WTYD || 4. Dimulai?

116 33 21
                                    

Peringatan!
Banyak typo bertebaran.

***

Ia meringis melihat pantulan tubuhnya di cermin. Banyak sekali cakaran-cakaran yang tergores di sekujur tubuhnya.

Dia memandang lekat wajahnya pada cermin. Banyak bercak-bercak berwarna cokelat. Perlahan tapi pasti,  kini ia mulai merasakannya.

Merasakan buah dari perbuatannya.

“Masih tujuh hari lagi, ” ucapnya lirih.

Dengan cepat ia memakai pakaiannya dan menyambar kunci mobil untuk segera pergi ke suatu tempat.

Apa santetnya sudah bekerja?, batinnya menebak.

🐾🐾🐾

Pukul 20:00.
Stella baru saja sampai di depan rumahnya setelah di antar oleh Raka. Asal kalian tahu, di luar rencana, tadi setelah dari kafe mereka malah pergi ke bioskop. Raka yang memaksa, Stella sih iya iya aja yang penting dibayarin.

Keadaan rumah sangat sepi, dan gelap. Hanya lampu teras yang menyala.

“Hm, pasti kakak lembur lagi,” gumam Stella dengan raut wajah lesu.

Memang jika orang rumah belum pulang, lampu rumah tidak semua dinyalakan oleh pembantu yang bekerja di rumah Stella. Dan membantunya semua sudah pulang, karena jam kerja mereka hanya sampai jam 17:00.

Stella membuka pintu besar rumahnya. Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah besarnya itu dan kembali menutup pintu.

“Kenapa gue jadi deg-degan gini sih?” ucapnya pelan.

Ketika hendak menyalakan flash hp, ternyata hpnya mati karena memang sejak tadi di sekolah hpnya sudah lowbat.

Sial, hp nggak tau diuntung.

Alhasil, Stella berjalan, dan tangannya merambat pada tembok. Ia berusaha mencari saklar lampu di tengah ruangan besar yang sangat gelap itu.

Saklar lampu memang agak jauh. Ia berjalan dengan hati-hati agar tidak tersandung barang yang ada di sekitarnya.

Kok kaya ada yang ngikutin gue dari belakang ya, batinnya.

Detak jantungnya makin berpacu. Namun otak Stella tidak pernah berpikir ke mana-mana. Karena memang dia adalah tipe orang yang tidak percaya dengan 'hal-hal tidak terlihat'.

“Nah ketemu.” Stella tersenyum puas.

Ceklek.

Satu persatu lampu di rumahnya menyala.

Stella pun bergegas menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya.

Saat satu kakinya hendak melangkah, ekor mata Stella menangkap sosok di sudut ruangan dekat dengan tangga.

Matanya mengerjap, memastikan kembali dengan apa yang dilihat oleh matanya tadi.

Sosok itu terlihat sedang mengintip. Tubuhnya besar dan tinggi.

Siapa itu?, batin Stella.

Tidak ada rasa takut sedikit pun di benak Stella. Ia penasaran, jadi ia mendekati tempat munculnya sosok itu.

“Siapa ya?”

“Ada orang kah?”

“Jangan bercanda deh!” Teriak Stella sambil melangkah menuju balik tangga. Suara Stella menggema di seluruh sudut ruangan. Namun nihil, hanya suara hembusan angin yang menyahuti.

WELCOME TO YOUR DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang