Cerita pada Dilla

3.6K 128 4
                                    

'Lu tumben jemput gua' ujarku heran melihat Dilla yang baru jam 8 pagi sudah ada didepan pintu rumahku.

Sedangkan setau ku dia tidak ada kelas pagi.

'Bukannya bersyukur, punya Dilla yang baik hati begini'

'Pasti mau minta ditemenin sarapan kan?'

'Hehe tau aja'

'Untung gua belum beli nasi uduk'

'Ehiya ay, abi lu kemana?'

'Lagi rapat'

'Rapat DPR?'

'Ngaco, rapat RT'

'Oh ngomong dong. Yaudah yuk berangkat'

'Yuk' ujarku sembari mengunci pintu.

Aku dan Dilla pun berhenti disebuah cafe yang jaraknya tak jauh dari kampus.

Dilla memang bukan tipe orang yang suka makan dikantin fakultas, katanya makanan dikantin kurang enak. Ah kurasa, memang dia saja yang banyak mau hehehe

'Ay'

'Apa?'

'Ih ga peka deh'

'Oh itu'

'Iya buruan ih kepo tau'

'Yaudah dengerin ya'

'Iya ih buru'

Aku menghela nafas sejenak, sebelum memulai bercerita tentang Alif kepada Dilla.

'Lu inget ga? cowo yang gua ceritain nabrak gua waktu itu'

'Hah? Kenapa dia?' jawab Dilla bingung

'Dia ngelamar gua'

'DEMI APA? KOK BISA?'

'Gatau, semua kaya tiba tiba gitu'

'Gatau diri banget tuh cowo, udah nabrak sahabat gua terus mau nikahin'

'Gua pusing banget Dil mikirin ini semua'

'Itu udah lu terima lamarannya?'

'Ya belum, gua minta waktu 3 hari sama orang tuanya'

'Lu udah ketemu orang tuanya juga?'

'Iya, orang tuanya temen Abi'

'Bisa kebetulan gitu sih, makin aneh gua'

'Aneh gimana?'

'Kaya ada yang ga beres sama tuh cowo'

'Gua juga ngerasa gitu sih, tapi kita kan gaboleh suudzon Dil'

'Iya sih Ay, mau gua bantu selidikin ga?'

'Selidikin gimana?'

'Gampang'

'Gausah Dil'

'Kenapa?'

'Gua gamau aja'

Jujur, sebenernya aku sangat ingin menyelidiki Alif. Tapi aku takut sangat takut nanti aku kecewa.

Kalau kalau Alif bukan pria baik seperti dugaan Abi.

Aku belum kefikiran sama sekali untuk menikah saat ini. Difikiranku hanya menyelesaikan kuliah dan membuat Abi bangga dengan prestasiku.

Abi sudah bekerja keras selama ini menjadi buruh pabrik demi menghidupiku. Walau tanpa umi, Abi selalu menjadi sosok yang menguatkanku.

Aku tidak mau Abi kecewa jika aku harus menolak Alif. Walau aku tau, Abi tidak mungkin memaksaku menerima lamaran itu.

Tapi aku tidak mengenal Alif, Aku pun tidak mencintai dia.

Aku bingung... Aku sangat bingung

Tak terasa air mataku bercucuran begitu saja memikirkan semua ini

'Ay maafin gua, gua ga maksud gitu'

'Gapapa'

'Ay jangan nangis' Ucap Dilla menyeka air mataku dan memelukku

BYAR... TANGISKU PECAHHH

Aku tidak memikirkan apa aku harus malu atau apa. Pengunjung cafe pun nampak tidak terlalu ramai.

Wajar kan jika aku menangis hanya untuk merasa lega?

**

Jangan lupa vote dan komen ya♥️

Aku hanyalah wanita keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang