"Dimana ini? Bukankah tadi aku sedang mengerjakan tugas di kelas? Kenapa aku bisa disini?" Minghao berbicara, namun ia tak dapat mendengar suaranya, sip sekarang dia tidak dapat berbicara. Gelap. Itu yang hanya Minghao lihat, dia merasakan hawa dingin disekujur tubuhnya, angin lewat membuat tubuh Minghao menggigil, dan dia dapat mendengar pohon-pohon yang bergoyang tertiup angin seolah-olah Minghao sedang berada di hutan.
Minghao takut. Seumur-umur dia tidak pernah ke hutan hell dia jarang pergi berlibur, apalagi ke hutan di malam hari tanpa peralatan yang memadai. Ok, dia panik. Bagaimana bisa dia berada disini, seingatnya tadi dia sedang mengerjakan tugas dari Prof. West, apakah dia tertidur sewaktu mengerjakan? Lalu, bagaimana caranya dia bisa sampai disini? Apa ini mimpi, Minghao langsung mencubit kulit tangannya dan merasakan sakit, ini bukan mimpi. THIS IS NOT A DREAM FUCK FUCK.
Keringat telah membasahi sekujur tubuh Minghao, dia memeluk tubuhnya. Shit, dia hanya memakai kaus tangan pendek, untungnya dia masih memakai celana jeans panjang. Sekarang dia menyesal tidak membawa jaketnya, mungkin jika dia tadi tidak telat mungkin dia masih sempat membawa jaket kesayangannya. Namun takdir berkata lain, dia bangun kesiangan-lagi-dan kelas pertama hari ini adalah kelasnya si Prof. West yang menyebalkan itu.
Lebih sialnya lagi, Prof. West tidak dapat datang ke kelas karena ada urusan pribadi. Urusan pribadi kepala botak! Minghao sudah berlari secepat mungkin dari asramanya. Demi apapun dia ingin menyumpahi Prof. Botak itu, kalau saja Prof. Botak itu memberitahu semalam sebelumnya atau lebih pagi mungkin dia tidak akan membuang tenaga nya untuk berlari. Karena sudah berada di kampus, Minghao pun akhirnya beranjak ke perpustakaan untuk mengerjakan projek dari Prof. West yang deadline nya minggu depan. Minghao ingat betul bahwa tadi dia sedang mengerjakan tugas dan dia juga ingat dia merasakan kantuk yang luar biasa namun Minghao tidak ingat bagaimana ia bisa berada disini. Heck Minghao tidak tahu dimana dirinya berada karena tempat ini yang sangat gelap.
Minghao berteriak siapa tahu dia dapat menemukan seseorang untuk menyelamatkannya namun apa daya dia masih tidak dapat berbicara. Sial, dia tidak punya pilihan selain berjalan di dalam kegelapan. Untung saja Minghao masih bisa bergerak. Walaupun ia bingung kenapa ia tak dapat berbicara namun dia mengabaikannya, mungkin tempat ini ajaib. Minghao mengambil satu langkah didepannya, dia menginjak sesuatu dan mengeluarkan bunyi seperti krekk. Ok, itu daun.
Dia benar-benar berada di hutan huh? Minghao akhirnya memutuskan untuk berjalan dikegelapan dengan betapa sulitnya karena dia tak dapat melihat apapun selain warna hitam, tangannya ia gerakan agar ia tidak menabrak sesuatu. Dia mengambil langkah dengan sangat berhati-hati, takut dia terjatuh atau menginjak sesuatu yang berbahaya.
"Kau manusia?" Sebuah suara mengagetkan Minghao, dia sampai terjatuh saking kagetnya. Ini tidak lucu bung, Minghao adalah seorang mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun, seumur hidup dia tak pernah takut kecuali sewaktu ia kecil dia pernah sampai menangis dikerjai oleh temannya. Lagipula itu dulu, saat Minghao berumur 8 tahun.
Minghao masih terpaku sambil duduk-tadi ia terjatuh-dan dia yakin sekarang celananya kotor. Astaga, celana yang ia gunakan sekarang adalah celana mahal. "Tidak bisa berbicara? Kenapa, kau takut?" dia mendengar orang(?) tersebut mendekat. Dan Minghao kembali terkejut ketika sebuah wajah muncul di hadapannya. Dia berteriak. Oh My Gosh Bung, seorang Minghao berteriak karena ketakutan. Fuck, jika ada seseorang yang ia kenal tahu, dia lebih baik mati daripada bertingkah memalukan seperti ini.
Pria tersebut tertawa kecil, "Hmm, kamu terkena sihir ya? Bagaimana bisa seorang penyihir bisa terkena magis level rendah benigi?" laki-laki tersebut menjentikkan jarinya dan Minghao tersedak seperti ia di beri makan paksa. Minghao masih terbatuk memegangi lehernya yang sakit. "Ku kira kamu itu manusia penyihir, tapi ternyata bukan ya? Bagaimana bisa seorang manusia biasa tersesat kesini, hm?" pria tersebut memegang dagu Minghao secara paksa, mata Minghao bertemu dengan mata pria tersebut.
Dia tampan. Sangat tampan. Minghao tidak percaya. Didepannya saat ini adalah seorang pria yang sangat tampan, hidungnya mancung, dagunya sangat lancip, matanya indah dan bibirnya merah sangat mempesona astaga Minghao iri. "Hmm?? kamu sepertinya manusia murni tuh? Tapi kamu punya aura lain..." Pria itu mulai tertawa "..haha....menarik..kamu....siapa kamu?" Minghao mencoba melepaskan genggaman pria tersebut namun pria tersebut malah menggenggam dagu Minghao lebih kuat.
"Lepaskan aku keparat...lepas-" pria itu melepas genggamannya disaat Minghao menarik tubuhnya alhasil dia terjatuh lagi, sial bisakah dia berhenti melakukan hal yang memalukan? Dia meringis kesakitan, Minghao memejamkan matanya dan pada saat itu Minghao merasakan tubuhnya seperti diangkat, tunggu..diangkat? "Argh keparat apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Minghao menggeliat seperti cacing, apalagi badannya cungkring dan kecil ugh menjijikan, Minghao tetap menggeliat agar tubuhnya diturunkan.
"Kau yakin?" Minghao membuka matanya dan tersadar bahwa dia berada di atas udara. Apa? Udara? "Astaga, gila gila gila, kita terbang? bagamana bisa? what the heck man kau hantu? setan? iblis?" Pria itu kembali lagi tertawa "Kau banyak berbicara ya, aku suka" Pria itu pun membawa terbang Minghao, Minghao menegang, dia tidak pernah terbang seperti ini. Bung siapa yang pernah terbang seperti ini? Dia terbang tanpa menggunakan alat bantu apapun dan itu tidak masuk akal. Paling-paling Minghao terbang menggunakan pesawat. Minghao yang ketakukan karena entah sejak kapan dia takut akan ketinggian melingkarkan kedua tangannya di leher pria tampan itu. Agar tidak jatuh pikirnya.
Minghao melihat pemandangan dibawahnya, ternyata benar dia berada di hutan, bagaimana caranya dia bisa ke hutan dia tidak tahu. Mulai sekarang masa bodoh jika semua ini masuk akal atau tidak, well pertama dia bangun berada di tengah hutan, lalu dia tak dapat berbicara, dan dia bertemu seorang pria tampan yang dapat terbang, bagaimana tidak pusing Minghao? Dia pun mengesampingkan pikirannya itu karena sekarang Minghao tengah menahan rasa sakit yang luar biasa, dia baru sadar kakinya terkilir saat ia terjatuh tadi dan dia baru merasakan rasa sakitnya.
"Bertahanlah, aku akan membawa mu ke seseorang yang mungkin dapat membantu" Minghao meringis mendengar perkataan pria tampan itu, rasa sakit yang dia rasakan luar biasa padahal tadi dia tidak merasakan sakit. "Tidurlah." Pria itu menutup mata Minghao perlahan dan Minghao pun pergi ke alam mimpi.
-axarious
KAMU SEDANG MEMBACA
parallel world | junhao
Fanfictiondifferent life, different people, different fate, different world.