1. P. G. Quenara

246 15 7
                                    

SMA BERGADA SATYA.

Papan kayu tebal yang dilapisi logam aluminium dibagian tertentu  menampilkan tulisan mencolok dengan huruf hitam berukuran besar terpampang nyata di permukaan depan.

Sebuah nama SMA elit didekat pusat daerah Jakarta Selatan, melahirkan berbagi macam pelajar pintar berprestasi sekitar 70% lebih, sisanya bisa kalian ketahui mengingat bagaimana sosok perkumpulan teman Gama maupun Sara yang terkenal begajulan itu ada disini sebelum akhirnya lulus tahun ini.

Tahun 2020, tahun ajaran baru. SMA elit ini kembali melahirkan segelintir pelajar barunya dihari pertama mereka masuk kembali ke sekolah. Hari dimana ratusan pelajar hadir berkumpul menjadi satu, demi menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah, atau kalau anak jaksel seting sebut sebagai, ospek singkat?

Ratusan pelajar tampak berkerumun di area lapangan basket sekolah. Berbagai macam bentuk seragam dengan warna serupa turut hadir meramaikan, ada yang normal, sangat normal, dan sama sekali tidak sangat normal.

Seperti milik salah satu gadis yang tengah kerepotan membawa panci berukuran sedang dikedua tangannya. Dengan seragam yang tidak sangat normal itu ia kesusahan membawa panci besar yang kosong itu ke tengah lapangan basket.

Wajah cantiknya yang berpeluh keringat dibalut oleh rambut hitam sebahu yang ia ikat asal menyamping di leher kanannya. Menutupi leher jenjang putih mulusnya yang kemungkinan besar akan menjadi daya tarik sendiri bagi lelaki disana, mengingat penampilannya sekarang saja sudah menjadi santapan mata bagi sebagian orang yang menatapnya.

Menatap karena terkagum olehnya, atau memang sudah mengenalnya lebih dahulu.

Sang superior SMP Satya Wacana dulu sebelum lulus, gadis paling cantik dengan ketenaran yang sudah melebihi selebgram Indonesia. Atau kemungkinan besar, dia akan menjadi the next barbar girl's after Cessara Lathifa, si Trouble maker Queen yang tahun ini baru saja lulus meninggalkan masa SMA-nya.

Pricilye Ghea Quenara.

Pricilye pake 'y' bukan 'i'

Ghea pake 'h' nggak pake 'y'

Quenara biasa aja nggak pake double 'n'

And here, y'all can call this girl with nickname----

"NARA!!!"

Nara.

Okey, siapa sih, yang tidak kenal oleh cewek barbar satu ini?

"Jijaah!" Balas Nara sambil berteriak juga. Tangan satunya kokoh memegangi panci, sementara tangan yang lain melambai di udara saat berhasil menemukan sahabatnya yang juga diterima di SMA Bergada Satya.

Dalam jarak kurang lebih 5 meter, tampak sang sahabat Nara merengut kurang dari sedetik pasca Nara memanggil namanya. Nama panggilan yang paling dibenci semasa hidupnya, dan sekarang, kembali berkumandang keras di lingkungan barunya setelah dengan kurang ajarnya Nara berteriak dengan wajah cantik meledek.

Sialan.

"Bisa nggak, manggil nama gue bagusan dikit? Kek lo lagi manggil pembokat lo aja dah," Gerutu sang gadis usai berjalan mendekat dan berdiri persis disamping Nara.

Nara sendiri? Tentu saja tertawa, makin kencang, bahkan panci besar yang tadi dipegangnya mendadak ia taruh di lantai agar bebannya saat tertawa bisa lepas dengan sempurna.

"Ya, kan, bener gue manggilnya. Nama lo kan Aziza, yaa gue panggil jijah, lah!" Nara berhasil menjelaskan disela tawanya yang belum mau berhenti.

Iya, Nara memang benar. Namanya Hanna Aziza Setiawan. Panggilannya Ziza tanpa embel-embel huruf 'h' dibelakangnya. Nara sendiri yang menambahkan dengan isengnya, katanya itu bakal jadi panggilan sayang buat Ziza.

Nyatanya dulu setiap kali Ziza diledek teman SMP-nya, nama Jijah selalu menyertai disetiap ledekan yang ia terima.  Bisa dikatan, satu sekolah hampir tahu nama panggilan tersebut.

Dan sekarang, Nara hendak mengulangi kejadian yang sama seperti di SMP mereka berdua.

"Tau ah, kesel gue sama lo. Gue kan pengen masa SMA gue beda sama masa suram SMP gue, Ra." Rengek Ziza dengan wajah manyun yang tampak menggelikan bagi Nara.

"Iya-iya, gue nggak manggil nama lo gitu lagi deh." Namun binar mata Nara mendadak menatap jahil Ziza sambil sesekali melirik pancinya yang sudah tergeletak dibawah dekat kakinya. "Tapi bantuin gue ngasih panci ini ke anak osis, ya? Lo tau sendiri kan, gimana malesnya gue ketemu kumpulan cowok pemangsa degems yang berkedok anggota osis itu,"

Ziza mengikuti lirikan Nara yang tertuju di ujung pojok lapangan basket yang berisikan senior mereka dengan memakai  almamater kebanggan anak anggota OSIS sekolah. "Tapi mereka lumayan kok, Ra. Liat deh, ganteng-ganteng gitu, lumayan buat jadi gebetan baru, kan?"

"Ganteng tapi fakboi buat apaan coba?" Nara memutar bola matanya malas. Lalu tak sengaja menangkap sosok yang sama memakai almamater OSIS, namun sedang duduk menyendiri ditempat sebrang kumpulan anggota OSIS lainnya. "Minimal kalo mau punya pacar Senior Osis, kayak dia tuh, anteng, tenang, baca buku, nggak neko-neko. Tapi juga ganteng."

Ziza kembali mengikuti arah pandangan mata Nara, "Yang kayak gitu mah bikin bosen, Ra. Nggak ada pemacu buat bikin hubungan anti-mainstream. Flat aja kayak aspal jalanan."

Nara tertawa kecil, "Tapi kok gue liatnya, dia kayak punya aura yang beda dari yang lain ya, Za?"

***

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang