Dahayu turun dari angkutan umum yang membawanya ke sekolah. Dia melangkah menuju pintu gerbang dengan santainya, mengingat tidak ada PR yang harus dikumpulkan hari ini. Toh kalaupun ada, Dahayu pasti sudah mengerjakannya di rumah, tidak seperti Sekar yang hanya akan datang pagi ke sekolah untuk menyalin PR milik Dahayu.
Baru selangkah kakinya masuk ke dalam halaman sekolah, pergelangan tangannya langsung ditarik menuju samping pos jaga milik Pak satpam. Dahayu yang terlonjak kaget mengingat-ingat lagi kalau hari ini memang tidak ada PR, jadi harusnya Sekar tidak menariknya tiba-tiba seperti itu. Tapi dia lebih terkejut lagi saat mengetahui seseorang yang berdiri di hadapannya bukan Sekar.
"P-peri cinta?" Terkejut, Dahayu berusaha mengingat seseorang di hadapannya.
"Hazal! Panggil gue Hazal! Peri cinta, peri cinta." Hazal berdecap sebal mendengar panggilan itu. "Denger, lo harus secepatnya menemukan cinta pertama!"
"Gue nggak mau." Kata Dahayu sambil mencoba melepaskan tangan Hazal yang masih mencekal pergelangan tangannya. Tapi cekalan itu semakin mengerat dan membuatnya meringis kesakitan.
"Harus mau! Lo udah daftar buat dibantuin menemukan cinta pertama!"
"Tapi itu bukan gue yang dafar..." sekali lagi Dahayu meringis sambil mencoba untuk tidak membuat Hazal marah atau cengkraman di pergelangan tangannya semakin menguat.
"Nggak peduli! Kertas pendaftaran lo bahkan setengah dari kotak undian. Lo harus secepatnya menemukan cinta pertama!" Hazal mengangkat kertas print out biodata Dahayu yang dimasukan ke dalam kotak undian oleh Sekar tempo hari.Menelan ludah, Dahayu merasa Sekar membuatnya berada dalam masalah. Di sekolah ini Dahayu cuma ingin belajar dengan baik, dapat nilai yang baik biar bisa masuk bebas tes ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis, langkah utamanya untuk menjadi seorang konsultan keuangan, atau akuntan, atau apa saja yang berhubungan dengan bidang keuangan.
Sekali lagi Dahayu meneguk ludahnya susah payah. Dia tidak tahan ditatap begitu dekat dengan mata tajam oleh Hazal. Bahkan siapapun belum pernah menatapnya seperti itu.
"Eh, denger ya, Dahayu. Lo harus segera menemukan cinta pertama lo. Gue nggak mau tau. Dengan begitu urusan gue sama lo, sama tugas sialan jadi cupid ini selesai, ngerti?" Suara Hazal tegas dan penuh penekanan, membuat Dahayu benar-benar merasa terintimidasi sampai hampir mengangguk kalau saja dia tidak melihat Pak Mujiono baru memarkirkan sepeda motornya.
Pemandangan Pak Mujiono yang sedang kesulitan membawa banyak buku album yang dia duga adalah tugas pengantar akuntansi kelasnya, dia segera mengambil kesempatan. Mendorong tubuh Hazal menjauh, lalu sambil berseru, "Pak, biar saya bantu bawain!" Dia berlari menghampiri Pak Mujiono. Lalu dengan sigap mengambil alih tumpukan buku album berisi tugas yang kemarin Pak Mujiono bawa pulang untuk diperiksa di rumah.
Hazal hanya bisa menahan kesal. Menahan untuk tidak meneriaki Dahayu yang seenaknya medorongnya sampai hampir terjungkal. Sedikitnya Dahayu merasa aman karena Pak Mujiono bersamanya. Mencoba mengabaikan tatapan tajam Hazal, dia mengekori langkah Pak Mujiono menuju kantor.
Sampai benar-benar masuk di dalam bangunan kantor, Dahayu baru bisa bernapas lega karena tidak merasakan tatapan tajam Hazal menusuki punggungnya lagi.
"Makasih, ya, Dahayu." Ucapan Pak Mujiono segera menyadarkannya, tentang apa yang baru saja dia lakukan. Menghampiri Pak Mujiono dan menawarkan bantuan? Apalagi berseru dari sedikit kejauhan, itu sangat bukan dirinya. Tapi peduli setan, yang penting dia bisa meloloskan diri dari Hazal. Segera undur diri setelah meletakkan buku-buku album itu di meja, Dahayu berjalan ke kelas dengan sedikit was-was.
***
Seisi kelas baru bisa bernafas lega letika bel istirahat berbunyi. Menandakan pelajaran sosiologi yang menurut mereka sangat membosankan dan bikin ngantuk akhirnya selesai. Seisi kelas yang sudah tidak tahan mendengarkan materi tentang stratifikasi sosial dan apalah, mereka tak mau mengingatnya. Akhirnya mereka bisa berteriak sekan mereka telah bebas dari penjara yang mengurung mereka bertahun-tahun. Mereka lalu berlomba-lomba menuju kantin seperti mereka tak pernah makan bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri Cinta
Teen FictionSebelum hari valentine tiba, kamu harus menemukan cinta pertamamu. Kalau tidak, peri cinta akan membantumu menemukannya.