"Seperti ada yang hilang ketika tiba-tiba kamu memutuskan untuk pergi. Entah aku yang merasa sepi atau aku tengah membutuhkanmu saat ini."
Pagi itu, Natalie sedang berada di dalam perpustakaan yang sangat sepi. Hanya ada dirinya disana. Ya, sebab masih pukul 06.00 WIB. Hari ini, ia memutuskan untuk tidak lagi bermusuhan atau bertengkar dengan kedua sahabatnya. Sahabat ?. Tentu tidak lagi untuk Natalie. Keputusannya sudah bulat untuk melepaskan mereka dan Kevin. Begitulah Natalie. Ia tidak mudah memberi kesempatan kedua bagi siapa saja yang mencoba mengkhinatinya.
Mengingatnya, membuat hati Natalie kembali sakit. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyibukkan diri membaca beberapa novel di dalam sana.
"Baca apa ?."
Natalie sedikit terlonjak mendengar suara itu. Ia pun menoleh ke samping. Ternyata Davin, yang baru saja tiba dengan beberapa buku yang dia bawa.
"Ngapain lo kesini ?", tanya Natalie.
"Boleh gue duduk disini ?", ijin Davin.
"Hm."
Setelah meletakkan beberapa bukunya di atas meja, Davin langsung duduk di kursi kosong samping Natalie.
"Lo belum jawab pertanyaan gue", ujar Natalie.
Davin pun menoleh, menatap bingung ke arah Natalie. "Pertanyaan yang mana ?."
"Ckk.. Ngapain lo kesini ?", ketus Natalie. Entah kenapa, suasana hatinya sangat buruk pagi itu.
"Kenapa ?. Nggak boleh ?."
"Dulu aja lo nggak pernah mau kalau diajak ke perpus. Tapi sekarang, kenapa lo kesini ?. Pake bawa buku banyak lagi."
"Gue mau berubah. Salah ?."
Natalie sontak memutar kedua bola matanya. "Terserah", katanya lalu melanjutkan membaca novel.
"Nat !", panggil Davin lirih.
"Hm."
"Gue ada pertanyaan buat lo."
"Apa ?", ketus Natalie lagi. Ia masih tidak mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca.
"Nggak jadi."
Natalie menoleh ke arah Davin dengan tatapan kesal. "Ckk.. Berisik lo", ujarnya lalu kembali membaca novel.
"Nat !", panggil Davin lagi setelahnya.
"Ckk.. Apa ?. Kalau mau nanya, ya nanya aja", bentak Natalie yang masih kesal.
"Lo... masih ada rasa sama Kevin ?", tanya Davin sedikit berhati-hati.
"Bukan urusan lo."
Entah dorongan dari mana, Davin memberanikan diri menggenggam punggung tangan Natalie. "Nat, gue nggak mau lihat lo terluka lagi. Gue harap lo bisa jaga diri jika suatu saat gue nggak bisa ada buat lo."
Natalie membeku seketika. Ada apa dengan Davin ?, pikirnya. Lalu, ia menoleh ke arah Davin yang saat itu tengah menunduk. Natalie sangat ingin mengucapkan sepatah kata, namun terasa berat. Kata itu sulit untuk diucapkan.
Tiba-tiba saja Davin mengulurkan sebuah permen lolipop. Natalie hanya diam menatap permen lolipop di tangan Davin itu. Lalu, Davin meletakkan permen manis itu di atas meja.
"Gue pergi ya, Nat", ucap Davin lalu beranjak dari duduknya.
Davin keluar dari dalam perpustakaan tanpa sepatah kata apapun yang terlontar dari mulut Natalie. Entah kenapa, ia merasa Davin berbeda. Ada banyak pertanyaan yang memutar di kepalanya. Ada apa dengan Davin ?. Bagaimana Davin bisa tahu kalau dirinya menyukai permen lolipop sedangkan seorang pun tidak ada yang tahu sebelumnya ?. Begitulah yang dipikirkan Natalie. Ia masih diam sembari menatap datar permen lolipop yang tergeletak di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYGRAN for NATALIE
Teen Fiction[Cerita Kedua] Bercerita tentang seorang gadis bernama NATALIE LAKANZA ARSENIO. Natalie hidup dalam rasa penasaran akan ingatannya yang telah hilang. Ia pun sering bermimpikan hal aneh yang serupa. REYGRAN, nama itulah yang setiap kali hadir di dala...