Berangkat ke kota

154 24 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam, Kardia dan Dégel akhirnya tiba di kota.

Suasana kota ketika itu sama sekali tidak menunjukkan adanya bekas peperangan. Setiap kedai yang menjual barang berbeda-beda ramai pelanggan, membuat jalanan sesak dipenuhi lautan manusia.

"Tidak biasanya kota ini ramai sekali..." Kardia bergumam ketika Dégel selesai membayar ongkos kereta kuda.

"Ayo, kita tidak punya banyak waktu."

Mereka berdua segera membaur dengan warga. Dégel mau tidak mau harus memegangi tangan Kardia agar tidak terpisah, apalagi jumlah orang-rang yang kian lama kian bertambah membatasi jarak pandang. Satu lagi masalah bertambah saat Kardia tiba-tiba berjalan cepat mendahului Dégel. Pemuda bersurai zamrud itu kewalahan membuntuti si gadis Scorpion yang gesit dalam hal menerobos.

"Hei, Kardia... perpustakaannya di sebelah sana, kenapa kau malah..." Dégel mematung, kemudian muncul pertigaan merah imajiner di dahinya. Sedangkan Kardia, dia menatap polos kawannya itu seraya menunjuk-nunjuk sebuah kedai apel.

"Wah, wah... selamat datang di Kedai Apel Luigi. Kalian sepasang kekasih yang beruntung karena kedaiku sedang ada promo. Tinggal bayar lima koin perak dapat sepuluh apel plus dua puluh jika salah satu dari kalian bisa menjatuhkan sepuluh boneka jerami di sana..." si pemilik kedai berbicara dengan semangat, sedangkan Kardia yang mendengar kata 'sepasang kekasih' wajahnya langsung memerah. Dia lalu menjelaskan bahwa mereka hanya teman. Dégel sendiri dia tidak terlalu menghiraukan perkataan orang tua berjanggut itu, matanya fokus pada kayu yang digunakan sebagai penopang tubuh boneka.

Kardia tersenyum congkak mengetahui bahwa syaratnya tidak terlalu sulit, namun segera senyum tersebut digantikan wajah masam ketika batu yang ia lempar sama sekali tidak membuat tubuh boneka bergeming.

"Kardia," Dégel berbisik di samping telinga sahabatnya. "Aku merasa ada yang aneh. Jangan-jangan pemilik kedai ini menggunakan cara curang."

Kardia mengiyakan lalu menjauhkan wajah Dégel dari telinganya karena gadis itu merasa risih.

"Hei orang tua, kau bilang kami bisa membawa pulang dua puluh apel tambahan jika bisa menjatuhkan seluruh boneka di sana dengan cara apa pun kan?"

Si pemilik kedai yang sedang menyeruput minuman pun tersedak.

"Kalau begitu akan kujatuhkan-tidak, kuhanguskan semuanya sekaligus."

Kardia memanjangkan kuku jarinya dan berangsur-angsur memerah, serta iris safirnya memancarkan kilatan kemerahan.

"Scarlet Needle!"

Gadis itu menembakkan jarum pada masing-masing boneka. Soal hasil tentu saja tidak mengecewakan mengingat dirinya seorang gunslinger yang mampu membuat mangsa merasakan sakit yang luar biasa hanya dengan satu tembakan.

Begitu boneka kesepuluh hangus menjadi abu, kedai yang menjual beragam jenis apel tersebut langsung ambruk. Dégel sudah pergi lebih dulu begitu tak lama kemudian mereka jadi pusat perhatian, sementara Kardia memunguti jatah apelnya sembari tersenyum kemenangan.

***

Dégel memilah-milah beberapa buku, membacanya cepat kemudian meletakkannya lagi ke dalam rak, terus seperti itu hingga tak sadar pemuda berkebangsaan Perancis itu sudah memeriksa lebih dari lima rak.

Kardia yang tidak tertarik dengan buku-buku tebal berjejer rapi di dalam rak hanya melihat-lihat isi perpustakaan. Seraya menengadahkan kepalanya ke atas dia berjalan santai dengan satu tangan menyapu pinggiran buku dan satunya lagi memegang apel ukuran jumbo. Gadis itu baru berhenti saat sudut matanya menangkap sebuah buku bersampul coklat yang tergeletak di atas meja pualam.

Maple Tree in the middle of Forest [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang