Gokage Library, 2 Maret
Dear Diary...
Kau tahu? Sudah dua minggu aku di Tokyo. Aku sudah terbiasa dengan suasana di sini. Jujur saja, di sini jauh lebih nyaman dibanding di Kyoto. Jika di Kyoto, Pria itu masih berani menemui Ibuku. Tetapi, di sini ada Paman Hiashi.
Sebenarnya, apa masalah dari Pria itu dan Ibuku? Ck! Aku benci seluruh dunia kecuali, Kaa-chan. Mengapa Paman Hiashi tidak ingin memberitahu diriku saja tentang masalah kedua orangtua-ku? Agar semua jelas. Aku tidak mau membenci orang sesuka hati tanpa tahu apa akar permasalahannya. Alasanku membencinya hanya karena ia adalah manusia paling tidak tahu diri yang pernah kutemui.
Yang aku harapkan, pagi ini, aku bisa berbincang dengan temanku dan belajar dengan tenang tanpa gangguan siapa pun. Khususnya si cepol. Sudah lewat dua minggu, tetapi, aku masih memikirkannya?
Tidak mudah melupakan kejadian yang sangat tidak menyenangkan itu.
Atau ... Ah, sudahlah! Lupakan!
Ayolah! Bukan hanya si cepol satu-satunya gadis yang mencaci dan memarahiku. Ingat? Ada seorang gadis berambut pirang yang menghadang jalanku dua minggu yang lalu. Aku membentaknya.
Dan ya, dia mencaciku. Bukan hanya mencaci, tetapi, dia juga menunjukku sambil berteriak kesal. Padahal jelas-jelas dia yang menghadangku. Dia pula yang membuat diriku kesal. Tetapi, mengapa dia yang membentakku?
Dasar gadis tidak tahu diri!
“Ohayo, Kakak Ipar!” teriak seorang pria bersuara cempreng.
Sudah kuduga! Dia menyukai Hinata. Tetapi, berpura-pura mengatakan akan menikahi Hanabi yang jelas-jelas berusia jauh lebih kecil darinya. Ia juga bilang ini bagian dari permainan mereka dulu. Permainan rumah tangga. Dan ayolah! Ini di sekolah. Ia tidak harus bermain itu di sini.
Sudah jelas! Hanya satu kesimpulan, ia menyukai Hinata. Dan itu terlihat sangat jelas. Aku tidak tahu bagaimana nasibnya jika Paman Hiashi tahu bahwa Uzumaki yang satu ini menyukai putri sulungnya.
“Berhenti memanggilku seperti itu!”
Ia tampak hanya menyengir dan seperti biasa, senyum lima jarinya muncul. Entah mengapa, kini tangan ini ingin sekali menonjok wajah tak berdosanya itu. Aku tidak suka jika dia seenak jidatnya mendekati sepupuku. Cih!
Aneh saja jika suatu saat, keturunan Hyuga memiliki rambut kuning nyentrik yang begitu mencolok. Terlebih sifat Hyuga yang terbilang kalem harus memiliki keturunan semacam Naruto. Meskipun “jika saja” Hinata menikah dengan Naruto dan menjadi Uzumaki, tetapi, anak mereka tetap berdarah Hyuga.
Ayolah Neji! Pikiranmu terlalu jauh!
Kusso!
“Baiklah! Hentikan itu mendokusai!” seru Shikamaru.
“Kau ini kenapa? Memikirkan Temari?” tanya seorang pria berambut bata yang kebetulan lewat. Siapa dia?
Sepertinya dia sedikit mirip Temari, kekasih si pria pemalas yang sayangnya adalah sahabatku. Tetapi, tunggu dulu! Siapa gadis yang ada di belakangnya?
Si cepol?
“Hey! Adik ipar!”
“Shut up. Jangan memanggilku seperti itu!”
“Baiklah, mendokusai! Akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Fans-mu selalu menghalangiku bertemu denganmu!”
“Baiklah baiklah. Gomen ne.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Neji's Diary [Fanfic]
FanfictionCollaboration with @HisaeYuki Tittle: Neji's Diary Genre: Drama, Romance, Friendship, fanfiction Disclaimer: Masashi Kishimoto Pairing: NejiTen, NaruHina, SasuSaku By: Lia Cherry Blossom & HisaeYuki Karena Collaboration, buka akun wp @HisaeYuki. Ada...