BAB 5 - Hancur

43 12 8
                                    

"Bukankah aku sudah bilang ?. Aku tidak akan bisa lagi membangun kepercayaan yang telah dihancurkan. Aku tidak bisa lagi bersama orang-orang yang begitu mudahnya meninggalkan tanpa berpamitan."

Sepulang sekolah, Davin bergegas menemui mamanya yang sedang disibukkan memasak di dapur.

"Assalamu'alaikum ma", ucap Davin.

Mendengar suara itu, mamanya mengembalikkan badan. "Wa'alaikumsalam." Lalu, Davin menyalami tangan mamanya.

"Kok pulangnya sendirian ?. Kevin mana ?", tanya mamanya.

"Nggak tahu. Mungkin lagi main sama temen-temennya."

"Loh, kamu nggak ikut main sama mereka sekalian ?."

Davin menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Ada yang ingin Davin tanyakan ke mama."

"Soal apa ?", tanya mamanya sedikit antusias.

"Natalie. Aku pengen tahu tentang Natalie."

Lantas mamanya mematikan kompor. "Ayo duduk dulu !." Ia meminta Davin agar ikut duduk disampingnya.

"Apa yang ingin kamu ketahui tentang Natalie ?", tanya mamanya.

"Apa mama tahu siapa nama kedua orang tua Natalie ?."

Mamanya mendadak terkekeh. "Tentu saja mama tahu. Nama mamanya Natalie itu Medina Ayu Lakanza. Kalau nama papanya, Albert Pranaja Arsenio. Setahu tante, papanya itu sudah meninggal."

Davin terkejut bukan main. Dugaanya benar-benar terbukti. Natalie memang orang yang dia maksud.

"Ternyata bener. Gue harus ngejauhin Natalie gimana pun caranya. Jangan sampai Natalie mengetahui itu semua", ucap Davin dalam hati. Entahlah, apa yang sebenarnya ia pikirkan. Benar-benar membingungkan untuk dibicarakan.

"Vin ?!", panggil mamanya.

"Eh ?. Iya ma, kenapa ?", tanya Davin sedikit gelagapan.

"Kamu melamun ?."

Davin langsung menggelengkan kepala. "Nggak kok, ma."

"Kenapa kamu tiba-tiba ingin tahu soal Natalie ?", tanya mamanya lagi.

Davin kembali menggeleng. "Bukan apa-apa kok, ma. Aku hanya ingin tahu saja."

"Kalau gitu aku ke kamar dulu ya, ma", ijinnya lantas pergi meninggalkan dapur.

Ia pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Ia bersender di pintu yang baru saja ia tutup.

"Kenapa rasanya sakit sekali menerima kenyataan ini ?. Kenapa gue harus kembali ke masa lalu itu lagi ?. Kenapa harus dia ?", batinnya sambil memukul-mukul pelan dadanya yang terasa sesak.

🍻🍻🍻

Paginya, dengan langkah yang menggebu-gebu Natalie mencari keberadaan kedua sahabatnya. Emosi, marah, kecewa bercampur jadi satu. Itulah yang dirasakan Natalie.

Sampainya di dalam kelas, ia langsung menghampiri Meisya yang saat itu tengah asyik berbicara dengan Keila. Tiba-tiba saja Natalie mendorong Meisya dengan kasar. Hal itu tentu saja mengejutkan Meisya dan Keila.

Meisya yang mendapat perlakuan seperti itu langsung bertanya kepada si pelaku. "Lo kenapa sih, Nat ?. Main dorong orang aja."

"Lo masih tanya kenapa ?. Lo pikir gue nggak tahu ?. Semua yang lo sembunyiin dari gue udah terbongkar", jelas Natalie dengan wajah yang merah padam.

REYGRAN for NATALIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang