Epilog : Heartbeat

2.8K 210 39
                                    

Di usia dua belas tahun, Yoongi sudah merayakan upacara pemakaman untuk orang yang sangat dia sayangi. Jungkook direncanakan untuk dimakamkan esok harinya dan sekarang anak itu semalaman berada di rumah duka. Yoongi berhasil untuk mengendalikan dirinya agar tidak gila setiap hari setelah kepergiannya.

Dia terus menatap kosong jasad adiknya yang terbaring kaku dalam peti mati. Dia adalah yang paling muda tapi justru dia yang lebih dulu pergi dari keluarga. Perjalanannya masih sangat panjang. Hari ini tepat usianya tujuh tahun dan rasanya semua itu sia-sia. Jungkook hanya bersama mereka selama enam tahun lamanya.

Jaehan dan Seoyun yang paling menyesal. Tapi tindakan mereka khususnya Jaehan juga tidak bisa disalahkan. Semua mereka lakukan demi kehidupan Jungkook. Jaehan melihat ada donor jantung dan kemudian dia juga ingin menyelamatkan putranya. Namun Jaehan juga tetap mengakui bahwa caranya adalah salah dan berakhir seperti ini. Hukuman mereka teramat berat.

Berbeda dengan Jaehan dan Seoyun yang masih mampu berbicara dengan para pelayat, Yoongi hanya terdiam sambil menatap lurus pada wajah Jungkook tanpa melakukan atau memikirkan apa-apa.

Seokjin juga hanya bisa menatap sahabatnya dengan prihatin. Jika sudah seperti ini, Yoongi tidak akan bisa ceria meski dengan guyonan apapun. Dia kemudian mendekat pada Yoongi dan merangkul kedua bahu Yoongi disana. Ia ikut menatap raut tenang Jungkook yang tidak pernah Seokjin sangka kalau dia akan melihatnya secepat ini.

"Kookie mendapatkan hadiah terbaik disisi Tuhan. Aku yakin, Yoon"

Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Mungkin kalimat itu sangat cocok dengan keadaan Yoongi saat ini karena sedari tadi, dia tidak merespon sapaan atau kalimat duka apapun dari teman-temannya yang datang selain Seokjin.

Dari sudut ini, satu tetes air mata Yoongi jatuh lagi perlahan. Tanpa berkedip dan tanpa bergerak sedikit pun, Yoongi membiarkannya. Kedua mata itu sudah memerah dan sembab. Kedua kelopaknya sudah sangat membengkak dan Yoongi juga bisa merasakan kedua matanya terasa begitu panas sepanas hatinya.

***

Keesokan harinya. Dengan iringan lagu kerohanian, peti yang berisikan Jungkook itu diturunkan. Yoongi yang awalnya pandangannya kosong kini mulai tersadar. Jiwanya seolah kembali dan kepalanya menoleh cepat, "Kookie, Kookie... Kookiee, dimana, Dek?" pertanyaan Yoongi membuyarkan kesedihan semua orang yang sedang berduka seperti dirinya.

"Kookie!" teriaknya yang kemudian berusaha untuk ikut masuk dalam lubang tanah yang sudah dibuat untuk adiknya. Secepat yang ia bisa, Seokjin meraih kedua lengan Yoongi dan mencegahnya untuk bergerak lebih jauh.

Karena melihat Seokjin yang kewalahan, Seoyun sebagai ibu mulai turun tangan dan membawa Yoongi dalam rengkuhannya perlahan. Dipeluknya Seoyun ibunya tidak mengurangi kesedihan Yoongi sedikit pun.

"Ibu, Ibu, ini tidak mungkin, ini tidak mungkin!!" segala kalimat penyangkalan selalu Yoongi gumamkan setelah beberapa jam terdiam sejak Jungkook dibawa pulang. "Ibu! Lepas! Aku mau sama adik!! Kookie, apa kau sudah tidak sayang lagi sama Kakak, Dek?" ucapnya sambil tetap memberontak dalam pelukan Seoyun.

Jaehan yang keadaannya tidak berbeda juga tengah ditenangkan oleh Paman Lee.

"Ibu, Kookie harus kembali. Aku sudah membuatkan lagu untuknya. Kookie! Kembali, Dek... Kakak mohon, kembali... Kookie.."

Seoyun terus mengusap kepala Yoongi dan sekarang ia membisikan kalimat penenang pada putra sulungnya, "Kakak, Yoongi. Kookie menyayangi Kakak. Sudah ya, nanti Kookie sedih melihat Kakak seperti ini" katanya.

"Apa? Kookie yang pergi ibu. Kookie tidak boleh pergi!!" kekeuhnya.

Sudah, menyerah. Semua orang tidak bisa memberikan ketenangan pada Yoongi karena anak itu terus menangis dan berteriak sampai ia lemas dan pingsan dalam pelukan ibunya.

***

Ini adalah hukuman untukku

Yoongi menekan tuts piano yang ada didepannya. Dalam sebuah acara peresmian perusahaan ibunya yang diadakan, Yoongi menunjukan bakatnya yang terpendam. Piano... Lagi-lagi Yoongi kembali pada benda ini. Metronom yang ia beli khusus untuk Jungkook ia pasang tepat diatas catatan note musik yang harus ia mainkan. Yoongi saat ini sedang menjadi tontonan.

Yoongi memilih untuk meninggalkan semuanya. Seiring ia dewasa, dia tidak memilih untuk meneruskan kuliah di kedokteran seperti yang di cita-citakan orang tuanya. Ia memilih untuk menjadi seorang komposer. Dengan tujuan yang hanya dia sendiri yang tau.

Ini adalah hukumanku

Piano ini, bayanganku sendiri, Kookie

Seumur hidup aku tidak akan melupakannya

Yoongi mengakhiri permainannya. Ia menatap deretan tuts disana yang menguasai dirinya kini. Yoongi memang tidak bisa melepaskan diri dari benda ini dan Yoongi juga tidak akan berusaha untuk melepaskan diri. Dia biarkan hatinya terkunci dan fikirannya melayang entah kemana.

Jika, ada seorang yang pandai bermusik maka dia bisa langsung tau bahwa setiap musik atau gerakan Yoongi saat ia memainkan piano berisi dengan ketakutan dan kesedihannya yang mendalam.

Sudah bertahun-tahun berlalu, tidak ada yang berubah. Hati Yoongi tetap gelap dan saat ia mengangkat kepalanya, dia kembali melihat bayangan hitam yang hanya menunjukan kedua matanya yang menyala tepat didepannya. Hanya Yoongi saja yang melihat bayangan dari sosok Kyunsuk yang terakhir kali ia lihat.

Seharusnya adikmu mati sejak dulu

Yoongi tetap menatap lurus disana. Dia mendengar kalimat barusan dan dia semakin tenggelam dalam bayangan tersebut.  Melalui piano ini, Yoongi mampu menciptakan banyangan keduanya lalu mengatakan,

"Kau brengsek!"

Dalam hatinya. Lalu ini adalah alasan yang paling mendasar yang Yoongi pilih untuk kembali lagi pada piano dan menjadi manusia metronom.

Jungkook duduk disampingnya dengan tersenyum dan ikut bermain piano bersamanya.[]

Fin......







Souyaa

Hallo kakak pembaca, kecewa? Iyap. Aku tau itu. Maafkan aku karena memang ini sudah terkonsep seperti ini. Dan, memang my shadow ini hanyalah cerita yang singkat dan seakan aku pengen membuat kakak pembaca untuk pertama kalinya kecewa. Haha jahatnya.

Biasanya, Souyaa membuat chap sendiri untuk berbicara seperti ini. Tapi kali ini Souyaa tidak membuat karena dalam cerita ini aku sama sekali tidak ada inspirasi. Aku hanya asal nulis dan idenya asal dateng aja kemudian langsung aku ketik.

Jadi, maaf karena sudah membuat kakak pembaca kecewa. Dan, terima kasih selalu aku ucapkan kepada semua kakak pembaca yang selalu stay dan menunggu dan tentu membaca, memberikan vote dan komen pada setiap cerita ku.

For next, About Us waiting for you! See yaa there!! ❤😊👋👋

My Shadow || FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang