Maaf

166 27 0
                                    

Bluegard, dua tahun sebelum Perang Suci

Derit logam berkarat saling bergesekan begitu jembatan diturunkan. Seorang pemuda dengan tubuh ditutupi jaket kulit dan kain tebal turun dari kereta kuda. Sembari menggendong seseorang, pemuda tersebut berlari kesetanan menuju gerbang kemudian memasuki halaman kastil dengan dikawal beberapa prajurit. Begitu masuk alih-alih menghampiri lusinan orang yang sedang menunggu di aula kastil dengan tatapan cemas, dia justru naik ke lantai dua menuju sebuah kamar.

Perapian di samping tempat tidur segera dinyalakan. Ada tiga tabib yang dipanggil ke dalam kamar itu, salah satunya diminta untuk memeriksa kondisi seorang wanita yang digendong pemuda dengan seluruh tubuh tertutup busana musim dingin.

"Berterima kasihlah pada dewa-dewi karena mereka masih melindungi nyawa Tuan Putri Seraphina," kata tabib tersebut dengan penuh sukacita. Pemuda berbusana musim dingin segera melepas penghangatnya lantas mendekati ranjang. "Ini adalah kabar baik yang harus segera disampaikan pada rakyat Bluegard, Pangeran Unity."

Unity yang sebenarnya tidak terlalu mendengarkan perkataan tabib di sebelahnya mengangguk asal, karena baginya sang saudari dapat kembali ke tanah air dengan selamat itu pun sudah cukup.
.
.
.

Ruangan pertemuan yang kini hanya dihadiri beberapa petinggi kerajaan, para tabib, serta pemegang tahta Bluegard itu sunyi. Bagaimana tidak? Gagal mendapat bantuan untuk negerinya setelah berkeliling dunia—mereka semua tetap harus terlihat tegar meski berita yang dibawa Seraphina memberikan pukulan telak bagi negeri bernasib sekarat itu.

Malamnya, Unity bermimpi aneh setelah letih karena berjam-jam dia terus memutar otak untuk menemukan cara agar negerinya bisa selamat dari keterpurukan. Di dalam mimpi tersebut dia mendapati dirinya sedang berjalan di sebuah reruntuhan dengan pilar pualam berjejer sepanjang koridor. Tayangan tersebut kemudian berganti menjadi tanah luas dengan ratusan penduduk berbusana musim dingin bersorak-sorai menyerukan nama Bluegard. Para orang tua terlihat segar-bugar, sedangkan anak-anak menunjukan wajah berseri-seri— pemandangan yang selalu diimpikan Unity dan Seraphina tentang negeri mereka di masa depan. Detik berikutnya Unity hanya bisa melihat kegelapan, namun hal tersebut berbanding terbalik dengan indera pendengarnya yang menangkap suara deburan ombak samudera. Seperti satu-satunya sosok yang masih mau mendengar doanya, sosok itu kemudian menurunkan mukjizat kepada Unity berupa sebuah baju zirah agung yang di kedua tangannya yang saling bertangkup terdapat sebuah benda berkilau. Telanjur terhipnotis dengan kilauan benda itu, Unity lalu menyentuhnya, lantas si pemuda langsung terbangun di atas ranjang dengan benda berkilau tersebut berada dalam genggamannya.

Terlepas dari kabar baik mendadak yang disampaikan Unity pada Seraphina—yang di satu sisi juga akan berdampak buruk pada Bluegard di masa depan, empat sosok misterius penyebab mimpi sesat sang Pangeran menunjukkan senyum kemenangan sebagai tanda atas keberhasilan rencana mereka.

***

Aspros menuntun kakinya menuruni setiap anak tangga dengan cekatan. Dia tergesa-gesa. Ini semua salah Defteros yang semalam terus saja berbuat ulah dan tidak henti-hentinya membicarakan sang Penjaga Kuil ke-6. Alhasil ia bangun kesiangan karena kurangnya waktu istirahat.

Di kelokan turunan Aspros melihat sesuatu bergerak mendekat ke arahnya—itu Kardia yang sedang melangkah gontai. Wajah gadis itu ditutupi topeng porselen—yang sudah menjadi kewajiban bagi seorang Saint wanita untuk menutupi wajahnya.

Aspros melotot, mengucek matanya lalu melotot lagi seolah Kardia bidadari lewat yang jatuh dari surga. Sedangkan Kardia, kalajengking itu terus melangkah menaiki tangga menuju kuilnya tanpa memedulikan kanan-kiri, bahkan Aspros yang jelas-jelas sedang memelototinya pun ia acuhkan.

Maple Tree in the middle of Forest [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang