Probabilitas, adalah suatu kemungkinan yang menyimpan rahasia segala perkara yang tertitah pada semesta. Kau takkan pernah bisa menebaknya karena segala peristiwa ( termasuk manusia ) hanyalah suatu titik kecil yang tersimpan rapat dalam keagungan lauh mahfudz.
Kadang, aku berpikir bahwa hidup hanyalah permainan puzzle yang berserakan mewujud pada seribu keping potongan cerita yang dianggap remeh namun sebenarnya serpihan vital.
Kau takkan pernah tau, kenyataan seperti apa yang akan menyambutmu dalam bilah puzzle di tengah permainannya. Sebab, setiap langkah yang kau pilih akan menuntunmu pada satu lembar keping yang selanjutnya.
Satu frame utuh dengan gambar yang sempurna. Kamu akan membayangkan bahwa di akhir permainan hidupmu akan sesempurna itu ? Lihat kembali jejak kakimu, bahwa di dunia nyata tak ada satupun keping dari langkah yang telah kau jejakkan dapat dengan mudahnya kau ulangi seperti ketika kau menekan tombol undo.
Sampai disini, otakmu akan menebak gambar mana yang harus di terapkan ? Maka kau mulai berpikir tentang apakah arti sebenarnya dari kata pilihan, probabilitas dan hal-hal abu-abu lainnya.
Namun.. bagaimanapun, apapun langkah yang dipilih pada akhirnya akan bermuara pada satu ketetapan. Hidup dan Mati tak aķan pernah ada yang tahu, menceburkan diri ke lautan bukan serta merta kau akan celaka sedangkan tidur di rumah di atas kasur yang empuk bukan berarti kau akan baik-baik saja. Tak ada satu pun mahkluk yang tau tentang nasibnya dalam jangka satu detik kedepan. Sebab sang Penulis naskah selalu punya twist yang mungkin akan disematkan penghujung cerita.
Milik-Nya tentu saja.
°°
Sebagai manusia aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan tidak mungkin kejadian seperti ini akan terjadi. Ketika orang yang dekat denganmu akan menyerangmu, meski aku menyadarinya bahwa dia bukanlah dia yang kukenal.
Senja, wanita itu lah yang menyerangku tadi. Ada aura nan kuat yang menyeruak dari dalam diri. Aku tak tahu pasti seperti bukan dirinya.
Bukankah itu juga berlaku terhadapku ?
Hm.. seharusnya tak ada lagi perkara yang membuat jiwa ini terkejut. Bukankah dari awal aku sudah terbiasa mengalaminya. Peristiwa demi peristiwa di luar batas penalaran manusia yang begitu gamblangnya terlihat di depan mata.
°°
Cool Forest, inikah rasanya.. suhu udara yang sebenarnya pada kedalaman sang giri. Bioma yang semakin menggigil tersapu oleh angin gunung membuat embun yang tersangkut di dedaunan harus mencair lebih cepat pada celcius yang terhitung dalam suhu kurang dari satu dasa.
Aneh, perasaan apa lagi ini. Suatu yang mendekat dari arah belakang tanpa sedikit pun aku menoleh namun aku bisa mengetahuinya.
Aura ini. Dua sosok niskala berhenti dibelakangku. "Maafkan kami prabu, kami sudah berusaha sekuat yang kami bisa tetapi.."
Ada hembusan energi yang saling berkomunikasi, bisikan lirih yang seperti tak terdengar oleh telinga namun begitu jelas merebak masuk ke dalam atma.
Dan aku telah terbiasa, maka aku sudah mengira bahwa suara lirih itu terhenti ketika sang tutuk mulai bersuara,
"Sudahlah, dia bukanlah tandingan kalian. Ini urusan saya jadi biarkan saya yang mengakhirinya. Pergilah.." sendi pivot memalingkan sedikit sang Jangga ke arah daksina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hargo Dalem
HorrorCeritanya horror banget.. ..serius Cerita ini fiksi, nggak boong. . Update setiap malam bulan purnama.