Kehidupan Kattie berubah setelah malam itu. Pertemuannya dengan Joan membawa kebahagiaan sekaligus luka disana. Dan disanalah kehancuran hidupnya dimulai. Tak ada kebahagian yang ia rasakan tanpa kepedihan setelahnya.
Keesokan paginya, Joan mencoba membuka mata yang terasa berat. Tidak hanya mata, seluruh badannya terasa berat. Ada sensasi rasa perih dipunggungnya. Belum sempat memikirkan yang lain, mata Joan membelalak menatap wanita asing tengah terlelap disampingnya. Joan reflek menarik tangan yang merengkuh tubuh wanita asing itu. Matanya semakin tak berkedip menatap tubuh yang tak berbusana sehelai pun.
"Ehhhmmmm,," Kattie mengerjapkan mata mencoba kembali dari mimpi. Dipandanginya pria yang menatap aneh pada dirinya. Sedetik kemudian, Kattie ikut membelalakan matanya.
"Oh!" Kattie mencoba bangun. Namun urung begitu menyadari tubuhnya tak berbusana sama sekali.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa ada diapartemenku? Apa yang kau lakukan disini?!" Joan mencoba memutar memori dikepala.
"Aku, tadi malam kau mabuk, kau.. Kau mengajakku tidur disini, dan.. Dan kau, telah..." Kattie menjawab terbata-bata. Ia merasa bodoh dan dibodohi. Harusnya semalam ia pergi saja mengacuhkan pria mabuk ini.
"Bohong!"
Pip! Pintu apartemen terbuka. Seorang wanita muda masuk membawa beberapa bungkus makanan segar.
"Jo, aku minta maaf mengacuhkanmu kema..." wanita itu mengatupkan rahang. Pandangan yang disuguhkan pagi ini cukup membuat wanita itu menjatuhkan bungkusan makanannya ke lantai.
"Jo, apa-apaan ini!"
"Lucy, ini hanya kesalah pahaman. Tolong dengarkan aku dulu, aku bisa menjelaskan semuanya," Joan tampak panik. Ia bergegas menghampiri wanita bernama Lucy itu, kekasihnya.
"Jadi ini alasan kau sekarang berani acuh padaku, kau membuat masalah dihubungan kita! Lalu kau nyaman tidur dengan wanita murahan seperti dia!" Lucy menunjuk lantang pada Kattie. Kattie hanya menunduk malu, hatinya sakit ditunjuk sebagai wanita murahan.
"Luss, tolong dengarkan aku,"
"Lepaskan tanganmu Jo! Aku tidak sudi disentuh tangan kotormu itu! Kau peluk saja wanita Itu!"
"Anu," Kattie mencoba ikut bicara "sebenarnya semalam aku hanya menolong dan..."
"Plak!" Lusy menampar pipi Kattie dengan keras, seketika meninggalkan bekas merah menyala. Kattie meringis menahan sakit.
"Dasar wanita murahan! Kau bilang ini hanya menolong? Menolong kekasihku meluapkan nafsunya hah?!"
"Lusy,"
"Kalian berdua cocok menjadi sepasang kekasih," Lusy menatap sinis kedua orang didepannya. "Kau lihat apa yang akan kau dapat setelah ini Jo. Berhenti menghubungiku mulai sekarang, aku kecewa padamu." setelah itu Lusy pergi dan menutup pintu kamar dengan keras.
"Dasar wanita pembawa sial!" kini Joan merutuki Kattie. "cepat pergi dari sini!" Kattie hanya menunduk sayu, bergerak bangun mengenakan pakaian satu demi satu tanpa membasuh tubuhnya. Hatinya kacau, bahkan ia merutuki dirinya sendiri. Betapa bodonya ia. Kattie mulai melangkahkan kakinya keluar apartemen.
"Hey!" Joan melemparkan seikat uang. "Ambil itu dan tutup mulutmu," Kattie hanya menatap tak peduli pada tumpukan uang itu. Meski ia membutuhkannya namun Kattie sama sekali tak ada minat untuk memungutnya.