part 3

757 102 13
                                    

Alisa mengambil kotak kayu didalam tasnya. Ia mengamati kotak itu sangat lama. sejak ia menerimanya, tidak pernah sekalipun Alisa berniat untuk membukanya.

Namun kali ini, entah bisikan dari mana ia perlahan membuka kotak kayu kecil itu. cincin polos emas terletak disamping sebuah amplop. Alisa tidak mengerti mengapa bapak memberikan ini sebulan setelah mamak pergi.

Dari bapakmu, syahdan.

Tertulis seperti itu diamplop. Alisa mengeluarkan surat didalamnya. Kertas yang dipakai bapak kusut. Kertas bekas tampaknya.

Maafkan bapak nak. Bapakmu ini sungguh payah. Tidak bisa kau dan mamakmu andalkan. Kau boleh memarahi bapak sesukamu. Kau boleh membenci bapak. Tidak apa apa nak, tidak apa apa. Bapak layak menerima itu. bapak memang salah.

Selalu, bapak mendoakan yang terbaik untukmu nak. Bapak mendoakan kau menggapai impianmu menjadi dosen. Mamak sudah pergi, sudah tidak bisa melihatmu mencapai impianmu. Tidak bisa berdiri disampingmu. Bapak tahu bapak tidak kau harapkan lagi. Tidak ada setitikpun bapak layak untuk sekedar melihatmu dengan senyuman bangga. Kau terlalu berharga untuk di hadiri orang seperti bapak nak.

Orang orang benar, bapak sudah gagal menjadi seorang suami dan bapak.

Ada bekas air dibagian ini. Sepertinya saat menulis ini, bapak menangis.

Cincin emas polos dijari mamakmu yang bapak berikan sebagai mahar, sudah bapak jual 3 bulan setelah pernikahan. Mamakmu pasti sudah bercerita. Kau pasti membenci bapak saat mendengarnya. Bencilahnak, bapakmu ini memang payah

Bepuluh tahun bapak telah hidup bersama mamakmu, tidak pernah satu kalipun bapak menggantinya. Mamakmu selalu bertanya terkadang ia menuntut. Ia hanya merasa sedih tidak ada tanda lagi yang ia punya sebagai istri bapak.

Sekarang mamakmu sudah tiada,ia tidak bisa menerima cincin yang menjadi haknya lagi.cincin ini bapak berikan untukmu sebagai peninggalan mamakmu yang berharga. Bapak mengumpulkan uang 5 tahun tepat saat bapak kehilangan pekerjaan. Waktu itu kamu kelas dua SMA.

bapak tahu tidak ada hal berharga yang mamakmu tinggalkan karena tidak ada hal berharga yang mamakmu miliki. Ini salah bapak. Cincin ini milik mamakmu sejak bapak membelinya. Jaga cincin ini nak. bapak mencintai mamakmu.

Sedangkan dari bapak. Bapak terlalu payah untuk kau sebut sebagai bapak. Hanya surat ini yang bisa bapak berikan kepadamu. Bapak tidak punya apa apa.

Maafkan bapakmu ini nak.

Alisa tercekat. Sungguh ia benci dengan bapak yang sepengecut ini. Bapak yang dengan teganya meninggalkan ia dan mamak hanya karena bapak sudah tidak mampu lagi menghidupi kami. Alisa benci bapak, sangat benci. Awalnya seperti itu.

Tapi sekarang, ia tahu ada banyak luka dihati bapak.

Alisa menyesal saat bapak sakit berbulan bulan bulan sebelum ia pergi menyusul mamak, tidak pernah sekalipun ia menjenguk bapak.

Sebanyak banyaknya luka yang ia terima, tidak pernah sekalipun menandingi bapak.

Sesenggukan ia lepaskan. Alisa menangis sejadi jadinya. Ia menghadap jendela pesawat, awan awan yang terlihat dipandangannya membawa  bayangan sosok bapak saat masih bersamanya dan mamak. Bapak memang tidak pernah bisa memenuhi kebutuhan yang alisa inginkan meskipun alisa sudah menghitung seminimal mungkin dari apa yang benar benar ia butuhkan hanya untuk keperluan sekolah.

Alisa tidak pernah meminta macam macam seperti teman temannya. Dan bapak tidak pernah mampu memenuhi kebutuhan Alisa.

Karena nya, ada banyak luka dihati bapak.

Sekotak tissu baru diletakkan dipangkuannya, alisa menoleh. Seseorang yang memiliki koper hitam legam mengkilat di bandara tadi menghadpanya. Tanpa ekspresi. lalu melanjutkan menghadap laptop dipangkuannya. Pria itu adalah orang yang mengisi bangku disebelahnya sejak memasuki pesawat. Alisa tidak sadar.

“terimakasih”

“air putih bisa sedikit menenangkan.”  suara barinton itu terdengar sangat tenang. alisa menyeka airmatanya lalu menerima uluran itu.

“coklat bisa meningkatkan mood.” Pria itu mengulurkan tangannya lagi, ada tiga coklat. Tidak ada ekspresi apa apa dari pria ini. Sangat datar.

Mengusahakan diri untuk sedikit membuat ekspresi baik baik saja, alisa menerima coklat itu.

“kenapa satu, ambil saja semuanya.” alisa menatapnya lamat sebelum mengambil dua coklat lagi. Pria ini memiliki mata setajam elang.

“anda suka coklat?” alisa tidak berniat basa basi. Suasana hatinya sedang tidak baik sekarang tapi pertanyaan itu muncul ketika dirinya seakan meminta jawaban dari kebenaran yang ia lihat setelah satu paper bag besar penuh besrisi coklat di samping pria itu. ia penasaran untuk apa seorang pria membawa coklat sebanyak itu.

“saya seorang psikiater ada banyak permasalahan ornag lain yang harus saya hadapi dengan tenang. Saya mengkonsumsi coklat agar mood saya selalu bagus” suara barinton itu mengalir rendah.

Alisa hanya mengangguk lalu menghapus jejak jejak air matanya. Ia tidak ingin bersedih, setidaknya untuk saat ini.

“oh iya terimakasih ya coklatnya.” Pria itu mengangguk.

“ namamu siapa?”

“alisa, Alisa taera.”

“oke alisa, saya bhaga. Bhagawanta djatmiko lakaswara.”

Bhaga mengulurkan tangan dan Alisa menyambutya.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang