Siapa yang Sakit?

14 0 0
                                    

Siapa yang sakit?

Sebelum dua tahun lalu, aku jauh lebih sering berfokus pada sisi buruk dari orang lain. Sekarang pun rasanya masih sering seperti itu.

Dia egois.
Dia pemarah.
Dia kasar.
Dia berlidah tajam.
Dia ga mau disalahkan.
Dia ga mau ngerti orang lain.
Dan berbagai hal buruk lainnya yang membuatku merutuki keadaan dan menyalahkan Tuhan.

Semakin lama aku berpikir dan berprasangka demikian ... hatiku jadi amat sesak. Aku juga jadi gampang tersinggung. Gampang marah. Gampang bersikap kasar. Jadi ngerasa paling benar dan kurang bisa denger masukan dari orang lain.

Rasanya ... hatiku jadi mudah terluka; berdarah. Jadi, sebelum luka itu menjadi nanah, aku merenung dalam dan cukup lama ketika apa yang disangkakan pada orang lain itu justru menimpaku.

Lalu di suatu waktu ketika terjadi hal yang menyebalkan dan pikiranku mulai tertuju ke arah yang buruk, aku mencoba mengalihkan perhatian pada sisi sebaliknya. Mencoba memposisikan diri sebagai dia.

Mungkin karena lingkungan.
Mungkin karena perjalanan hidup yang membuatnya bersikap demikian.
Mungkin karena kekurangtahuan.
Mungkin karena baru belajar.
Mungkin karena belum sepenuhnya paham.
Mungkin saja apa yang dilakukannya adalah cara Tuhan untuk menguatkan.

Ini pun (sebenarnya) berlaku bagiku pada orang lain. Setelah banyak melihat, merasa, dan merenung ... menjadi semakin sadar bahwa mungkin sudah banyak hati yang kulukai. Dan jika ditilik kembali, daripada orang lain prasangka buruk itu malah lebih banyak menyakiti hati sendiri.

Sebab, selalu ada sesuatu yang dapat diambil. Bahkan dari kotoran sekalipun.

-Diora-

SinopsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang