"Deret Aritmatika,
Deret Geometri.
Kamu kapan berkeluarga?
Biar nggak melulu hidup sendiri."- Nurul -
Hidup berdampingan dengan tetangga memang harus rukun. Namun, ada saja tingkah mereka yang menguji kesabaran. Setiap hari seperti gencatan senjata menegangkan, harus waspada agar tidak terjadi peperangan. Sungguh cobaan hidup yang melelahkan.
Seperti saat ini, Rabu, saatnya posyandu. Bagi ibu hamil, balita atau yang sedang sakit, bisa memeriksakan diri atau berobat secara gratis. Karena diadakan di rumah tante Nia, pasti di sana akan sangat ramai. Sebagai tetangga dan masih keluarga, aku hanya berdiam diri di rumah. Keluar pun, tidak membantu apa-apa.
"Dek, aku ke posyandu dulu," pamit Aini.
"Periksa Angkasa, Mbak?" tanyaku.
"Iya."
Aini menggendong Angkasa lalu pergi. Aku yang sedang rebahan sambil menonton youtube hanya melihat sekilas lalu lanjut lagi.
Sebuah pesan kemudian mendarat, menggangguku yang sedang asyik menonton. Namun, aku batal keki karena pesan itu dari Rohmah, sahabatku. Dia bertanya apakah aku ada di rumah atau tidak. Segera aku bilang, ada. Dia menjawab lagi, mengatakan bahwa dia akan datang ke rumahku sepulang dari mengajar. Aku mengiyakan ucapannya.
Aku menyudahi menonton sebentar, memeriksa jam berapa sekarang. Masih jam sembilan, jadi aku masih bisa rebahan.
Rohmah adalah guru SMA di kota sebelah. Jam pulangnya sekitar jam dua belas siang. Dia tak ada jadwal mengajar di jam terakhir di hari Rabu. Kemungkinan dia tiba di sini sekitar jam satu. Aku bisa bersantai, menikmati nikmatnya kasurku yang tidak terlalu empuk.
"Dek," panggil Aini, sudah kembali dari posyandu.
"Ya, Mbak?" sahutku.
"Ada mie lontong di meja, tuh. Dikasih tante Nia."
"Oke."
Tanpa basa-basi, aku segera berdiri dan pergi ke ruang makan. Ini yang aku suka dari kegiatan posyandu hari Rabu. Tante Nia atau tante Iri akan bergantian membuat makanan untuk para pengurus dan tetangga sekitar. Rezeki memang tak ke mana.
"Mbak, kamu udah?" tanyaku setengah berteriak.
"Udah, punya mamak, tri dan abangmu nanti biar diantar sore katanya. Nggak enak kalau dikasih kuah sekarang."
"Mantap."
Aku segera berdoa lalu memakan dengan lahap makanan yang memang diperuntukkan kepadaku. Dalam sekejap, mie lontong itu habis. Perut kenyang, senyum terkembang. Alhamdulillah.
Setelah makan, aku duduk sebentar dulu baru pergi mandi. Aku tidak mau Rohmah mencium bau-bau aroma negeri kapuk yang memabukkan dari tubuhku. Sekalian, juga ingin berganti baju karena tiga hari memakai baju yang sama.
"Tumben mandi, mau ke mana, Dek?" tanya Aini, heran melihatku sudah mandi. Padahal hari ini aku tak ada kegiatan, hanya rebahan cantik.
"Nggak, kok, Mbak. Ada temanku mau ke sini," jawabku.
"Oh gitu, aku kira mau ke mana. Boleh nitip Angkasa, Dek? Fara lagi keluar, Tante Iri dan Nia sibuk, jadi nggak bisa nitip dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
BACOT TETANGGA [ TERBIT ]
HumorSUDAH TERBIT. BISA DIPESAN DI SHOPEE ATAU TOPED KESAYANGAN KAMU. Hanya sebuah cerita sehari-hari tentang Nurul, wanita berusia 26 tahun, lulusan SMA, tidak bekerja dan belum berkeluarga. Pernah tunangan 7 tahun tetapi berakhir dengan perpisahan yan...