Setelah hari yang sangat melelahkan, Arin harus tetap pergi ke sekolah. Iya, kemarin acara cosplaynya hari minggu. Gadis itu terus-terusan menghela nafas kasar karena seluruh badannya terasa pegal-pegal, rasanya tak ingin pergi ke sekolah dan tidur seharian di rumah.
"Kalau tau secapek ini ogah gue nerima ajakan Haechan bodoh itu." ujar gadis itu sambil meregangkan badannya berkali-kali.
Tak lama ada suara ketukan di pintunya sambil memanggil namanya. Itu suara mamanya. Arin menghela nafas dan menjawab sedikit berteriak, "Iya, udah bangun."
"Langsung bangun, Arin. Jangan masih tidur-tiduran. Nanti telat ke sekolah."
"Iya, loh, ma. Udah bangun ini." jawab Arin sambil membuka pintu kamarnya. Gadis itu sesekali menguap dengan mata yang masih terpejam.
Doyoung yang melihat Arin baru bangun hanya menggelengkan kepalanya, "Jam segini masih baru bangun? Gue tinggal lo, ya."
"Wajar jam segini baru bangun. Lo tuh yang gak waras, jam setengah enam udah siap demi jemput ayang yang rumahnya diujung dunia."
Memang, setiap dapat kelas pagi Doyoung pasti sudah siap saat masih jam setengah enam. Soalnya lelaki itu mau menjemput pujaan hatinya yang rumahnya sangat jauh dari rumahnya. Kalau sudah cinta mau gimana lagi, kan?
"Namanya juga cinta, lo gak punya pacar mana tau rasanya."
"Ikan duyung yang bodoh karena cinta gak boleh banyak bacot."
Doyoung menatap adiknya remeh sambil menyilangkan tangan di dadanya, "Yang gak punya pacar yang gak boleh banyak bacot. Kena friendzone Haechan, ya? Rasain."
Arin tertawa kencang lalu menarik kerah baju abangnya, "Kena friendzone Haechan? Gak salah ngomong lo?"
Lelaki bernama Doyoung itu tertawa lalu melepas tangan adiknya yang menarik kerah bajunya, "Ya, santai, dong? Sensi banget kayaknya dibecandain gitu doang? Lagian kalian itu apa, sih, labelnya? Temenan, kan?"
"Nggak, pembantu sama majikan."
"Owalah, ngerti-ngerti. Yang pembantunya lo, kan? Soalnya kemarin mau aja tuh di suruh-suruh gantiin cewe yang dia ajak, tapi tiba-tiba cewenya gak bisa. Siapa tuh namanya, Nakyung, ya?"
Arin mengerutkan keningnya, "Tau dari mana lo gue gantiin Nakyung?"
"Nebak aja, sih. Soalnya kan sekarang lo second choice-nya Haechan. Pasti mau-mau aja kalau udah Haechan yang mohon minta tolong. Oiya, kan teman kecil, ya. Siapa lah yang gak bisa nolak permintaan teman kecilnya selain adik gue yang bodoh ini?"
"Doyoung, lo kenapa anjir? Sinting, ya? Masih pagi udah bikin naik darah aja. Lo kalau benci sama gue bilang, biar langsung bunuh-bunuhan kita di lapangan."
Doyoung yang tadinya ketawa-ketawa aja langsung berhenti lalu mengelus rambut adiknya yang masih berantakan karena baru bangun, "Jangan jadi cewe bodoh, ya?"
Gadis itu menepis tangan abangnya sambil menatap abangnya sinis. Kenapa tiba-tiba Doyoung begini, sih? Memang abangnya tukang roasting, cuma ini masih pagi, tolong.
"Abang! Diapain lagi itu adiknya? Kenapa masih di rumah? Gak jadi jemput Sejeong? Kenapa masih di rumah?"
"Banyak banget, ma, pertanyaannya. Iya, ini udah mau pergi kok." jawab Doyoung sambil menyalim tangan mamanya.
Doyoung mengulurkan tangannya kepada adiknya agar gadis itu menyalim tangannya. Tanpa basa-basi gadis itu meraih tangannya. Lelaki itu tersenyum simpul saja lalu tak lama Doyoung menjerit kesakitan.
"Arin monyeeeet, rabies gue gara-gara lo."
Arin menggigit tangan lelaki itu alih-alih menciumnya.
"Pergi lo sana jauh-jauh Doyoung jelek, gak butuh gue diantar sama dugong kaya lo."
"Oke, gue gak balik lagi ke rumah habis jemput Sejeong. Pergi lo sana ngemis nebeng sama temen kecil lo itu."
Arin mendorong punggung abangnya kuat sampai lelaki itu hampir tersungkur ke teras, "Bacot, ga butuh gue lo balik lagi kesini jemput gue."
"Oke, selamanya gue gak bakal antar jemput lo lagi."
Adu bacot keduanya akhirnya berakhir karena teriakan mama mereka dari dalam rumah. Mereka berdua masih saling adu tatapan sinis sampai mobil yang dikemudikan oleh abangnya Arin itu sudah melaju ke jalan.
Bertengkar sudah menjadi hal biasa untuk keduanya. Paling nanti pas pulang udah kayak semula seperti tidak ada kejadian apa-apa. Tapi, entah kenapa pagi ini Arin merasa perkataan abangnya agak kelewat batas. Apa-apaan ngatain dirinya jadi cewe bodoh karena Haechan?
Arin akhirnya ke sekolah naik go-jwek yang ia pesan melalui aplikasi. Setelah sampai di sekolah gadis itu memberikan helm milik oom go-jwek lalu masuk lewat gerbang sekolah.
"Loh, ini dia Arin. Kirain tadi itu lo yang dibonceng sama Haechan, ternyata Nakyung, ya. Lo udah putus sama Haechan, ya, Rin? Padahal kemarin kalian baru cosplay bareng, kan?"
Baru masuk gerbang sudah ada saja ujian dari lelaki bermulut lemes. Arin menatap lelaki bername-tag Dongpyo itu dengan tatapan sinis, "Bacot lo, gue gak pacaran sama Haechan."
"Loh, masa iya sih, ga pacaran? Tapi bukannya..."
"Leher lo gue pukul pakai botol minum ini, mau? Bacot banget pagi-pagi."
Lelaki itu tidak menjawab lagi dan memilih langsung pergi walau kelihatan mulutnya masih mengomel.
Arin menghela nafas panjang, mengapa semua orang begitu sih hari ini? Nyebelin semua, bawa-bawa Haechan semua. Padahal kan Arin dan Haechan cuma temenan. Emang apa lagi label antara Haechan dan Arin selain temenan? Gak ada.
Baru saja menghela nafas agar tenang, langsung muncul orang yang bikin dia jadi bulan-bulanan ejekan hari ini. Itu Haechan dan Nakyung yang sedang mengobrol sambil sesekali tertawa. Rasanya ingin sekali Arin mencabik-cabik wajah keduanya dengan kukunya.
Padahal Arin rasanya tidak terlalu masalah melihat Haechan yang dekat dengan Nakyung, tapi kenapa orang sekitarnya sibuk sekali? Menurut Arin, karena mereka berdua Arin yang sekarang sedang jalan menuju kelas dilihatin orang-orang yang berjalan di koridor.
Pas sekali, Haechan dan Nakyung papasan dengannya. Haechan menyapanya dan Nakyung juga menyapanya setelah Haechan.
"Hai, Arin. Pagi-pagi mukanya udah kusut aja, lupa disetrika, ya?"
Arin hanya memandang ke arah Haechan sekilas lalu mendengus remeh, "Bacot."
Haechan dan Nakyung sama-sama mengerutkan dahinya bingung. Entah apa gerangan yang membuat gadis itu sensi pagi-pagi.
"Mau haid kali, ya?"
Nakyung menatap ke arah Haechan lalu tersenyum simpul, "Iya kayaknya, Chan. Mukanya udah sebal gitu kelihatannya sama sekitarnya."
"Memang kebiasaan dia tuh kalau mau haid begitu. Ini juga udah awal bulan, kan? Ya, gak heran lagi memang udah jadwalnya."
Nakyung masih menatap ke arah Haechan tapi kali ini tidak ada senyuman sama sekali di wajahnya.
"Sedetail itu, ya, Chan?"
"Dia temenku dari kecil, Nakyung. Kamu pacarku."
Nakyung terdiam sebentar lalu tersenyum manis kepada Haechan.
Lelaki itu membalas senyum pacarnya itu lalu mencubit pipinya lembut, "Kamu cantik banget hari ini."
Votementnya jangan lupa sayangg <3<3<3 ~('3')~
Ljh2020
Hehehehe maff baru up yah. Aku bakal usahain sering-sering up soalnya aku udah selesai UTBK. Udah kayak pengangguran aku di rumah, hahaha. Semoga kalian semua sehat selalu, ya. Semoga yang juga pejuang UTBK lulus di pilihan pertama yaaa!
Have a nice day, temen-temen!
LaiHyunjae04, 23/05/2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Gaje ; Lee Haechan ft.00L [REVISI]
Fiksi PenggemarGimana ceritanya K-Popers sama Wibu bisa sahabatan? Book ini bercerita tentang lika-liku kisah persahabatan Arin dan Haechan. [SABAR, LAGI DI REVISI. UP REVISIANNYA SUKA-SUKA AUTHOR]