BROKEN (part. 1)

21 8 2
                                    

          Apa Kau Pernah Patah Hati Sedalam ini?

          Malam itu, lampu bercahaya kuning berjejer rapi menghias tepi jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


          Malam itu, lampu bercahaya kuning berjejer rapi menghias tepi jalanan. Bangunan klasik berdiri tegak tampak menawan. Langit mendung menambah suasana malam itu semakin kelam, ditambah rintikkan hujan yang tak kunjung reda. Kelam dan dingin.

          Seorang pria tampak berjalan santai menerobos hujan. Kedua tangannya bersembunyi aman dibalik saku jaket hitam tebalnya. Sementara mata pria berumur tiga puluhan itu mencari-cari sesuatu. Ia pun menghentikan langkah dan berdiri linglung ditepi trotoar. Selang tak lama, seorang wanita tampak berlari menghampiri dari arah berlawanan. Wajah wanita itu seharusnya terlihat cantik dan manis, jika saja penampilannya rapi dan terawat. Ia hanya menggunakan dress sepanjang lutut, wajahnya kacau dan terlihat seperti habis menangis, rambut sebahunya kusut masai meski diikat rapi. Juga ia tak beralas kaki.

          "Joan, kumohon maafkan aku. Ayo pulang, jangan berdiam diri disini nanti kau sakit," wanita itu tampak memohon sambil menarik lengan sang pria. Tampaknya mereka sepasang suami-istri. Namun pria yang dipanggil Joan itu menolak. Ditepisnya tangan istrinya tanpa bicara sepatah katapun.

          "Joan, sampai kapan kamu tidak bisa menerimaku seperti ini? Pernikahan kita sudah berjalan setahun, apa kamu masih belum bisa menerima perjodohan kita?"

          "Plaakk!" sebuah tamparan dilayangkan Joan pada pipi istrinya.

          "Pulanglah kerumah. Kau hanya membuatku malu disini. Berhenti merayuku dan kau sudah tau apa resikonya," Joan berlalu meninggalkan istrinya yang menangis terduduk lemah.

          Sungguh miris pemandangan itu. Disaat kepada suaminyalah ia berlindung, justru penolakan yang didapatinya. Berpasang-pasang mata menatap wanita itu dengan iba juga prihatin, namun tak ada satu orangpun yang mau mengulurkan tangan. Mengingat betapa jijiknya mereka terhadap masa lalu yang direngkuh istri Joan itu.

*****

          Namanya Kattie. Usianya dua puluh sembilan tahun. Ia anak yatim piatu yang besar dilingkup kehidupan bebas. Tak ada pendidikan sekolah yang mengisi otak kepalanya. Ia hanya tau bagaimana hidup dan mencari uang meski dengan cara yang salah. Kattie hanyalah seorang mantan pelacur. Ia hidup glamour dengan hasil uang yang ia dapat dari lelaki penggemar nafsu. Nama Kattie semakin terkenal ketika ia beranjak usia dua puluh tahun. Masa remaja yang benar-benar indah bagi Kattie. Wajahnya terkenal cantik dan selalu berseri, tubuh rampingnya yang molek selalu meliuk menampilkan kegenitannya. Kattie terus hidup seperti itu hingga ia berusia dua puluh delapan tahun.

          Kattie mulai merasa bosan akan kehidupannya. Meski ia bisa mendapat uang seberapa pun yang ia mau, Kattie tetap merasa tak puas dengan apa yang didapat. Kattie merasa ada hal penting yang luput, dan Kattie sadar, itu adalah cinta. Kattie ingin mendapatkan cinta dan memilikinya. Bukan hanya sekedar cinta dalam semalam lalu berganti pada keesokannya. Bukan, bukan seperti itu yang ia mau. Akhirnya, Kattie berhenti menjadi pelacur. Hal itu ia ungkapkan kepada Madam yang mengasuhnya. Tentu saja Kattie mendapat penolakan besar. Madam tau, Kattie adalah pendapatan terbesar baginya dirumah nista itu. Meski ditolak, Kattie tetap bersikukuh dengan pendiriannya.

          Setelah lepas dari tangan Madam, Kattie harus berjuang keras menjalani hidup. Ia membutuhkan uang untuk biaya kehidupannya, dan ia perlu pekerjaan untuk mendapatkan uang. Kattie berpikir keras dimana ia akan mendapat pekerjaan. Status pendidikannya yang rendah, serta identitasnya sebagai mantan pelacur kondang, membuat Kattie kelabakan mencari pekerjaan. Namun ia tak menyerah, tekadnya benar-benar bulat. Kattie tak akan pernah kembali pada masa lalunya. Dan disaat itulah. Ia bertemu dengan Joan.

          Satu tahun yang lalu, dipetang yang dingin, Joan berjalan sempoyongan menuju apartemennya. Bau alkohol menyengat dari mulutnya, pikiran Joan benar-benar dipenuhi efek alkohol yang memabukkan, tubuhnya hampir ambruk ketika seorang wanita membantu menahan tubuh yang lunglai itu.

          "Are you okay?" Kattie menatap pria itu. "Anda mabuk berat, apa tidak ada teman atau saudara anda disini?"

          "Di..situ" Joan menunjuk suatu arah.

          "Oh, itu apartemen. Baiklah, akan saya bantu Anda kesana," Kattie memapah tubuh Joan yang lemas seperti tak bertulang.

          Sampainya didepan apartemen yang dimaksud, Kattie mencoba membuka pintu, terkunci.

          "Tuan, kita sudah sampai diapartemen anda. Berapa pinnya?" masih dalam keadaan yang sama, Joan menekan angka pin. Pip! Kunci terbuka.

          "Baiklah tuan, silahkan anda beristirahat. Tubuhmu benar-benar berat,"

          "ja..ngan pergii,"

          "Anda mengigau, sepertinya anda benar-benar mabuk berat,"

          "na..mamu Lusy,"

          "Bukan tuan, namaku Kattie,"

          "Lu..sy.. Ku..mohon jangan tinggalkan a..ku.."

          Kattie hanya menggelengkan kepalanya, pria ini pasti baru saja bertengkar dengan kekasihnya. Ia pun beranjak keluar dari apartemen itu. Namun, tiba-tiba saja Joan menarik tubuh dan membanting Kattie diatas tempat tidur. Pip! Pintu terkunci.

          "Lu..sy, temani aku tidur malam ini saja," Joan membelai rambut Kattie dengan lembut. Kattie beronjak takut.

          "Aku bukan Lusy!"

          "siapapun ka..u, kau adalah Lusy untukku," Joan berbicara sambil terpejam.

          "Sadarlah tuan, anda sedang mabuk!" Kattie mencoba melepas cengkeraman tangan itu, yang ada hanya terasa sakit pada pergelangannya. Kattie merasa takut. Joan hanya menepuk pelan bantal disebelahnya, menyuruh Kattie tidur.

          "tidurlah disini Lu..sy, atau aku akan mati,"

          "uuh, dasar pria ini!" akhirnya Kattie menurut ia tidur memunggungi Joan. Dari balik punggungnya, Joan tersenyum manja. Tangannya yang kekar terus membelai rambut Kattie dengan lembut. Mulutnya terus mengigau menyebut nama Lusy. Sejenak, Kattie merasa nyaman.

           "Semoga pria ini cepat sadar dari mabuknya," Kattie mencoba menikmati belaian lembut dikepalanya. Ia merindukannya. Ijinkan aku sebentar saja menikmati kehangatan ini.

*****


To Be Continue

Jangan lupa vote/comment ya. Itu sangat berarti untuk Author biar semangat menulis :)

YOU AND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang