1

28 2 0
                                    

Bunyi ketukan jari di permukaan meja menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan di dalam ruang OSIS. Ada beberapa orang di dalam ruangan itu, namun mereka semua memilih menatap layar ponsel masing-masing. Memilih tertawa sendiri-sendiri karena sesuatu yang mereka lihat di ponsel dari pada saling bercerita dan tertawa bersama.

"Mana, nih, si Alan, lama banget!" Satu-satunya siswa yang tidak menatap layar ponsel - yang sedari tadi jemarinya mengetuk-ngetuk meja untuk menghilangkan bosan, akhirnya jengah juga kalau harus menunggu si ketua OSIS lebih lama.

"Bentar lagi juga dateng," sahut yang lainnya tanpa mengalihkan tatapan dari ponselnya.

"Dari tadi bentar lagi, bentar lagi terus!"
"Sabar, Zal..."

Sudah 30 menit dari waktu yang dijanjikan, ketua OSIS yang ditunggu-tunggu tidak juga memunculkan batang hidungnya. Hazal berdecap sebal. Lima menit lagi yang dutunggu tidak muncul juga, Hazal akan memutuskan untuk pulang. Tidak peduli dengan rapat yang katanya sangat penting.

Pintu terbuka setelah terhitung 3 menit Hazal memutuskan untuk menunggu.

"Maaf semuanya, gue telat." Alan langsung duduk di kursinya. Pengurus OSIS yang lain segera merapat ke meja. Sedangkan Hazal mencebik kesal karena Alan dengan santainya mengatakan maaf tanpa memasang raut muka bersalah.

Hazal benci sekali orang yang tidak tepat waktu. Dan kata 'maaf' karena kedatangannya yang terlambat tidak akan menggantikan waktu Hazal yang terbuang percuma selama menunggunya.

"Kita langsung aja mulai rapatnya."

Semua mengangguk setuju. Terutama Hazal. Meskipun mukanya masih masam, tapi menyelesaikan rapat secepatnya adalah keinginannya.

"Valentine udah dekat, jadi kita harus bikin kegiatan. Mungkin dari kalian ada yang punya ide?"

"Gimana kalau kita bagi-bagi bunga sama cokelat?" Satu pengurus OSIS yang duduk di meja paling sudut berseru, sangat antusias dengan idenya.

"Bisa. Kalau yang lain? Ide kalian apa?"

Krasak-krusuk langsung terdengar di dalam ruangan itu. Hanya Hazal yang tidak punya teman berunding. Dia malah masih bingung dengan perayaan hari valentine yang akan disambut begitu antusias sampai-sampai OSIS harus membuat kegiatan  untuk itu.

"Khmm!" Alan berdeham sedikit keras, membuat atensi tertuju padanya, "Kalau gue sendiri punya ide, jadi kita akan ngumpulin anak-anak jomlo di SMA Gemilang, terus kita akan bantu mereka buat cari pacar."

Semua nampak mengangguk dengan ide Alan. Alan tak pernah mengecewakan untuk masalah ide-ide yang segar. Meski begitu dia adalah orang yang sangat demokratis.

"Gue setuju!" Arni selalu jadi yang paling antusias dengan ide Alan. Selain karena idenya memang baru, juga karena diam-diam Arni menyukai Alan. Mengagumi semua yang ada dalam diri siswa itu. "Nanti kita bisa bikin satu kotak, di mana anak-anak yang jomblo bisa daftarin namanya di situ, terus kita pilih siapa yang beruntung di antara mereka, gimana?"

"Ah!" Inez menjentikkan jarinya ke udara, "Kotak pendaftaran buat yang mau dibantu cari pacar!"

Arni balas menjentikkan jari ke udara, dia merasa senang karena Inez dengan cepat menangkap maksudnya, "Bener banget! Jadi mereka cukup tulis biodata singkat mereka, jadi kita hanya akan bantu yang daftar doang nggak semua. Tapi gue sih sedikit yakin bakalan banyak yang daftar."

"Bagus tuh, gue setuju. Karena gue juga yakin masih banyak yang jomblo, sementara kita pengurus OSIS jumlahnya cuma 30 orang. Jadi dengan dibuatnya kotak itu kita bakal lot lagi. Jadi cuma 30 orang doang yang beruntung buat dibantuin." Satu lagi pengurus OSIS menyuarakan pedapatnya, membuat semua yang ada di ruangan menatapnya.

Peri CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang