Malam masih menyelimuti permukaan bumi Desa Tampuk. Kesunyian masih terasa begitu mencekam. Tidak ada seorang pun terlihat berkeliaran di luar. Tapi di sekitar rumah besar yang hanya satu-satunya di desa itu, tampak dijaga ketat puluhan pemuda yang semuanya bersenjata golok terselip di pinggang. Saat itu, Rangga yang datang ke desa ini mempergunakan ilmu lari cepat yang dipadu ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan, sudah sampai di depan rumah besar yang kini ditempati Ki Gagak Bulang.
Hanya sebentar saja Rangga mengamati keadaan sekitarnya, kemudian dengan gerakan ringan sekali melesat langsung ke atas rumah. Begitu sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti, sehingga tak terdengar suara sedikit pun saat mendaratkan kakinya di alas atap rumah ini. Seperti seekor kucing, Rangga berlari-lari ringan menuju langsung ke bagian belakang. Dia tahu, penjara bawah tanah yang mengurung ayah Nini Angki adanya di bagian belakang. Dan hal itu diketahuinya dari Ki Sampar.
"Hm...," Rangga menggumam perlahan saat melihat sekitar enam orang menjaga bangunan kecil dari batu. Pendekar Rajawali Sakti tahu, bangunan kecil dari batu itu merupakan pintu masuk ke dalam penjara. Beberapa saat diamatinya keadaan sekelilingnya. Begitu ketat penjagaannya. Kalau dia melakukan gerakan, pasti cepat bisa diketahui. Rangga terpaksa harus memutar otaknya, mencari jalan terbaik untuk membebaskan ayah Nini Angki dari dalam penjara bawah tanah.
Tapi Rangga juga jadi heran, karena sejak tadi tidak melihat Nini Angki di sini. Rangga jadi bertanya-tanya sendiri. Entah kenapa, terselip rasa kecemasan yang tiba-tiba terhadap diri gadis itu. Dia khawatir, terjadi sesuatu pada Nini Angki. Karena dia tahu, gadis itu tidak akan mungkin bisa menandingi kepandaian Ki Gagak Bulang. Walaupun kepandaian yang dimiliki Nini Angki sudah cukup tinggi, tapi masih kalah beberapa tingkat bila dibanding Ki Gagak Bulang.
"Turunlah kau. Tidak baik menyelinap begitu di tengah malam...."
"Heh...?!" Rangga terkejut setengah mati, begitu tiba-tiba saja terdengar suara menggema di telinganya. Dan belum lagi hilang keterkejutannya, tiba-tiba saja terlihat sebuah bayangan berkelebat begitu cepat bagai kilat. Dan tahu-tahu, di atas atap ini sudah berdiri seorang laki-laki setengah baya. Dialah Ki Gagak Bulang, adik kandung Ki Rampak. Saat itu, Rangga cepat berdiri.
"Sudah kuduga, kau pasti datang ke desa ini bukan hanya sekadar singgah, Anak Muda," ujar Ki Gagak Bulang dingin. "Mau apa kau menyelinap di rumahku?"
"Aku mencari seseorang," sahut Rangga kalem.
"Tidak ada yang bisa kau temukan di sini, Anak Muda."
"Tapi, aku yakin dia ada sini," tegas Rangga.
"Phuih!" Ki Gagak Bulang menyemburkan ludahnya.
Sementara Rangga mengedarkan pandangannya ke bawah. Pendekar Rajawali Sakti agak terkejut juga, begitu melihat sekeliling rumah ini sudah terkepung puluhan orang bersenjata golok. Dan rata-rata mereka masih berusia muda. Langsung disadari kalau kedatangannya memang sudah ditunggu. Dan dia juga yakin, Nini Angki pasti ada di sini. Diduga, gadis itu pasti sudah tertangkap. Rangga hanya bisa berharap tidak terjadi sesuatu pada Nini Angki.
"Anak muda! Kalau kau mencari Nini Angki, dia sudah mampus. Dan sebaiknya, jangan ikut campur dalam persoalan ini." Dingin sekali nada suara Ki Gagak Bulang.
"Boleh aku melihat jasadnya...?" Pinta Rangga tidak percaya.
"Kalau kau ingin lihat, pergi saja ke hutan sana. Dia sudah habis dimakan binatang liar!" dengus Ki Gagak Bulang.
Tapi Rangga hanya tersenyum saja. Begitu tipis senyumnya. Pendekar Rajawali Sakti benar-benar tidak percaya kalau Nini Angki sudah tewas. Dia tahu, kepandaian yang dimiliki gadis itu cukup tinggi, dan tidak mungkin bisa dikalahkan begitu saja.
"Sebelum pikiranku berubah, sebaiknya cepat tinggalkan desa ini, Anak Muda. Aku tidak sudi lagi melihat mukamu di sini!" bentak Ki Gagak Bulang.
"Aku akan pergi bersama Nini Angki," sahut Rangga kalem. Namun terdengar tegas nada suaranya. "Di mana dia...?"
"Keparat...! Kau mencari penyakit, Bocah!" geram Ki Gagak Bulang mulai gusar.
"Di mana Nini Angki, Kisanak?" Desak Rangga.
"Dia sudah mampus!"
"Aku ingin jasadnya," Rangga terus mendesak.
"Setan....! Kau ingin mampus juga, heh...?"
Lagi-lagi Rangga hanya tersenyum saja. Begitu tipis senyumannya. Dan ini membuat Ki Gagak Bulang tidak dapat lagi mengendalikan kemarahannya. Sikap Rangga yang begitu tenang, dianggap meremehkan dirinya.
"Pisah kepalamu, Bocah! Hiyaaa,..!"
Tiba-tiba saja Ki Gagak Bulang berseru nyaring. Lalu, bagaikan kilat dia melompat cepat sambil mencabut goloknya yang berwarna hitam pekat. Begitu cepat serangan yang dilakukannya, membuat Rangga jadi terhenyak sesaat.
"Haiiit..!"
Namun dengan gerakan manis sekali Pendekar Rajawali sakti berhasil mengelakkan tebasan golok hitam itu di lehernya. Dan cepat-cepat tubuhnya dimiringkan ke kiri, lalu secepat kilat pula tangan kanannya bergerak menyodok ke arah lambung.
"Utfs...!" Ki Gagak Bulang jadi tersentak kaget. Cepat-cepat laki-laki setengah baya itu melompat mundur beberapa langkah, menghindari sodokan tangan kanan Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup! Yeaaah...!"
Begitu menjejak atap rumah ini, secepat kilat Ki Gagak Bulang melesat menerjang Pendekar Rajawali Sakti. Goloknya yang berwarna hitam pekat langsung dikibaskan beberapa kali dan cepat sekali. Akibatnya, Rangga terpaksa harus berjumpalitan menghindarinya. Dan begitu satu tendangan keras menggeledek di lepaskan laki-laki setengah baya itu, Rangga tidak dapat lagi berkelit menghindar. Cepat tangannya dihentakkan, menangkis tendangan sambil mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Hingga tak pelak lagi, tangan dan kaki yang mengandung kekuatan tenaga dalam itu beradu keras.
Plak.
"Ikh! Hiyaaa...."
"Hup!"
Mereka sama-sama terpental ke belakang sejauh beberapa langkah. Rangga yang berada di tepi tidak dapat lagi menguasai keseimbangan. Tubuhnya langsung meluncur turun dengan deras sekali. Tapi sebelum mencapai tanah, Pendekar Rajawali Sakti sudah bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Dua kali tubuhnya berputaran di udara, lalu manis sekali menjejakkan kakinya di tanah.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...."
Saat itu juga, dua orang pemuda bersenjata golok sudah berlompatan cepat sambil membabatkan goloknya ke tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Hap! Yeaaah...."
Rangga langsung mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Begitu cepat sekali gerakan kedua tangannya mengibas, sehingga dua orang pemuda yang menyerangnya tidak dapat lagi menghindari. Dan mereka jadi terpekik begitu kibasan tangan Rangga menghantam kepalanya, hingga pecah berantakan. Kedua pemuda itu langsung ambruk menggelepar tak bernyawa lagi. Darah berhamburan dari kepala yang pecah terkena kibasan tangan yang mengandung pengerahan tenaga dalam sempurna.
"Hup! Hiyaaa...!"
Rangga cepat-cepat melentingkan tubuhnya, begitu melihat Ki Gagak Bulang sudah meluruk deras dari atas atap. Golok yang berwarna hitam itu langsung dibabatkan ke arah kepala Pendekar Rajawali Sakti.
"Utfs!" Hanya sedikit saja golok hitam itu lewat di atas kepala Rangga. Lalu, cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti menarik kakinya ke belakang beberapa langkah. Dan pada saat itu, dari arah belakang sudah melompat dua orang sambil membabatkan goloknya cepat sekali.
"Haittt..!" Rangga cepat-cepat merunduk ke depan, dan secepat kilat menghentakkan kakinya ke belakang. Langsung ditendangnya dada salah seorang pembokongnya. Kemudian tubuhnya langsung diputar sambil melepaskan satu pukulan keras menggeledek ke arah seorang lagi. Jeritan-jeritan panjang terdengar saling sambut, disusul ambruknya dua orang pemuda yang membokong Pendekar Rajawali Sakti. Mereka langsung tewas seketika begitu tubuhnya menghantam tanah.
"Keparat..! Hiyaaat..!"
Sambil mendesis geram, Ki Gagak Bulang kembali melompat menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Pada saat itu juga, beberapa orang pemuda ikut berlompatan mengeroyok pemuda berbaju rompi putih ini.
"Hap! Hiyaaat..!"
Begitu cepat sekali gerakan-gerakan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga serangan-serangan yang datang dari segala penjuru itu tidak ada yang berhasil menyentuh tubuhnya. Bahkan pukulan-pukulan yang dilepaskan membuat para penyerangnya menjerit keras, dan berpentalan dengan nyawa melayang dari tubuh.
"Phuih...!" Rangga benar-benar geram setengah mati, menghadapi keroyokan yang begitu banyak. Bahkan ruang geraknya semakin menyempit saja. Dan dia juga sudah mulai sulit menghindari serangan-serangan yang datang cepat dan beruntun dari segala arah itu.
"Hup! Hiyaaa...!"
Dan begitu memiliki kesempatan, cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti melentingkan tubuhnya ke udara. Tapi beberapa orang pengeroyoknya sudah berlompatan cepat mengejar. Tak ada lagi pilihan buat Rangga. Cepat-cepat pedang pusakanya yang tersimpan dalam warangka di punggung dicabut.
Cring!
Seketika itu juga, cahaya biru yang berkilau menyilaukan mata menyemburat terang dari Pedang Pusaka Rajawali Sakti. Beberapa orang yang mencoba mengejar Rangga di udara, langsung menutupi matanya dengan tangan. Mereka tidak sanggup menentang cahaya biru yang memancar dari pedang itu.
"Hiyaaa...!"
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Rangga cepat membabatkan pedangnya beberapa kali. Seketika itu juga jeritan-jeritan melengking dan menyayat terdengar saling sambut Tampak tubuh-tubuh yang terpenggal buntung berjatuhan ke tanah.
"Hap!" Manis sekali Rangga kembali mendarat, dan menjejakkan kakinya di tanah. Kali ini, tak ada seorang pun yang berani mendekat. Pendekar Rajawali Sakti melintangkan pedangnya di depan dada. Dengan pedang pusaka yang memancarkan cahaya biru berkilauan, membuat Pendekar Rajawali Sakti bagaikan dewa maut yang siap mencabut nyawa.
"Seraaang...!" seru Ki Gagak Bulang keras menggelegar.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
Kembali Rangga diserang dari segala jurusan. Namun dengan pedang pusaka berada di tangan, Pendekar Rajawali Sakti tidak lagi mengalami kesulitan. Cahaya biru terang yang memancar dari pedang pusaka Rajawali Sakti berkelebatan begitu cepat, hingga bentuknya lenyap tak terlihat. Dan hanya kilatan-kilatan cahaya biru saja yang terlihat berkelebatan menyambar orang-orang yang menyerangnya. Jeritan-jeritan menyayat terdengar saling susul. Setiap kali pedang itu bergerak berkelebat, satu dua orang langsung ambruk menggelepar tak bernyawa lagi. Dan pada saat itu, terdengar suara ringkikan kuda yang begitu keras.
"Hiyaaat..!"
"Pandan Wangi...," desis Rangga begitu melihat seorang gadis berbaju biru melompat cepat dari punggung kuda hitam.
Gadis yang berjuluk si Kipas Maut itu langsung mengamuk dengan kipas bajanya di tangan kanan. Hanya beberapa gebrakan saja, Pandan Wangi sudah menewaskan beberapa orang. Jeritan-jeritan yang melengking dan menyayat semakin se-ring terdengar dengan datangnya Pandan Wangi. Dan gempuran anak buah Ki Gagak Bulang jadi tidak terarah lagi.
Saat itu juga, terdengar teriakan-teriakan keras dari bagian depan rumah besar ini. Dan tak berapa lama kemudian, terlihat orang-orang berlarian sambil mengacungkan senjata dari berbagai macam bentuk. Rangga jadi terhenyak kaget, tidak menyangka kalau para penduduk Desa Tampuk begitu cepat berdatangan. Bahkan mereka langsung terjun ke dalam kancah pertarungan ini. Keadaan pun semakin tidak karuan saja. Jeritan-jeritan melengking dan menyayat mengantar kematian semakin sering terdengar, bercampur baur suara denting senjata beradu.
"Hup!" Rangga cepat melompat begitu melihat ki Gagak Bulang melesat hendak meninggalkan kancah pertarungan. Begitu sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti, sehingga hanya sekali lesatan saja sudah berhasil menyusul Ki Gagak Bulang. Manis sekali Pendekar Rajawali Sakti mendarat menghadang di depan laki-laki setengah baya ini
"Kau tidak bisa pergi dariku, Ki Gagak Bulang," desis Rangga dingin.
"Keparat..! Phuih!" dengus Ki Gagak Bulang sambil menyemburkan ludahnya dengan geram.
Cepat laka-laki setengah baya itu melintangkan goloknya yang berwarna hitam ke depan dada. Sementara, Rangga menjulurkan pedangnya lurus ke depan. Cahaya biru yang memancar dari pedang itu membuat pandangan Ki Gagak Bulang jadi terganggu.
"Hiyaaat..!" Bagaikan kilat, Ki Gagak Bulang melompat sambil, membabatkan goloknya, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.
Namun, Rangga tetap berdiri tegak tidak bergeming sedikit pun juga. Dan begitu golok hitam itu sudah dekat cepat sekali pedangnya dikebutkan untuk menyampok golok hitam itu.
"Yeaaah...!"
Tring! Trak!
"Heh...?!"
Ki Gagak Bulang jadi tersentak kaget setengah mati. Dia tidak dapat lagi menarik pulang senjatanya, hingga beradu keras dengan pedang pusaka Rajawali Sakti. Dan lebih terkejut lagi, begitu melihat goloknya ternyata terpotong menjadi dua bagian.
"Yeaaah...!" Belum Juga hilang rasa terkejutnya, Pendekar Rajawali Sakti sudah melompat cepat sambil melepaskan satu tendangan keras menggeledek. Begitu cepat serangannya, sehingga Ki Gagak Bulang tidak dapat lagi menghindar. Dan....
Begkh! "Akh...!"
Begitu kerasnya tendangan yang dilepaskan Rangga, membuat tubuh Ki Gagak Bulang terbanting keras ke tanah. Beberapa kali tubuhnya bergulingan. Darah langsung menyembur keluar dari mulutnya, begitu mencoba bangkit berdiri. Sementara, Rangga sudah kembali bergerak mendekati.
Tiba-tiba saja ki Gagak Bulang mengibaskan cepat tangan kanannya. Seketika itu juga, terlihat beberapa benda berwarna keperakan melesat ke arah Pendekar Rajawali Sakti. Namun begitu cepat pula Rangga memutar pedangnya. Hingga, senjata-senjata rahasia itu rontok sebelum mencapai tubuhnya.
"Hiyaaa...!"
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Rangga cepat melompat begitu melihat Ki Gagak Bulang mencoba melarikan diri. Bagaikan kilat, Pendekar Rajawali Sakti membabatkan pedangnya, tepat mengarah ke leher laki-laki setengah baya ini. Hingga...
Cras!
"Aaa...!"
Jeritan panjang melengking tinggi seketika terdengar begitu menyayat. Tampak Ki Gagak Bulang berdiri tegak mematung, tapi tak berapa lama kemudian tubuhnya jadi limbung. Dan tepat pada saat Rangga memasukkan Pedang Pusaka Rajawali Sakti ke dalam warangka, terlihat Ki Gagak Bulang ambruk ke tanah dengan kepala terpisah dari leher. Darah langsung menyemburat keluar deras sekali dari leher yang sudah tidak berkepala lagi.
"Hhh!" Rangga menghempaskan napas panjang. Pendekar Rajawali Sakti memutar tubuhnya perlahan, begitu mendengar suara langkah kaki menghampiri. Tampak Pandan Wangi melangkah cepat menghampiri.
Sementara, pertarungan antara orang-orang Ki Gagak Bulang melawan penduduk desa Tampuk pun sudah berakhir. Di bawah pimpinan Ki Sampar, mereka beramai-ramai mencoba menghancurkan pintu penjara bawah tanah untuk membebaskan Nini Angki dan ayahnya, yang dikurung di sana.
"Mereka tahu, Nini Angki berada di sana bersama ayahnya, Kakang," kata Pandan Wangi memberi tahu, sebelum Rangga bertanya.
Tampak Ki Sampar dan beberapa orang menerobos masuk begitu pintu berhasil dibongkar paksa. Tak berapa lama kemudian, mereka keluar lagi bersama Nini Angki dan seorang laki-laki tua bertubuh kurus yang keadaannya begitu lemah.
"Ayo kita pergi," ajak Rangga.
"Tidak tunggu mereka dulu, Kakang?" Tanya Pandan Wangi.
Rangga hanya menggelengkan kepala saja, kemudian melangkah menghampiri kudanya. Pandan Wangi mengikuti dari belakang. Tak berapa lama kemudian, kedua pendekar muda dari Karang Setra itu sudah melesat pergi, sebelum ada seorang pun yang tahu.***
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
78. Pendekar Rajawali Sakti : Perawan Dalam Pasungan
ActionSerial ke 78. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.