#7 - Change

1.7K 205 16
                                    

Kembali lagi dihari senin yang menyibukkan. Yoongi selalu bangun pada jam 5 pagi dan segera menyiapkan segala sesuatunya. Dengan masih menggunakan pakaian tidur, Yoongi menuruni anak tangga dan menuju kamar adiknya. Alasan Jungkook menempati kamar dilantai bawah adalah agar dia tidak bersusah payah ketika membutuhkan makanan di dapur atau menuju kamar mandi. Dengan kekurangannya, Jungkook harus bisa menerima setiap perbedaan sikap dari kedua orang tuanya.

Yoongi membuka pintu kamar Jungkook perlahan dan melihat adik kecilnya masih tertidur lelap. Yoongi tidak mengganggu. Dia tersenyum tipis lalu masuk dalam kamar adiknya. Yang ia lakukan adalah menyiapkan buku tulis dan juga sepatu Jungkook yang harus ia kenakan saat sekolah nanti.

Saat Yoongi merapikan rak sepatu adiknya, ia terpaku lagi pada sepatu tanpa tali yang diberikan oleh paman bernama Kyunsuk yang selalu adikmya ceritakan. Yoongi masih cemas tapi dia juga tidak bisa meminta Jungkook untuk membuang sepatunya. Itu adalah milik Jungkook dan Yoongi tidak berhak untuk membuangnya.

Yoongi hanya bisa berharap paman yang bernama Kyunsuk itu adalah orang baik dan tidak ada niat buruk pada adiknya.

"Aaayaa! Kamjag!!"

Sebuah tepukan keras di kedua bahunya membuyarkan lamunan Yoongi sekaligus mengagetkannya. Si pelaku, tentu saja adiknya Jungkook tidak bisa berhenti tertawa saat mrlihat wajah terkejut Yoongi yang begitu lucu untuknya.

"Kookie..."

Jungkook masih tertawa tapi kedua tangannya membentuk sebuah kalimat dari bahasa isyarat, "maafkan Kookie"

Mana bisa Yoongi tidak memberi maaf. Yoongi sebenarnya sangat senang mrndapat kejahilan pagi dari adiknya.

"Kookie ingin Kak Yoongi buatkan susu?"

Jungkook menatap kakaknya dengsn ragu lalu menolehkan kepalanya. Jari telunjuk Jungkook yang mungil mengarah pada telinga kanannya yang masih polos.

Seketika Yoongi menepuk dahinya sendiri. Bagaimana dia bisa lupa?

"Kookie mau Kak Yoongi buatkan susu?"

"Terima kasih, Kak. Jangan lupa membuat untuk Kak Yoongi juga"

Yoongi hanya mengangguk dan langsung melenggang menuju dapur untuk membuatkan susu coklat kesukaan adiknya.

Sementara Jungkook beralih untuk menyelesaikan pekerjaan kakaknya yang belum selesai. Yaitu menyiapkan keperluan sekolahnya. Bagi Jungkook, kakaknya tidak perlu sampai seperti ini. Jungkook harus mandiri. Dia harus bisa menyiapkan keperluannya sendiri.

Saat Jungkook sudah selesai, kaki mungilnya ia bawa menuju dapur untuk memghampiri Yoongi. Tapi ditengah perjalanannya yang tidak terlalu panjang itu perhatian Jungkook teralihkan oleh piano di ruang keluarga yang terlihat.

Jungkook tidak jadi menuju dapur, dia melangkah menuju ruang keluarga dan berusaha duduk diatas kursi yang tersedia didekat piano yang begitu besar dari pada tubuhnya.

Do

Do

Do

Re

Re

Re

Yoongi menghentikan tangan kanannya yang sedang mengaduk segelas susu dan membawa kakinya menuju sumber suara yang ia dengar.

Ingat, Jungkook belum mengenakan alat bantu dengar tapi adiknya sudah bisa menemukan nada sederhana dalam deretan tuts piano yang begitu banyak.

Yoongi terperangah. Ayah dan ibunya harus melihat ini. Segera, Yoongi melangkah menaiki anak tangga dan menyeret kedua tangan ayah dan ibunya.

Dengan membawa perasaan terkejut Jaehan dan Seoyun menuruni anak tangga dan seketika mendengar beberapa nada yang Jungkook mainkan. Ada beberapa yang selaras tapi ada juga beberapa nada yang kurang benar. Tapi untuk seukuran anak kecil seusia Jungkook, dia benar-benar berbakat.

"Ibu, Ayah. Tolong ijinkan Jungkook untuk mengikuti les piano di sekolahnya. Lihat, dia sangat berbakat. Apa Ayah dan Ibu akan membiarkan bakat itu terbengkalai begitu saja"

Jaehan dan Seoyun saling memandang. Mereka berdua tentu saja terkejut. Bungsu mereka yang tidak bisa mendengar nada dengan baik, mana mungkin mampu memainkan berbagai kertas note dari musisi ternama. Tapi, kali ini mereka berdua melihat sendiri bakat dan juga talenta dari bungsu mereka.

"Ibu, Ayah.." Yoongi seperti kembali saat usianya lima tahun. Kala itu dia kekeuh meminta seorang adik manis dan dia berjanji akan selalu menyayanginya. Dan, Yoongi menepati janjinya.

"Baiklah, nanti kita bicara dengan Kookie. Kau, bagaimana Seoyun?"

Istrinya hanya mengangkat kedua bahu dengan pandangan yang menatap Jungkook penuh haru.

"Aku tidak menyangka. Dengan kekurangannya, Jungkook bisa dengan mudah memainkan nada seperti itu"

Jaehan merangkul Yoongi dan juga Seoyun dengan lembut dan mengusap sisi tubuhs mereka berdua. Selama ini, Jaehan berfikir Jungkook hanya akan bersinar dalam memggambar, Seoyun  mengira putranya akan selalu hidup dalam batasannya. Tapi hari ini, mereka berdua telah melihat bakat dan juga kesenangan Jungkook yang menjadi kebanggaan mereka.

Yoongi sendiri, dia tidak bisa berkata apapun lagi. Dia juga tidak bisa membayangkan akan seperti apa adiknya saat dia tau, kedua orang tua mereka sudah sepakat untuk mengijinkan dia mengikuti les piano.

***

"Kookie"

"Kookie"

Jungkook kebingungan karena mendengar dengan samar panggilan ayahnya. Dia mendekatkan wajahnya dan bertanya ada apa, ayah melalui tatapan dan ekspresi wajah.

"Kookie tadi pagi memainkan piano itu. Kookie ingin belajar?"

"Kookie tidak akan belajar jika Ayah dan Ibu tidak memberikan ijin"

Jaehan tersenyum tipis. Dia menatap Seoyun sesaat lalu kembali kepada Jungkook yang masih melihatnya.

"Ayah memberikan ijin. Ayah tau Kookie tidak akan mengecewakan Ayah, Ibu, dan Kak Yoongi"

Jungkook menoleh pada kakaknya, lalu pada ibunya, kemudian kembali pada ayahnya. Kedua mata yang bulat itu makin terlihat bercahaya saat Jaehan mengulangi kalimatnya dengan bahasa isyarat.

"Ayah memberikan Kookie ijin untuk belajar piano. Kookie tidak boleh mengecewakan Ayah, Ibu, dan Kak Yoongi, okay?"

Jungkook berlari menuju ayahnya dan langsung memeluk pinggang Jaehan. Jungkook juga harua terisak saking senangnya. "A-ya... Aa-aa-ya-aahh" susah sekali bagi Jungkook untuk mengatakan terima kasih. Jungkook harap suatu hari nanti, Jungkook bisa mengeluarkan suaranya meski itu hanya untuk memanggil ayah, ibu, dan kakaknya. Semoga...

Yoongi ikut merasa terharu melihat interaksi ayahnya dan Jungkook yang teramat jarang ia lihat. Yoongi juga merasa ayahnya telah berubah. Ayahnya telah menerima Jungkook sepenuhnya sebagai bungsu keluarga. Yoongi tau, ayahnya sangat menyayangi Jungkook. Sebenarnya, memang semua ayah di dunia sangat mencintai anaknya bagaimanapun keadaannya.

Seoyun juga merasakan hal yang sama. Untuk pertama kalinya, dia melihat Jungkook sesenang itu. Sepertinya memang benar. Impian Jungkook adalah bermain piano.

Tapi, tanpa sadar, mereka telah membawa Jungkook pada penderitaan.[]

My Shadow || FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang