Kedua anak perempuan itu sedang menyantap es krim mereka dengan lahap sekekali mereka berceloteh satu sama lain.
"E klim Zia mau abits, gia makan e klimnya lama " Ejek salah seorang bocah kembar itu, Zia.
"Gia kan nggak mau abits e klimnya, makannya lama" Tak mau kalah, Gia menyahut kembarannya.
Kadang hanya mereka yang mengerti percakapan antara keduanya.
Walaupun cadelnya tidak ketulungan, mungkin wajar bagi anak berumur sekitar 4 tahunan.
Mereka tengah bersantai di taman komplek, tentu di awasi oleh Adnan dan Vita, ayah dan bundanya.
Sekaligus mereka menikmati hari libur di akhir pekan, walaupun hanya ditaman komplek yang dekat dengan rumah mereka.
Mereka sudah merasakan kebahagiaan, asalkan mereka bersama.
✨✨✨
Disisi lain taman, ada yang memperhatikan kedua bocah kembar Gia dan zia.
Dengan tatapan teduh dan damai, ia merasakan betapa rukunnya keluarga mereka, terlebih persaudaraan gia dan zia.
Dan matanya kini tengah fokus melihat kearah salah satu bocah kembar itu, Zia.
Gia dan Zia memang kembar identik, sehingga orang yang baru mengenal mereka pasti akan sulit mengenali yang mana Gia begitupun sebaliknya.
Jika seseorang dapat mengenali mereka, dapat dipastikan bahwa orangnya sangat mengenal bocah kembar itu.
Dan anak itu, anak laki - laki itu, anak yang sedari tadi memperhatikan betapa harmonisnya keluarga Cholandra.
Ia sangat lihai untuk mengetahui yang mana, Aleta Zia Cholandra.
Anak laki - laki itu tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya, ia hanya ingin merasakan keharmonisan dikeluarganya juga.
Mungkin cukup memperhatikan kebahagiaan orang lain, ia juga akan merasa bahagia.
Apa cara pikirnya hampir seperti orang dewasa?, mungkin
Padahal baru 2 bulan yang lalu ia berusia genap 7 tahun.
Ia dipaksa dewasa, sebelum waktunya.....
🎇🎇🎇
Ini masih prolog, wajar kali ya... Kalo masih pendek banget😅
Inti dari segala inti jangan lupa Vote + Comment ya......😊😊
Ini cerita pertama aku jadi mohon pengertiannya..😂😇
Author Lop yu kaliyan😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dev [Hiatus]
Teen FictionIni cerita Zia untuk bisa kembali bertemu Dev-nya. Tapi sayangnya jejak pun tidak berpihak pada Zia, seolah semesta tidak mengijinkan pertemuan kembali adalah suatu kebenaran. Sayang seribu sayang, Zia selalu mengabaikan yang terpenting untuk kemba...