"Jadi lo selama jam istirahat di wc?" Tanya Sekar dengan mata terbelalak lebar setelah Dahayu menceritakan kejadian saat di sekolah tadi. Dia sedang ada di rumah Dahayu sekarang, mengantarkan oleh-oleh dari kondangan sepupunya, sekaligus menanyakan ada tugas apa dari Pak Mujiono, sekaligus mau menyontek kalau Dahayu sudah selesai mengerjakannya.
"Nggak juga. Untung gue dengar ribut-ribut pak Rinus dateng, dia dimarahin karena dikirain mau ngintipin anak cewe. Gue jadi bisa keluar, tapi tetep aja, geu nggak ada waktu buat ke kantin!" Mulut Dahayu mengerucut mengingat seharian dia di sekolah menahan lapar sambil sembunyi-sembunyi dari pencarian Hazal.
Dahayu mendelik ketika Sekar malah tertawa, "Semua gara-gara lo!"
"Loh, kok gue?" Sekar membeo tidak terima.
"Ya kan yang daftarin gue ke peri cinta itu elo!"
"Oh, itu.." Sekar kembali terkekeh. Tidak merasa bersalah sama sekali atas kejadian yang menimpa Dahayu."Betewe ya, Dayu, lo kenapa nggak nurut aja sih, bener juga, kan ,kata peri cinta itu, kalo lo nurut, cepet ketemu cinta pertama lo, urusan kalian bakalan selesai."
Dahayu mendelik tajam, "kok lo malah dukung peri cinta itu?"
Sekar memutar bola mataya malas, "Kalo gue nggak dukung, ngapain juga gue daftarin lo? Ngeprint biodata lo sampe habis kertas 1 rim?"
Dahayu mendelik lagi. Dia lupa fakta bahwa sahabatnya adalah orang yang paling antusias dalam membujuknya mencari cinta pertama.
"Yaudah la, Dayu, lo nurut aja sama peri cinta, ok?"
"Sama peri cinta galak itu? Nggak Sekar!"
"Kalo enggak, Lo bakalan terus diuber-uber sama peri cinta itu."
"Dan nurut sama dia buat cari cinta pertama juga bukan pilihan gue!" Dahayu melirik Sekar, "Kayaknya pilihannya nggak ada yang menuntungkan gue. Yang ada semua bikin lo seneng."Sekar nyengir menunjukkan barisan giginya. Dia memang akan jadi orang yang paling senang ketika Dahayu berhasil menemukan cinta pertama. Tidak mau membahasnya lebih lanjut dan membuat Dahayu semakin jengkel, Sekar mengalihkan pembicaraan.
"Eh, gue bawain kue dari pesta sepupu gue, enak banget loh, coklatnya, beuhhh lumerrr di mulut."
Dahayu menerima bingkisan dari tangan Sekar, "Gue emang udah curiga lo nggak bener-bener sakit."
Sekar hanya nyengir ketika Dahayu mengatakan itu. Dia tidak merasa malu sama sekali telah mengirim surat sakit palsu ke sekolah.
Sementara di tempat lain, Hazal sedang berkutat dengan pulpen dan kertasnya, mencatat semua kontak teman-teman SMPnya, tetangganya, kenalannya, sampai sepupunya yang dia duga jomblo seperti saran Inez. Setelah selesai dengan itu, Hazal menyandarkan punggungnya di sandaran kursi belajar, tangnnya terlipat di belakang kepala dan bibirnya menampilkan senyum iblis.
"Lo nggak bisa lepas, Dahayu Anindhita." Ucapnya seperti bisikan iblis dari lembah kematian.
***
Menarik nafas lega, Dahayu melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah. Dia kira dia akan terlambat sampai di sekolah, ternyata masih ada waktu 5 menit lagi sebelum gerbang tertutup. Baru beberapa langkah, nafasnya tercekat di ujung tenggorongan karena teriakan yang terdengar familiar cukup untuk menghentikan langkahnya. Memang belum lama dia mengenal suara itu, tapi dia cukup yakin bahwa dia tahu siapa yang meneriakinya.
"Woi! Dahayu!"
Meneguk ludah, dengan gerakan kaku dia menoleh. Di parkiran terlihat Hazal sedang melepas helm sambil menatapnya .Baru berniat kabur, Hazal sudah sampai di hadapannya.
"Pulang sekolah tunggu gue di sini." Ucap Hazal mutlak. Setelahnya tersenyum iblis dan pergi meninggalkan Dahayu begitu saja.
Dahayu harus mengerjapkan mata dan meneguk ludahnya sendiri susah payah untuk mengekspresikan kebingungan juga ketakutannya. Dia jelas merasakan ada hal buruk yang akan menimpanya. Bisa jadi lebih parah dari kemarin, di mana dia harus mendekam di wc hampir selama jam istirahat. Yang jelas hari ini dia tidak akan kelaparan walau tidak ke kantin. Belajar dari kejadian kemarin, hari ini Dahayu membawa bekal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cinta
Teen FictionSebelum hari valentine tiba, kamu harus menemukan cinta pertamamu. Kalau tidak, peri cinta akan membantumu menemukannya.