah gue polesin tipis-tipis ama bedak emak gue."

"Serius lo ?. Kok gue jadi ragu ya kalau lo itu cowok. Apa jangan-jangan..." Gerald menghentikan ucapannya.

"Jangan-jangan apa ?."

"Jangan-jangan emak lo dulu ngelahirin lo dalam wujud cewek", ujar Gerald tertawa terbahak-bahak.

"Mulut lo ya, Rald. Pengen banget gue tabok", maki Gilang.

"Malah pada ribut disini. Balik ke kelas sono !." Meisya berucap dengan geram.

"Nat, aku ke kelas ya. Belajar yang bener, jangan malah ngelamunin aku." Kevin mengusap lembut puncak kepala Natalie sembari terkekeh.

"Cepetan, woy !." Gilang menarik kerah belakang seragam Kevin.

"Sabar napa. Kecekik nih gue."

***

Hey hey hey🤗
Segini dulu ya part prolognya😊
Ini cerita kedua aku setelah ERGA, semoga kalian suka😇
Kuy vote & kasih komen di bawah😉
Selamat malam and happy reading, all^^
Jangan lupa follow😋

REYGRAN for NATALIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang