Hari ke 3

6.4K 175 11
                                    

Tak terasa waktu pun cepat berlalu, ini sudah 3 hari dari aku memutuskan memberi jawaban pada lamaran Alif.

Setelah shalat istikharah semalam dan berbincang dengan abi, aku sudah yakin dengan jawabanku bila aku ditanya nanti perihal lamaran ini.

Hari ini aku ada kelas pagi. Aku sedang sibuk mencari referensi untuk tugas kelompok matematika bersama teamku mengunakan laptop Wiliam.

Tiba tiba saja ponselku yang ku letakkan atas meja menyala tanda ada pesan masuk.

'Siapa tuh Ay?' tanya Tasya

'Temen' jawabku sembari mematikan layar ponsel yang menyala.

Tidak mungkin kan aku membalas pesan, sedangkan team ku sedang sibuk bertugas?

'Yaudah bales dulu aja Ay gapapa' ujar wiliam

'Iya siapa tau penting' tambah Putra

'Yaudah gua izin bales dulu ya' pintaku kepada yang lain

DAN YANG BENAR SAJA, MAU APALAGI ALIF INI? Sepertinya dia tidak lupa kalau hari ini adalah hari dimana jawabanku harus ia dengar.

DAN YANG BENAR SAJA, MAU APALAGI ALIF INI? Sepertinya dia tidak lupa kalau hari ini adalah hari dimana jawabanku harus ia dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai kelas pagi dan ngobrol sebentar dengan teman prodi, aku pun menghampiri Alif di masjid kampus.

Sudah 20 menit aku menunggu depan masjid namun dia tidak kunjung datang.

Apa dia mengerjaiku? Dan ingin membuatku menunggu?

Malas sekali jika aku harus mengiriminya pesan duluan, Aku ini kan perempuan lagipula dia juga yang membutuhkanku. Nanti pasti dia berfikir bahwa aku terkesan seperti tidak sabar menemuinya.

Ah sudahlah lebih baik aku pulang saja. Aku seperti orang bodoh menunggu seseorang yang entah datang atau tidak.

TIN...TIN... Alif mengkalkson mobilnya saat aku sedang berjalan ke arah parkiran untuk mengambil motor.

Alif langsung datang? Dia bisa membaca fikiranku atau bagaimana sih?

'Ayo masuk, duduk didepan ya temenin saya' ajaknya membuka kaca mobil.

Aku pun segera masuk tanpa mengatakan apa apa.

Sebenarnya aku sangat sebal apa maksudnya membuatku menunggu seperti ini?

'Maaf ya saya lama, tadi macet dijalan' ujar Alif membuka obrolan

'Iya' ucapku sembari memakai seat belt.

'Kamu marah ya? Udah nungguin saya lama?'

'Ngga'

'Udah makan?'

'Gatau'

'Kok gatau?' Alif terkekeh

'Kenapa ketawa?' ujarku makin sebal

'Kamu cantik ya kalo lagi ngambek'

'Apasihh siapa yang ngambek coba!'

'Kamu lucu ya saya jadi pengen meluk, tapi nanti aja deh pas nikah'

'Mesum banget sih!'

'Kan pas nikah, sah sah aja dong?'

'Terserah'

Alif terkekeh, senang sekali dia melihatku sebal begini?

Adzan Dzuhur pun berkumandang, Alif memberhentikan mobilnya didepan mushola sekitar.

Sebenarnya dia ingin mengajakku kemana sih? Kenapa tidak sampai sampai?

'Ayo turun' ajak Alif

'Aku lagi halangan'

'Oh pantesan galak kaya singa'

Aku diam. Kenapa Alif makin menyebalkan sihh?!!

'Yaudah kamu tunggu sini ya, nih ada pasta kesukaan kamu' ujarnya menyerahkan kotak makan berisi pasta bolognese kepadaku.

'Kok kamu tau saya suka pasta?' jawabku heran

'Yaudah dimakan ya, saya mau sholat dulu' Alif tersenyum simpul dan turun dari mobil.

Alif pun selesai sholat dan kita kembali melanjutkan perjalanan. Setelah 1 jam perjalanan, kita sampai di sebuah rumah megah.

Rumah siapa ini? Kenapa Alif membawaku kesini?

Alif pun memarkirkan mobilnya dan kita pun turun.

'Ini rumah saya, yuk masuk' Alif mengandeng tanganku masuk kerumahnya.

Dan anehnya aku hanya terdiam, aku tidak menepis tangannya?

'Eh calon mantu mama ayo masuk. Makan dulu yuk, tadi bibi udah masak enak banget' sapa Ibu Alif ramah.

'Iya tante makasih'

'Ini udah gandengan aja ya?' ledek mama Alif

Sontak Alif mengeratkan gengaman tangannya, seperti tau bahwa aku akan melepasnya.

Kami bertiga pun makan bersama diruang makan. Setelah selesai makan, kami berkumpul diruang tamu.

'Ohiya Nak Raya, Ayahnya Alif lagi dinas keluar kota. Jadi gabisa deh ngobrol sama Nak Raya' ujar Ibu Alif membuka obrolan

'Gapapa kok tante'

Aduh.. kenapa aku tercipta sebagai perempuan yang tidak bisa berbasa basi sama sekali.

Aku tidak enak terus menjawab singkat, sementara Ibunya Alif sangat ramah dan antusias akan kehadiranku.

'Ohiya gimana jawaban kamu Nak?'

Deg... Kenapa langsung to the point gini sih

'Saya menerima Alif tan'

Aku melihat wajah sumringah dari Alif dan Ibunya.

Semoga dengan banyaknya pertimbangan, keputusan ini adalah keputusan yang terbaik untuk hidupku:)

**

Jangan lupa vote dan komen ya♥️

Gimana ya kelanjutan kisah Raya setelah memutuskan menerima lamaran Alif?

Aku hanyalah wanita keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang