#8 - A Sky Full of Stars

1.7K 187 21
                                    

Sebelum basket, yang Yoongi kenal pertama kali adalah piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum basket, yang Yoongi kenal pertama kali adalah piano. Piano yang ada di rumahnya adalah pemberian sang kakek dari Ibunya, Seoyun. Mendiang kakeknya adalah seorang guru musik ternama jadi sangat wajar jika Yoongi juga sedikit memiliki keinginan untuk bermusik. Hanya sedikit.

Dulu, saat usianya sembilan tahun, Yoongi pernah dijuluki manusia metronom oleh semua teman-temannya. Ketepatan ia bermain musik dan juga memainkan beberapa nada sampai pada menciptakan lagu dengan kalimat sederhana benar-benae diakui saat itu.

Namun kedua orang tuanya sangat membatasi Yoongi dalam berkarir dan memilih cita-citanya. Dia anak sulung yang harus meneruskan cita-cita ayahnya. Dokter, memiliki rumah sakit, menyelamatkan nyawa orang lain, kelak itulah tugas Yoongi.

Tapi dibalik semua itu, Yoongi mendapatkan banyak sekali kenyamanan. Karena dia tetap posisinya adalah sebagai anak kesayangan. Sulung keluarga yang sempurna tanpa cacat.

Tentu Jungkook tidak mengetahui hal ini. Yoongi hanya menyimpan sendiri dalam hati. Memang, Yoongi sangat ingin dekat dengan piano tapi dia juga realistis. Dia mengerti keadaan dan juga tanggung jawab yang akan ia emban nantinya.

Tapi memang sekeras Yoongi berusaha untuk menjauh dari benda besar yang mampu membuat nada yang indah itu maka semakin keras pula keinginan untuk mendekat padanya. Yoongi terus menekan dirinya sendiri. Dia terus mensugesti dirinya agar tidak dekat dengan piano lagi.

Basket. Bisa ikut tim basket dengan Seokjin saja, Yoongi sudah sangat bersyukur. Yoongi berusaha mati-matian, menabung sedikit demi sedikit untuk membeli bola yang nampak seperti jeruk raksasa dan kemudian ia mengatakan pada kedua orang tuanya, aku ingin bermain basket untuk mengganti pianoku.

Mengganti katanya. Sekarang, justru Jungkook yang menggantikan dirinya duduk didekat piano yang dulu menjadi kegemarannya.

Bukan, Yoongi tidak iri. Sangat tidak mungkin seorang kakak dengan kasih sayang seperti Yoongi mempunyai perasaan iri pada adiknya. Ia justru senang karena diusia Jungkook yang masih muda, Jungkook bisa mengetahui dan melatih bakatnya.

Lebih lagi, Yoongi kini mulai berfikir, ternyata ia memang tidak bisa dipisahkan dari musik.

***

Yoongi terbiasa untuk menyiapkan barang yang akan ia bawa untuk sekolah besok paginya. Kini ia telah selesai mengerjakan tugas sekolah dan juga kewajibannya.

Ditengah kegiatannya, ketukan pintu dari tangan yang berukuran mungil menginterupsi. Salah satu tangan Yoongi yang sedang memegang buku paket kini menggantung di udara sambil menatap seseorang disana dengan keheranan.

"Kookie, ada apa, Dek?" tanya Yoongi dengan bahasa isyaratnya.

"Apa Kookie menggangu? Kookie hanya ingin menemani kakak"

Kedua alis Yoongi berkerut dalam karena memikirkan kata 'menemani' yang terbaca dari isyarat adiknya.

Yoongi melangkah cepat. Meraih salah satu bahu Jungkook untuk membawanya mendekat dan segera menutup pintu. Yoongi kemudian menyamakan tinggi badannya untuk melihat lebih jelas wajah mengantuk tapi menggemaskan dari adiknya.

My Shadow || FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang