WTYD || 3. Diawasi

121 34 24
                                    

Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Stella merasakan dirinya yang sebenarnya ikut pergi bersama kepergian kedua orang tuanya untuk selamanya. Hidupnya kini berubah 180 derajat tak seperti dulu.

Salah satunya ia yang sekarang jadi langganan telat. Ya, itulah kebiasaan Stella setelah ia kehilangan sebagian jati dirinya. Tak ada sedikit pun rasa penyesalan dalam dirinya ketika terus melanggar tata tertib sekolah. Tidak ada rasa keberatan baginya untuk menerima jatah lari mengelilingi lapangan. Ia bersyukur memiliki sahabat sebaik Raka yang selalu meloloskannya dari hukuman dari OSIS yang selalu berjaga menanti siswa terlambat untuk dimangsa. Bagaimana tidak? Kan Raka ketua OSISnya.

"Ya ampun Stell, sampai kapan lo mau ngilangin kebiasaan buruk lo itu huh?  Coba lo bayangin deh kalo gue udah nggak ada jabatan di sini, siapa yang mau nolong lo? " Raka berdecak kesal sembari berkacak pinggang melihat kelakuan sahabatnya yang makin hari makin menjadi-jadi.

"Lo makin hari makin ganteng aja sih Ka," kilah Stella untuk meredam kekesalan Raka.

"Udah ayo masuk, di sini panas, nanti ganteng lo luntur loh," ajak Stella untuk meninggalkan lapangan tempat mereka berada. Ia menyeret-nyeret tangan Raka dengan paksa.

Kalau sudah begitu, luntur juga wajah garang Raka. Raka memang selalu di buat gemas dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Untung sayang," ucap Raka gemas.

Karena jam pelajaran sudah berlangsung sejak tiga puluh menit yang lalu, mereka pun bergegas menuju kelas. Stella yakin pasti sudah ada guru yang siap mengomelinya. Beruntung Raka dan Stella sekelas, jadi Stella tidak terlalu khawatir jika kena semprot oleh gurunya.

Di lain sisi, dari kejauhan ada sepasang mata yang terus mengamati Stella dan Raka sejak mereka berada di lapangan.

"Assalamulaikum bu, mau ijin masuk, " ucap Raka mengetuk pintu kelas.

"Waalaikumsalam, ya silahkan," balas Bu Endang yang sedang mengisi pelajaran di kelas.

Stella mengekori Raka yang melangkah memasuki kelas. Mereka berjalan ke arah Bu Endang untuk bersalaman. Acara salaman dengan Raka, aman. Namun, ketika giliran Stella yang akan salaman...

"Terlambat lagi kamu huh?!" Mata Bu Endang sudah melotot ke arah Stella. Sedangkan Stella hanya terkekeh sambil menampakkan deretan gigi putihnya. Ya mau balas apa lagi coba? Memang kenyataanya begitu.

"Sudah saya hukum tadi bu," ucap Raka seketika mengetahui situasi yang di alami sabahatnya.

Bu Endang hanya geleng-geleng memperhatikan kelakuan siswanya itu.

"Ya sudah sana duduk!" perintah Bu Endang tegas.

Baru saja mendaratkan bokongnya di bangku dan ingin memulai aktivitas tidur paginya, Bu Endang meyebut namanya lagi. Untung Stella sabar. Setella pun mendongakkan kepalanya menghadap bu Endang.

"Stella tadi sebelum kamu masuk kelas, ibu sudah membagi kelompok Persami besok,"

Stella jadi ingat, bahwa tiga hari lagi ia akan melaksanan persami di tempat yang lumayan jauh. Tidak masalah baginya untuk satu kelompok dengan siapapun, yang penting tidak dengan Fika. Bukannya ia takut ataupun menghindar, ia hanya tidak ingin membuat dirinya terkena tekanan darah tinggi. Karena jika bersama Fika, rasanya ia ingin terus-terusan memaki dan menindas mantan sahabatnya itu.

"Dan kamu masuk ke kelompok dua. Nanti buat perlengakapan yang harus di bawa tanya aja sama ketuanya," ucap Bu Endang.

"Emang siapa ketuanya, Bu?" tanya Stella penasaran.

WELCOME TO YOUR DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang