Malam sudah jatuh menyelimuti seluruh Desa Tampuk. Kesunyian begitu terasa di desa ini. Tak ada seorang pun yang terlihat di luar. Dan rumah-rumah yang ada pun tampak tertutup rapat pintu dan jendelanya. Hanya cahaya redup dari pelita kecil saja yang terlihat dari kisi-kisi pintu dan jendela setiap rumah. Tapi, keadaan terang-benderang terlihat di rumah Ki Rampak. Bahkan beberapa obor terpancang di setiap sudut halaman rumahnya. Keadaannya seperti tengah mengadakan pesta, namun hanya para penjaga saja yang terlihat.
Sementara di dalam salah satu kamar, terlihat Ki Rampak belum juga bisa merebahkan tubuhnya. Hatinya tampak gelisah, berjalan mondar-mandir di dalam kamar ini. Beberapa kali terdengar tarikan nafasnya yang panjang, disertai hembusan napas yang terasa begitu berat.
Bruk!
"Heh...?!"
Tiba-tiba saja Ki Rampak tersentak kaget, ketika mendengar suara seperti orang terjatuh. Cepat-cepat dia melompat ke jendela. Tapi belum juga sampai, mendadak sebuah bayangan hitam berkelebat begitu cepat memasuki kamar ini melalui jendela yang terbuka lebar.
"Uts...!"
Hampir saja Ki Rampak terlanda bayangan hitam itu, kalau saja tidak cepat-cepat melenting ke belakang. Dua kali dia berputaran di udara. Lalu manis sekali mendarat di lantai yang keras dan licin. Saat itu, seorang bertubuh ramping sudah berdiri membelakangi jendela. Seluruh tubuhnya tertutup baju ketat berwarna hitam. Sementara seluruh kepalanya juga terselubung kain hitam pekat. Hanya dua lubang kecil pada matanya saja yang terlihat.
"Siapa kau...?" bentak Ki Rampak.
Tangan kanan Ki Rampak cepat menyambar pedang yang tergeletak di atas meja, tidak jauh di sebelah kanan. Begitu dapat, cepat-cepat dipindahkannya ke tangan kiri. Sedangkan orang bertubuh ramping yang mengenakan pakaian serba hitam tetap berdiri tegak, tak bergeming sedikit pun juga. Dari dua lubang di bagian mata, terlihat sorot matanya yang begitu tajam, menusuk langsung ke bola mata Kepala Desa Tampuk ini. Dari bentuk tubuhnya, sudah dapat dipastikan kalau dia seorang wanita.
"Hiyaaa...."
Tiba-tiba saja wanita berbaju serba hitam itu melompat cepat bagai kilat, menerjang Ki Rampak. Begitu cepat gerakannya, sehingga membuat Ki Rampak terhenyak sesaat Namun dengan cepat pula dia melompat ke samping, sambil meliukkan tubuhnya. Langsung dihindarinya satu pukulan yang melayang deras ke arahnya.
"Hup! Yeaaah...!"
Begitu lepas dari serangan, Ki Rampak cepat melepaskan satu tendangan keras menggeledek, dengan tubuh agak miring ke kiri. Tendangannya yang begitu cepat, mengarah langsung ke dada wanita ini
"Hap!"
Tapi tanpa diduga sama sekali, wanita berbaju serba hitam itu malah menghentakkan tangan kirinya. Langsung disambutnya tendangan kaki kanan Kepala Desa Tampuk ini. Hingga tak pelak lagi, tangan dan kaki itu beradu keras tak terelakan lagi.
Plak!
"Ikh...!"
"Hup!"
Ki Rampak terpekik kecil. Maka cepat-cepat dia melompat ke belakang beberapa langkah. Sedangkan wanita berbaju serba hitam itu juga cepat melenting ke belakang beberapa kali. Dan mereka kini kembali berdiri berhadapan, berjarak beberapa langkah.
"Hiyaaa...!"
Namun wanita berbaju serba hitam itu kembali melompat menyerang dengan kecepatan luar biasa. Beberapa pukulan keras yang mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi, langsung dilepaskan secara beruntun. Akibatnya Ki Rampak terpaksa berjumpalitan menghindarinya. Maka pertarungan di dalam kamar yang cukup luas ini pun tidak dapat terelakkan lagi.
"Hup! Hiyaaa...!"
Begitu memiliki kesempatan, Ki Rampak cepat melenting ke udara. Lalu, cepat sekali tangannya mengibas ke arah kepala wanita yang berselubung kain hitam ini. Namun dengan gerakan kepala yang begitu manis, sambaran tangan Ki Rampak berhasil dihindarinya.
"Yeaaah...!"
Tapi tanpa diduga sama sekali, Ki Rampak memutar tubuhnya. Dan secepat itu pula, dilepaskannya satu tendangan keras menggeledek dengan tubuh berputar cepat. Begitu cepatnya serangan yang dilakukan kepala desa ini, sehingga wanita berbaju serba hitam itu tidak dapat lagi menghindari. Dan....
Bek!
"Akh...!"
Wanita itu terpekik keras agak tertahan. Tendangan yang mendarat tepat di dadanya begitu keras, membuatnya terpental deras ke belakang. Lontarannya baru berhenti setelah menghantam dinding kamar ini hingga bergetar hendak rubuh. Namun, dia cepat bisa menguasai diri, dan kembali berdiri tegak. Sambil memegangi dadanya yang terkena tendangan keras bertenaga dalam cukup tinggi tadi, matanya menyorot tajam ke arah Ki Rampak.
"Hiyaaa...!"
Ki Rampak langsung melompat menyerang, sambil mencabut pedangnya yang tergenggam di tangan kiri. Dan secepat itu pula pedangnya dikebutkan ke arah kepala wanita aneh berbaju serba hitam itu.
"Hih! Yeaaah...!"
Wanita berbaju serba hitam itu cepat mencabut sebatang tongkat kayu sepanjang tiga jengkal dari balik ikat pingggangnya. Kemudian langsung cepat dikebutkannya untuk menangkis sabetan pedang kepala desa itu.
Trang!
"Heh...?!"
Ki Rampak jadi tersentak kaget setengah mati. Cepat-cepat pedangnya ditarik pulang, lalu melompat ke belakang beberapa langkah. Hampir dia tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Tongkat yang kelihatannya terbuat dari kayu biasa itu ternyata bagaikan sebatang tongkat besi baja yang begitu kuat. Bahkan tangannya tadi sampai bergetar saat pedangnya beradu dengan tongkat kayu yang ujungnya runcing.
"Hap!"
Ki Rampak cepat melintangkan pedangnya di depan dada. Perlahan kakinya bergeser ke samping beberapa langkah. Kemudian cepat sekali tangan kirinya bergerak mengebut ke depan. Saat itu juga, terlihat beberapa buah benda bulat berwarna merah melesat cepat dari tangan kiri kepala desa itu.
"Hup!"
"Hiyaaa...!"
Bersamaan dengan melompatnya wanita aneh berbaju serba hitam itu dalam menghindari senjata-senjata rahasia itu, Ki Rampak sudah lebih cepat lagi melesat ke udara. Dan secepat kilat pula pedangnya. dibabatkan ke arah lambung. Tapi, wanita itu lebih cepat lagi menarik tubuhnya ke belakang. Sehingga, tubuhnya jadi agak terbungkuk. Dan pada saat itu, Ki Rampak mengibaskan tangan kirinya ke arah ujung kepala.
Bret! "Ikh...!"
Wanita itu jadi terpekik begitu kain hitam yang menyelubungi kepalanya terampas tangan kiri Ki Rampak. Cepat-cepat tubuhnya meluruk ke bawah sambil berputaran beberapa kali. Tampak di batik selubung kain hitam, tergerai rambut hitam yang panjang tak teratur. Tepat pada saat kaki wanita itu menjejak lantai, Ki Rampak juga mendarat manis sekali. Namun saat itu juga matanya jadi terbeliak.
"Kau...?!"
"Ya aku...! Hik hik hik...!"
Bet!
Begitu cepat dan tiba-tiba sekali wanita itu mengebutkan tongkat kayunya yang berujung runcing ke leher Ki Rampak. Sementara laki-laki setengah baya itu masih terpana seperti bermimpi. Sehingga, dia tidak sempat menyadari lebih cepat lagi terhadap serangan ini. Dan....
Cras!
"Aaakh...!"
Darah langsung muncrat begitu ujung tongkat wanita itu membabat leher Ki Rampak, hingga hampir buntung. Hanya sebentar Kepala Desa Tampuk itu masih bisa berdiri, kemudian tubuhnya limbung dan ambruk menggelepar di lantai kamarnya. Darah berhamburan deras sekali dari lehernya yang menganga terbabat tongkat kayu berujung runcing. Sebentar kemudian, seluruh tubuh Ki Rampak mengejang, terdiam kaku tak bergerak-gerak lagi.
"Hik hik hik...!"
Slap!
Sambil memperdengarkan suara tawa yang terkikik kering mengerikan, wanita berbaju serba hitam itu melesat cepat keluar dari kamar ini melalui jendela yang masih terbuka lebar. Begitu cepatnya melesat, sehingga dalam sekejapan mata saja sudah lenyap tak terlihat lagi. Sementara itu, Ki Rampak sudah tergeletak tak bernyawa lagi, dengan leher terbabat hampir buntung dan mengucurkan darah segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
78. Pendekar Rajawali Sakti : Perawan Dalam Pasungan
ActionSerial ke 78. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.