#13 - Unconditionaly

1.7K 184 6
                                    

Jungkook harus menjalani operasi katub jantung dan juga operasi bedah paru karena ketiga peluru itu menembus organ penting dalam dadanya. Beruntung, jantung itu tidak tertembus pula. Tapi, kemungkinan terburuk selalu bisa terjadi kapan saja.

Segalanya teramat berat untuk Yoongi sejak ulang tahunnya yang ke 12 itu. Meskipun dia masih melakukan semua aktivitas seperti biasa tapi terkadang Yoongi melihat Kyunsuk yang berdiri di lapangan, di tempat yang sama saat ia mengantar Jungkook padanya dulu.

Yoongi keluar dari kelas saat bel istirahat berbunyi dan masih berdiri disana menatap sosok yang hanya bisa ia lihat. Cukup lama Yoongi terdiam sampai rangkulan hangat dari Seokjin tertuju padanya.

"Hei, manusia es!"

Yoongi hanya tersenyum sangat sedikit dan Seokjin juga paham untuk tidak memaksakan reaksi Yoongi harus bagaimana.

"Ayo, makan dulu. Nanti sore, aku mau menjenguk Kookie. Boleh, ya?"

Yoongi mengangguk cepat sambil tersenyum sangat sedikit lagi.

"Ah! Aku sangat merindukan senyum gusi sehatmu! Ayo makan yang banyak! Atlet basket tidak boleh kerempeng begini!"

Seokjin mendorong Yoongi untuk berjalan cepat menuju kantin. Disana Yoongi juga tidak memesan banyak. Dia juga memasukan sendok dengan perlahan seakan semua makanan di dunia ini sudah sangat hambar baginya.

"Yoon, kau akan ikut latihan, kan?"

"Kau tau aku sudah mengundurkan diri dari tim basket, Seokjin"

"Basket bukan hanya untuk pertandingan, Yoon. Tapi juga persahabatan"

Yoongi sepertinya harus mendengarkan Seokjin lebih banyak.

"Tidakkah kau berfikir begitu? Atau jangan-jangan selama ini kau hanya menganggap kami hanya teman untuk bertanding basket saja?"

Tangan kanan Yoongi secara tidak sengaja meremat sumpit yang sedang ia genggam.

"Kita semua sahabatmu, Yoon"

Seokjin kemudian melanjutkan makan siangnya yang tertunda. Ia memang harus seperti ini untuk Yoongi. Orang dingin seperti dirinya juga harus diberi pelajaran sedikit.

***

Seokjin dan Yoongi sampai di kamar rawat Jungkook. Sebelumnya, mereka harus mencuci tangan dan juga meletakan tas mereka di ruang tunggu sebelum mendekat pada bed Jungkook. Iya, karena ini adalah rumah sakit ayah mereka, Seokjin bisa masuk ke sana sudah menjadi keistimewaan.

Seokjin memutar badan dan menatap heran Yoongi yang berdiri di belakangnya.

"Kau menulis semua ini?" tanya Seokjin dengan tawa ringan didalamnya.

Puluhan note dengan berbagai kalimat kasih sayang dari Yoongi tertempel di bed dan juga di dinding dekat Jungkook.

"Cepat sembuh, Adikku"

"Kakak merindukanmu"

"Kookie, hari ini Kakak sangat kesepian"

"Kookie, bintang malam ini begitu terang. Sama seperti adiknya kakak yang saat ini berjuang. Ia terlihat hebat. Kamu, Dek"

Yoongi meninju bahu Seokjin dengan kuat. Dia mendekat pada Jungkook dan membiarkan Seokjin menertawakannya. Yoongi memakaikan alat bantu dengar Jungkook yang sudah dibersihkan dan sudah ia bawa ke tempat dimana Yoongi bisa memperbaikinya. 

"Kookie, bisa dengar Kakak?" selalu. Pertanyaan ini yang pertama kali Yoongi tanyakan sebelum memulai pertanyaan lainnya.

"Kak Yoongi tidak sendirian. Ada Kak Seokjin disini. Kookie tidak mau menyapanya?" tanya Yoongi sambil mengusap wajah dan kepala adiknya.

Seokjin yang merasa terpanggil tersenyum sejenak dan mendekat pada Jungkook. Ia memilih untuk menggenggam tangan Jungkook dan mengusap punggung tangannya.

"Kookie. Hai. Kak Seokjin rindu sekali. Kookie baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan nada suara lembut yang tidak berubah. Padahal hatinya sedang diliputi rasa cemas dan khawatir sebab melihat anak kecil itu terbaring dengan kondisi seperti sekarang.

"Kookie harus baik-baik saja. Kookie kan kuat. Katanya, jagoannya kakak. Jadi, Kak Seokjin tunggu Kookie di tempat latihan basket seperti biasa, ya?"

Seokjin tersenyum lagi dan lebih memilih melihat seluruh sisi wajah Jungkook. Ah, menakutkan sekali bagi Seokjin. Jungkook dengan wajah pucat dan terpasang ventilator adalah hal yang sangat tidak pernah ingin dia bayangkan.

Yoongi memilih untuk diam dan menatap interaksi kecil sahabatnya dan adik kecilnya. Fikirannya melayang tidak tentu arah. Tapi satu hal yang ia suarakan dalam hati, minggu depan adalah satu septembermu, Kookie. []

My Shadow || FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang