BAB 3

7.2K 258 4
                                    

"Kakak, Aku ini istri dari saudara kembarmu..."

Christoper tersenyum dengan mata dan sudut bibirnya yang berdarah dan lebam.

"Aku tahu aku salah. Maka dari itu aku menerima hukuman dari Christian. Tapi aku rasa ini tidak akan cukup baginya. Hahaha. Aaaaarrrgghh..." Christoper meringis memegangi tulang rusuk bawahnya.

"Kakak... Tulang rusukmu ada yang patah. Hati - hati... Tubuhmu jangan banyak bergerak dulu..."

"Kau perhatian sekali padaku." Christoper tersenyum nakal.

Olivia menghembuskan nafasnya.

"Kau aneh. Tiga jam yang lalu kau masuk ruang ICU karena dipukuli habis-habisan. Dan kau masih sempat menggodaku sambil tersenyum ?"

Christoper menatap dalam mata Olivia.

"Karena aku bahagia. Aku sudah menyatakan perasaanku padamu."

Olivia memelas sedih menatap keadaan Christoper.

"Kakak, aku..."

Terdengar langkah seseorang.

"Olivia. Aku ingin bicara berdua denganmu."

Amalia menarik kasar tangan Olivia dan menyeretnya keluar dari bangsal itu dengan langkah cepat menuju tempat yang sepi.

"Kak Amalia... Aku..."

"Aku dengar semuanya." potong Amalia dingin.

Olivia hanya menunduk. Ia tidak tahu harus berkata apa kepada Amalia.

Amalia pun menghela nafas.

"Olivia... Dulu aku juga pernah mencintai Christian. Tapi begitu dekat dengan Christoper, cintaku langsung berpindah. Maka dari itu, tolong jauhi suamiku."

"Maafkan aku, Kak Amalia..."

***

Karena cemas dengan keadaan Christoper, Olivia lupa pada Christian. Ponsel Olivia pun berdering. Namun itu panggilan dari nomor yang tidak di kenal.

"Ini aku..."

"Chris ??? Kau di mana ? Aku ingin bicara de..."

"Tidak perlu. Tunggu surat cerai dari pengacaraku."

Olivia termenung. Tangannya melemah hingga ponselnya seketika jatuh terhempas begitu saja dari genggamannya. Ia bagai disambar petir di siang bolong mendengar kata - kata itu.

Olivia bergegas pulang ke rumah. Tapi kedua anak kembarnya tidak ada di sana. Para pelayan bilang Christian yang membawa mereka entah pergi ke mana.

Ia segera keluar lagi dari rumah  untuk mencari anak - anaknya. Karena begitu panik dan tergesa - gesa, ia memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Tak sengaja ada truk yang kehilangan kendali yang datang dari arah berlawanan. Sehingga tabrakan pun tak terelakkan...

***

Olivia...
Semenjak aku bertemu denganmu...
Hariku menjadi lebih berwarna.
Aku merasa di perhatikan.
Aku merasa disayangi.
Aku merasa diredamkan.
Aku merasa mendapat keutuhan keluarga.
Aku merasa nyaman di dekatmu.
Ketulusan hatimu, membuat aku terpesona.
Kau satu - satunya orang di dunia ini yang bisa mengalahkanku. Aku kalah telak darimu. Karena Cintaku ini begitu besar.
Aku tidak pernah bercerita dengan siapa pun. Tapi kini aku ingin bercerita padamu. Aku harap kau tak bosan.
Aku pernah merasa orang tuaku hanya menyayangi Christian saja. Aku pernah depresi karena merasa tidak perhatikan. Sehingga aku berlari. Hingga aku di culik untuk bisa di tebus.
Saat itu... Aku di pukuli, dianiaya, di beri makan seperti binatang, bahkan aku mengalami pelecehan seksual.
Akhirnya sampai sekarang aku sangat temperamental. Aku sangat membenci orang - orang yang berniat apalagi berbuat 'jahat' padaku. Alhasil, aku juga menjadi manusia yang sangat jahat bahkan aku adalah manusia yang kejam.
Tapi tak seorang pun tahu akan hal itu.
Hingga ada seorang anak yang menyelamatkan aku dari tempat di mana aku disekap. Anak itu tinggal di permukiman kumuh di pinggir kota tempat kita bertemu waktu itu.
Meski pakaian mereka lusuh dan hidup di lingkungan yang kumuh dan hidup seadanya, tetapi hidup mereka menurutku sangat lengkap. Walau aku orang asing tapi di sana aku diperlakukan seperti keluarga mereka sendiri. Aku bahagia. Aku tidak ingin pulang.
Hingga pada akhirnya aku bertemu ayah saat aku mengamen di lampu merah bersama teman yang menyelamatkanku. Aku pun dipaksa masuk ke mobil. Naasnya, temanku tewas tertabrak motor karena mengejar mobil ayah yang membawaku.
Ayahku hanya marah kepadaku. Ia bilang aku bodoh, aku menyusahkan, aku membuat khawatir, Ayah hanya berpikir bahwa aku kabur dari rumah setelah menghancurkan pialaku, tanpa mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Dan ibu hanya sibuk dengan penyakit Christian.
Aku selalu membuat ulah di sekolah supaya Ayah dan ibu memperhatikanku. Tapi yang terjadi Ayah semakin memaki aku dan membanggakan Christian.
Aku mampu mengelola perusahaan Ayah. Tetapi Ayah bilang perusahaan keluarga akan hancur di tangan orang sepertiku.
Aku orang yang menyedihkan, bukan ?
Jangan menertawakanku, ya ! Olivia
Aku akan pergi. Tapi hatiku akan kutinggalkan di sini, kutitipkan kepadamu.

'Cup'

Olivia merasa ada satu kecupan mendarat di keningnya.
Ia perlahan membuka mata. Di liriknya Christian sedang tertidur dalam posisi duduk dengan tangan menelungkup di sampingnya.

"Chris..."

Christian langsung terperanjat bangun sambil membulatkan matanya.

"Olivia...? Aku akan memanggil  Dokter !" ucap Christian sambil keluar dari bangsal itu.
Dokter pun datang memeriksa keadaan Olivia. Dan Olivia pun dinyatakan baik - baik saja dan tinggal melewati masa pemulihan.

Christian pun memeluk Olivia dengan tangisan.

"Olivia... Syukurlah..."

"Chris... ? Mengapa aku di sini ? Apa yang terjadi ?"

"Kau koma selama tiga bulan akibat kecelakaan yang kau alami."

Olivia mengingat apa yang terjadi. Kemudian ia menatap Christian.

"Chris... Maafkan aku."

"Tidak. Akulah yang minta maaf. Maaf karena aku tidak percaya padamu..."

Olivia terdiam. Tapi yang membuat ia bingung, tadi ia seperti mendengar Christoper bercerita. Tetapi saat ia sadar, hanya Christian yang ada di sampingnya.

"Oh ya. Tiga hari yang lalu, saat tulang rusuk Chriso sembuh, ia berangkat ke Amerika."

Olivia sedih mendengar itu. Apakah hal yang ia dengar itu benar - benar Christoper atau itu hanya mimpinya saja ???

Melihat raut wajah istrinya, Christian mengerutkan dahinya.

"Mengapa ? Apa kau juga memiliki perasaan padanya ?" Christian menaikkan sebelah alisnya.

Olivia pun menceritakan apa yang dikatakan Chriso di dalam mimpinya. Christian pun turut bersedih akan hal itu. Ia menyesal karena tidak terlalu mengenal saudara kembarnya.

"Chris... Aku hanya mencintaimu. Hanya kau. Tak akan ada orang lain."

"Aku tahu. Aku hanya cemburu."
Mereka pun berpelukan satu sama lain.

***

Christoper tersenyum sambil menatap langit pagi kota New York yang sangat cerah. Ia sangat bersyukur akan kabar baik yang datang dari Indonesia.

Aku mencintaimu Olivia... Tapi sayangnya kau bukan di takdirkan untukku, di kehidupan ini.
Namun, di kehidupan berikutnya...

KAU HANYA MILIK CHRISTOPER.


Vote :)
Thanks Readers :)

Christoper(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang