3

20 2 3
                                    

Bab terakhir.....

***

Setelah tiga hari kotak undian di pasang di sudut koridor, akhirnya kotak itu diangkat untuk di bawa ke tengah lapangan. Di mana di sana semua siswa sudah berkumpul. Pengurus OSIS berdiri di atas podium dengan mic berkabel yang terhubung ke pengeras suara di atas bangunan kantor-yang biasanya di gunakan untuk memanggil seluruh siswa segera berkumpul saat upacara.

Pengundian siswa yang beruntung untuk dibantu menemukan cinta pertama akan segera dilakukan. Alan masih memulai dengan kata-katanya di atas podium. Sedangkan Hazal tak peduli dengan itu. Dia berusaha mendekati Arni yang sedang berdiri di tengah-tengah barisan pengurus OSIS-di belakang Alan.

Hazal menyusup di tengan Arni dan Inez. Membuat dua gadis itu menatap ke arahnya dengan tatapan sebal karena tiba-tiba nyelip.

Sebelum Hazal sempat membuka mulut, Arni pindah ke barisan paling ujung untuk menghindari Hazal. Dan Hazal segera mengikutinya. Sebelum sempat Arni berpindah tempat lagi, Hazal mencekal tangannya.

"Ar, lo kenapa, sih?"
"Apa? Gue nggak kenapa-napa." Jawab Arni judes sambil melepaskan tangannya yang dicekal Hazal. Tapi Hazal mencengkerammnya semakin erat, tak mau Arni menghindarinya lagi.
"Terus, kenapa lo nggak mau ngomong sama gue?"

Arni balas menatap Hazal dengan mata lurus dan dinginnya.

"Lo ngehindarin gue, Ar." Suara Hazal lirih. Menatap begitu dalam pada bola mata Arni yang menatap kerumunan siswa dengan alis bertaut.

"Kenapa, Ar?"
"Kenapa apanya, sih? Perasaan lo aja kali!" Arni menyentakkan gangaman tangan Hazal jengkel sampai terlepas.
"Jadi lo nggak ngerasa ngehindarin gue, Ar? Yang tadi itu apa, Ar?"

Arni balas menatap Hazal dengan alis bertaut. Memutuskan untuk akhirnya memberitahu Hazal kekesalannya kepada cowok itu.
"Iya, gue ngehindarin lo, kenapa?" Balas Arni menantang.

Baru saja Hazal mau membuka suara, Namanya di panggil oleh Alan dari podium beberapa kali. Dengan semua tatapan tak terbaca pengurus OSIS tertuju pada dirinya. Hazal sempat bingung dengan hal itu, dan itu dimanfaatkan Arni untuk menjauh dari Hazal. Hazal masih terus diam sampai Sora menegurnya.
"Zal! Giliran lo cabut undian!"

Hazal segera menganggu dan menghampiri Alan di podium yang sejak tadi menatapnya tajam.

"Ini udah keberapa kalinya gue liat lo selalu nggak fokus." Bisik Alan terdengan mencibir saat Hazal sampai di podium dan mengambil satu amplop di sana. Hazal hanya mendengus kesal saat menerima mik dan membacakan nama yang ada di dalam amplop tersebut.

"Dahayu Anindita." Ucapnya malas langsung turun dari podium dan kembali berbaris dengan pengurus OSIS. terus curi-curi pandang ke Arni yang sedang mengobrol dengan Inez.

***

Dua orang di barisan paling belakang tak bisa tak terkejut saat Hazal membacakan nama siswa yang akan dia bantu menemukan cinta pertama. Terlebih gadis bernama Dahayu Anindhita, sang pemilik nama. Rasanya dia mau mati berdiri dengan mata bergulir keluar dan rahang lepas ke tanah.

Dia tak pernah merasa pernah mendaftar untuk hal itu, tapi namanya kenapa bisa disebut di atas podium sana? Merasa curiga, Dahayu segera menatap seorang gadis berisik di sampingnya.

"Sekar?"

Gadis di sampingnya hanya nyengir tak berdosa. Dan Dahayu tak butuh jadi juara umum dulu untuk mengetahui gadis bernama Sekar itu secara tidak langsung telah mengakui perbuatannya mendaftarkan Dahayu pada peri cinta.

Dahayu menghela nafas lelah dengan kelakuan sahabatnya. Dia memilih berbalik meninggalkan lapangan. Kalau dia ingat-ingat lagi, dia juga tadi tidak mau berkumpul di lapangan hanya untuk mendengarkan siapa yang akan dibantu oleh peri cinta. Tapi karena Sekar merengek dan memaksanya untuk menemani gadis itu, jadi Dahayu setuju saja. Itupun dia mau asal berdiri di barisan paling belakang karena Dahayu sendiri tak meyukai keramaian.

Peri CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang