Seperti biasa, setiap hari pasti ada aja jam kosong. Arin yang gak mood ngapa-ngapain memilih duduk aja di kursinya sambil menonton drama aktor Taiwan kesukaannya, Lai Guanlin. Sebenarnya Arin suka Guanlin dari jaman Produce IOI, cuma sekarang kan Wanna One udah [sebagian teks hilang].
Gadis itu sesekali mendengus kesal karena gerombolan teman kelasnya yang berisik. Mereka sedang bermain game sambil saling melontarkan kata-kata kasar. Memang mengganggu ketenangan sekali orang-orang yang bermain game, mana posisinya pada absurd. Ada yang ngangkang, telungkup di meja, ada juga yang sikap lilin.
"Alah sia teh blegug pisan, itu musuhnya hancurin turret malah ngefarming sia goblok." cerocos Jaemin sambil memukul meja sesekali.
"Gak kelihatan di map anjir musuhnya udah hancurin turret." balas Felix sambil sibuk menekan-nekan layar ponselnya.
"Alasan pisan goblok,"
"Gak usah ngegoblokin orang maneh teh, itu maneh udah mati di keroyok karena banyak bacot." celetuk Haechan.
Yah kira-kira seperti itulah sedikit highlight obrolan kasar yang sebenarnya lebih kasar lagi. Cowok-cowok di kelas pasti ada aja yang modelan begini.
Arin menghela nafas kasar karena kebisingan teman kelasnya itu. Rasanya pengen jambak satu-satu sampai botak. Spesial buat Haechan, rasanya Arin mau tonjokin mukanya ke dinding sampai ungu.
Gadis bername-tag Arin Ramadhani itu melihat ke sekeliling kelas. Mau memastikan apa aja yang dilakukan teman kelasnya saat jamkos ini. Membosankan, apa mending dia tidur saja, ya?
Belum setengah menit gadis itu meletakkan kepalanya di meja, suara lelaki yang dari tadi ngerocos tiba-tiba memanggil namanya.
"Arin, temenin gue ke kantin lah, yuk."
Itu suara Jaemin.
Arin mengangkat kepalanya lalu menatap Jaemin dengan tatapan malas. Sepersekian detik gadis itu menggeleng lalu kembali meletakkan kepalanya di meja.
Jaemin mengguncang-guncang tubuh Arin pelan, "Plis, temenin gue, bang. Peliss."
Arin menatap ke arah Jaemin dengan tatapan sinis, "Pergi aja sendiri kenapa, sih? Ngapain harus ngajak gue."
"Gak mood gue sama kumpulan jancok itu, mau refreshing."
"Gue gak nanya? Pergi sendiri lah sana."
"Rin, ya ampun maneh teh geulis tapi jutek pisan. Jangan jutek-jutek atuh, Aa' makin sayang nanti."
"Jaemin, gue pukul kepala lo pakai ini mau?" Arin ancang-ancang melayangkan kamus tebal yang ada di mejanya.
"Udah, Jaem. Lagi ngamukan tuh anaknya, jangan di ganggu dulu. Biasalah awal bulan." celetuk Haechan tiba-tiba sambil tetap menekan-nekan layar ponselnya.
Arin menatap Haechan sinis, "Sok asik."
"Yaudahlah, ayo. Tapi lo yang bayarin ya, Jaem? Biar ga bawa dompet gue nih."
Jaemin mengangguk lalu berjalan keluar dengan hati-hati karena di lantai sudah banyak teman kelasnya yang tertidur berjejer sampai kayak ikan asin.
"Dada Haechan sok asik, mau jajan sama kanjeng Arin dulu."
Haechan hanya melirik sekilas lalu terkekeh sarkas, "Kebiasaan. Baiknya sama orang yang mau nraktir aja."
Di koridor ada beberapa murid yang berlalu lalang, tapi tidak banyak karena sekarang sedang jam pelajaran. Pandangan Arin sesekali melirik ke arah kelas yang bising, sedang jam kosong juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Gaje ; Lee Haechan ft.00L [REVISI]
FanfictionGimana ceritanya K-Popers sama Wibu bisa sahabatan? Book ini bercerita tentang lika-liku kisah persahabatan Arin dan Haechan. [SABAR, LAGI DI REVISI. UP REVISIANNYA SUKA-SUKA AUTHOR]