01

3.5K 373 15
                                    

Enjoyy🖤

..............

Selamat pagi, Cantik
Semoga harimu menyenangkan.

Avin🖤

Senyumku mengembang kala membaca kartu ucapan yang terselip di dalam sebuah buket bunga yang cantik. Apalagi nama pengirimnya yang langsung membuat jantungku berdebar bak sehabis lari marathon seketika.

Buket itu aku temukan di depan pintu kamarku, ah pasti Kak Abi yang menaruhnya di sini. Dengan sambil menyampirkan tasku di sebelah bahu, aku menutup pintu kamar dan bergegas membawa buket bunga itu ke ruang makan.

Di sana sudah ada Ayah, Bunda dan tentu saja Kak Abi. Mereka tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Ayah dengan koran, Bunda dengan makanan di meja, dan Kak Abi dengan ponselnya.

"Selamat pagi," sapaku agak ragu.

Aku tidak yakin jika dulu, sebelum amnesia aku selalu menyapa mereka dengan ucapan ini, tapi bukankah lebih bagus jika aku menyapa?

"Pagi sayang, sini duduk," Kak Abi menarikku hingga terduduk di kursi sampingnya.

Ia mengelus puncak kepalaku membuatku merasa hangat dengan sikapnya.
"Udah baca kartu ucapannya?"

Aku mengangguk sambil menyodorkan buket yang ku pegang.
"Memangnya dulu Qia suka bunga mawar ya, Kak?"

Kak Abi mengangguk, "Banget malah."

Aku menganggukan kepalaku tanda mengerti.

"Udah taruh dulu buketnya, kita makan dulu,"

Aku menunjukan cengiranku lalu menaruh buketnya di samping tasku di bawah lantai. Bunda mulai menyiapkan makanan ke piring ayah, Kak Abi, lalu aku.

"Avin itu gimana sih orangnya, Kak?"

"Sopan, ganteng, lucu anaknya."

Bukan Kak Abi yang menjawab, tapi Bunda. Sepertinya Avin ini cukup dekat dengan keluargaku, bahkan Bunda tak segan memujinya.

"Tinggi ngga?" Tanyaku antusias.

Kak Abi tertawa mengejek, "Kamu di samping dia mah apaan, gak nyampe dagu nya dia. Boncel sih."

Aku memberengut, "Yee kalau gitu berarti Avinnya aja yang ketinggian." Cibirku sambil mulai mengambil sendok dan garpu.

Keadaan mulai hening karena kami mulai sibuk dengan makanan yang ada di hadapan kami. Aku selesai duluan karena memang aku meminta porsi kecil untuk sarapan. Rasanya seperti aku tidak terbiasa sarapan makanan berat.

"Avin tinggal di mana sih Kak?" Tanyaku ketika Kak Abi membersihkan mulutnya dengan napkin.

Kak Abi melirikku, "Tanya aja sendiri."

"Aku udah tanya tapi dia gak mau jawab."

"Nanti juga kamu tau," celetuk Ayah membuatku menoleh pada Ayah.

"Ayah juga kenal sama Avin?"

"Wah, malah dulu Ayah yang deket banget sama Avin. Sampe tetangga ngiranya Avin yang anaknya ayah, Kakak bukan."

Aku tertawa melihat ekspresi Kak Abi yang memberengut sebal ketika menceritakan itu.

"Avin itu----"

"Udahh jangan Avin-Avin mulu, kamu telat nanti." Potong Bunda yang kini sedang membereskan alat makan.

"Kan Qia penasaran Bunn,"

MY UNKNOWN BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang