Tokyo, 14 Februari
Dear diary...
Today is Valentine's day. Happy Valentine's.
Sudah 3 hari aku pindah ke Tokyo. Tapi, aku belum sempat melihat Kota Tokyo. Sepertinya sudah banyak sekali perubahan sejak terakhir aku datang ke kota ini. Aku juga merindukan sepupuku dan teman baka-ku yang tak lain dan tak bukan adalah Naruto dan Hinata serta Hanabi. Oh, tak lupa juga dengan Rock Lee.
Sudahlah, mungkin besok saja aku akan berkeliling Kota Tokyo. Hari ini, lebih baik aku membantu Kaa-san berbenah dan pergi keluar untuk membeli hadiah Valentine bagi Kaa-san. Walaupun sudah 3 hari kepindahan kami ke sini, masih saja banyak yang harus dibereskan.
Entah kenapa setelah pindah kemari, rasanya hatiku begitu damai. Karena kini aku dan Kaa-san tidak tinggal bersama pria itu. Aku yakin setelah ini Kaa-san tidak akan pernah meneteskan air matanya lagi. Semoga saja dengan pindah kemari, senyuman selalu terukir di wajahnya.
Baru saja aku hendak keluar kamar. Tetapi, ada saja orang yang membanting pintu utama. Tidak mungkin itu Kaa-san. Karena penasaran, aku akan mengecek siapa gerangan yang membanting pintu dengan sengaja.
Ternyata itu adalah Tou-san.
"Sudah kubilang jangan membawa anakku pergi dari Kyoto!"
Teriakan itu menggelegar memenuhi seisi rumah.
Amarahku tersulut saat kulihat pria itu menarik lengan Kaa-san dan membentaknya. Aku segera pergi ke lantai bawah dan menarik lengan Kaa-san dari genggaman pria yang tak lain dan tak bukan adalah Tou-san.
Kata-kata kasar terlontar dari mulutku begitu saja, "Berhenti menyakiti Ibuku, dasar b*jing*n."
Dapat kurasa tanganku ditarik oleh seseorang. Aku yakin itu Kaa-san.
Sesuatu yang perih menghantam diriku. Aku menatap Kaa-san dengan wajah tidak percaya.
"Neji Hyuga! Jaga bahasamu! Aku tidak pernah mengajarkan anakku untuk berbicara kasar apalagi terhadap orang tua. Kendalikan emosimu! Aku kecewa padamu, Neji!"
Kata-kata itu begitu menyakitkan bagiku. Sesuatu yang berat dan tajam seakan menghantam serta menusuk hati dan pikiranku. Kepalaku terasa pusing. Kepalan pada tanganku semakin menguat. Aku benar-benar keterlaluan. Deru nafasku tidak beraturan, aku segera beranjak dari hadapan Kaa-san sebelum aku membuatnya semakin kecewa.
Aku ingin sekali berteriak, menangis, dan mengeluarkan emosi ini. Tetapi, entah kenapa itu terasa sulit karena kebiasaan diriku yang sering menahan amarah.
Tenanglah Neji! Kendalikan dirimu!
Baka!!!!!!!
Lebih baik aku menenangkan diri di cafe saja. Aku pun mencari cafe terdekat untuk sekedar membeli makanan dan minuman karena sedari pagi aku tidak makan. Walau aku yakin aku tidak bisa makan apapun. Tapi, akan aku usahakan.
Pikiranku masih kacau sangat kacau. Entah apa yang memenuhi pikiranku sampai berjalan saja aku selalu menabrak orang. Namun, pikiranku semakin kacau saat aku menabrak seorang pelayan Cafe yang membawa kopi panas. Semua pandangan tertuju ke arahku dan gadis ini.
Ck! Ini justru membuat moodku semakin buruk. Kenapa gadis ini menggangguku saja. Aku hanya memandang datar ke gadis itu. Pikiranku masih dipenuhi bayang-bayang mengenai Kaa-san. Aku pun berbalik hendak pergi.
Gadis itu kemudian berteriak padaku, "Hey! Kalau jalan lihat-lihat! Jangan asal nyelonong aja!"
Aku tidak ingin mencari masalah. Lebih baik aku pergi menenangkan diri. Seharusnya aku tahu jika aku sedang marah lebih baik aku tidak ke tempat umum. Tetapi, gadis ini hanya memperburuk keadaan saja. Tidak bisakah dia membiarkan aku pergi tanpa harus berkata kasar padanya? Tidak bisakah dia memahami ekspresiku ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Neji's Diary [Fanfic]
FanfictionCollaboration with @HisaeYuki Tittle: Neji's Diary Genre: Drama, Romance, Friendship, fanfiction Disclaimer: Masashi Kishimoto Pairing: NejiTen, NaruHina, SasuSaku By: Lia Cherry Blossom & HisaeYuki Karena Collaboration, buka akun wp @HisaeYuki. Ada...