part 5

508 57 4
                                    

Sebulan sudah. Dan aku sudah merasa nyaman duduk di bangku paling depan di pojok kiri dengan sepupuku di kelas 3. Dari kelas 2 aku memang sudah duduk dengannya.dan kami selalu duduk di bangku pojok depan sebelah kiri.

Itu saran kakakku dan kakak sepupuku yang juga seumuran dan di kelas yang sama. Kata mereka lebih baik duduk di bangku paling depan sebelah pojok kiri. Aku tidak tahu apa sebabnya.

Aku hanya mengikuti saja, meski diawal awal aku malah merasa sedikit tidak nyaman karena tulisan di papan tulis bagian kanan jadi tidak jelas karena silau oleh cahaya matahari.

Tapi kabar baiknya di tahun ajaran ini adalah aku merasa sedikit lebih baik. aku merasa  aku lebih bebas untuk berekspresi ketika guru menanyakan sesuatu, ketika guru menyuruh membuat cerita, ketika guru menyuruh maju kedepan bagi yang bisa.

Aku tidak memperhatikan mana teman yang bisa mengerjakan mana teman yang tidak. Aku tahu aku hanya mencoba sebisaku dan aku terus mencoba ketika aku gagal dan aku tidak bisa.

teman teman yang sepulang sekolah mengajakku bermain kadang lebih sering aku abaikan karena dirumah dan mengulang ngulang pelajaran lebih mengasyikkan menurutku. Benar benar mengasyikkan.

Di SD ku, hanya ada satu guru yang mengajar semua pelajaran untuk masing masing kelasnya. Wali kelas sebutannya. Dan dikelas 3 ini, walikelas kami memanggilnya ibu evita. Dan pagi ini beliau memerintahkan kami untuk membuat gambar tentang cita cita.

“ayo yang berani maju kedepan dan menceritakan cita cita dari gambarnya keteman teman silahkan maju kedepan”

Ibu evita memperhatikan Semua siswa memasang ekspresi pucat takut takut namanyalah yang akan di panggil kedepan. Tapi aku tidak.

Tentu dengan ekspresi antusias aku sudah mengacungkan tangan tinggi tinggi seakan takut tidak disadari buk evita. Aku tidak sadar bahwa hanya aku yang mengangkat tangan sendirian.

“seperti gambar ini, cita citaku ingin menjadi dokter” aku menunjukkan gambarku di depan kelas. semua teman kelas memperhatikanku. Ini adalah Gambar seorang dokter yang memeriksa pasiennya.

“ aku ingin memakai jas putih seperti ini nantinya. Memeriksa keadaan pasien. bisa menyembuhkan orang sakit......” panjang lebar aku menceritakan di kelas. tanpa gemetar sedikitpun, tanpa terbata bata sama sekali. Ketika orang berpusat kepadaku, aku merasa aku adalah yang terbaik.

Dan aku suka ketika aku menjadi sedikit lebih hebat dari orang lain.

Semua teman bertepuk tangan ketika aku selesai. Buk evita yang memulainya duluan.

Aku mulai berjalan menduduki tempat dudukku namun sebelum benar benar duduk terlebih dahulu aku  melihat gambar vina yang duduk didepan di samping barisanku. Ia menggambar seorang guru yang sedang mengajar muridnya. Gambarnya biasa saja.

pelajaran menggambar yang lebih banyak kami temui di kelas 1 sd mebuatku sudah tahu siapa siapa saja sainganku. Lalu aku melirik sekilas gambar via, temanku dari TK. Ia duduk di belakang vina. Rambutnya yang hitam berkilau ia kibas kebelakang. Rambutnya memang indah, semua barang yang dipakainya selalu bagus, anak orang berada. dan ia juga menggambar dokter. Sekali lagi aku melihat gambarnya dengan jelas, dia memang sainganku dalam menggambar.

Begitupun dengan anak laki laki yang duduk di barisan kedua dipojok kanan. Aku meliriknya. Aku sempat melihat gambar naruto yang keren sekali kemarin di buku tulisnya. Dari TK, aku suka naruto. Dan ternyata iqbal, nama anak laki laki yang berpenampilan menonjol dari anak laki laki lainnya itu bisa menggambar naruto dengan sangat bagus. Kupikir hanya aku yang menyukai naruto dikelas ini.

“setelah alisa, ada lagi yang mau maju kedepan?” ibu evita kembali bertanya. Fania sang juara satu kelas maju dan tidak ada lagi setelah itu.

Melihat via yang menutup buku gambar besarnya dan hal yang sama yang di lakukan iqbal di pojoksana  membuat hati ini membuncah. Aku tahu, Aku punya hal yang tidak mereka punya, keberanian dan ambisi.

Aku jelas selangkah lebih hebat daripada mereka.

Tapi sayangnya, alisa kecil tidak pernah terpikir bahwa takdir tidak berpihak pada siapa yang ‘mampu’ duluan. Tidak ada yang benar benar milik kita seutuhnya.

Semua bisa hilang.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang