Akhirnya kembali ngetik lagi~ 😣
-*123*-
"Nda ica! Pipi nda ica!"
"Kau meremehkanku, bocah?!"
"Imin ndiyi! Pipi nda ica!"
Seokjin hanya berdiri sambil menggendong si bungsu yang tengah menyusu padanya. Menatap malas pertengkaran yang sudah sangat biasa ia dengar di apartemen itu.
"Pipi acit!"
"Makanya kau diam dulu"
Semakin memutar bola matanya malas dan memutuskan untuk beranjak dari tempat itu. Membiarkan sang suami mulai bereksprimen sendiri dengan anak sulungnya.
"Kookie mau mandi juga?" tanyanya pada si bungsu yang hanya mengintip di balik bajunya.
Setelah perdebatan yang seperti tak ada ujung, akhirnya Seokjin berhasil membuat Namjoon mau untuk memandikan anaknya. Jimin yang pertama. Karena setidaknya anak itu bisa berbicara kalau ada yang tidak benar. Jimin lebih besar dan lebih aman lebih tepatnya.
Tapi tentu saja tidak berjalan semudah yang dipikirkan. Si sulung yang sok mandiri dan dewasa itu tidak mau dimandikan. Apalagi oleh ayahnya yang kurang meyakinkan itu.
Dan berakhirlah saling teriak yang membuat Seokjin hanya bisa melihat saja dari ujung luar kamar mandi yang terbuka. Hingga ia memilih untuk menyerah. Menyerah untuk memperhatikan dan pergi saja.
"Ini sudah sore. Kookie mandi juga ya"
"PIPI ACIT!"
"KUBILANG UNTUK DIAM, BOCAH!"
Teriakan yang semakin berdengung keras.
"IMIN MAU MIMI!"
"Ibumu yang menyuruhku, jadi kau diam saja!"
"MIMI!!! COYONG IMIN!"
Kasihan tapi juga lucu. Percobaan pertama yang menyedihkan.
-*123*-
"Namjoon"
"Apalagi?"
Namjoon yang sudah terkapar dan tidak perduli meski ada buntalan yang naik ke tubuh terlentangnya itu hanya menjawab sambil memejamkan matanya.
"Susunya Kookie habis"
"Ya sudah, tinggal peras saja kan"
Plak~
"Bukan susu itu!"
"Miiii!"
Si bungsu tak terima saat Seokjin memukul Namjoon nampaknya.
"Sekalian pancake yang dekat kantormu itu ya?"
"Apanya?"
"Beli susu untuk Kookie, Namjoon"
"Aku tidak tahu, Jinseok. Kau saja yang beli sendiri"
"Dan kau yang menjaga anak-anak di rumah?"
Namjoon diam sebentar sebelum akhirnya mulai mendudukkan dirinya, yang otomatis membuat si bungsu langsung terguling jatuh dari atas tubuhnya.
Beruntung ia berbaring di atas karpet tebal.
"Apa tadi? Susu dan pancake?"
Seokjin berbinar dan mengangguk puas.
"Sekalian kue beras yang di dekat rumah Eomma ya?"
"Kue beras apa?"
"Yang di dekat rumah orang tuamu, Namjoon. Eomma pernah membawakannya kemari, dan enak sekali"