Chapter 3; Joko Tarub dan Nawang Wulan

1.2K 224 78
                                    

Aku menatap datar kearah dimana Koko dan kedua orangtua-nya yang asyik ngobrol sama Mama dan Papa. Kak Jenni, aku, dan Koko cuma diem menyimak. Meski aku diem, tapi otakku mikir juga kali. Mikir gimana caranya nolak perjodohan ini dengan alasan yang masuk akal. Dalam situasi kayak gini aku merasa butuh banget saran Ochi. Tapi sayang aku gak bawa hape karena dilarang Mama.

"Anak kita udah pada gedhe-gedhe ya Jeng. Anak Jeng Soya cantik-cantik banget". Puji Tante Lisa yang merupakan teman arisan Mama, disebelah Tante Lisa ada Om Sehun suaminya. Untung Om Sehun suaminya Tante Lisa bukan Mimi Peri, ngomong apaan sih aku?

"Ah bisa aja Jeng Lisa ini. Anak Jeng Lisa juga ganteng banget. Dan kebetulan ya, mereka udah saling kenal, jadi makin gampang deh jalannya hihihi". Mama sama Tante Lisa cekikikan gitu bikin aku muter bola mata males. Tapi ada yang aneh dari Koko, Koko yang biasanya tengil dan nyebelin mendadak jadi pendiem kayak bocah nahan keciprit. Kenapa ya?

"Mama asal jodoh-jodohin aja, ini yang mau dijodohin mau apa enggak?". Omegat Papa aku ini emang yang paling juara deh, meski Papa aku agak aneh namanya; Papa Changsub tapi Papa selalu belain aku kalau diomelin Mama.

"Emang siapa yang mau dijodohin Pa?". Kak Jenni mulai kepo.

"Itu si bungsu". Sahut Papa pendek.

"Syukur deh untung bukan aku". Anjir! kak Jenni emang gitu ya, tega banget. Gak tahu apa kalau adiknya menderita karena rencana perjodohan ini?

"Tadinya sih tante mau jodohin kamu sama Koko, tapi kata Jeng Soyaa kamu udah punya cowok ya?".

"Betul tante. Lagian maaf-maaf nih ya Tan, Koko bukan tipe aku sih. Dan yang paling penting, aku masih mau fokus mengembangkan bisnis dispenser aku Tan". Sahut Kak Jenni jujur banget bikin Mama kelihatan gak enak hati.

"Aduh maaf ya Jeng, Jenni emang kalau ngomong suka gak di rem".

"Ah... gak apa-apa Jeng. Saya suka, dia bersemangat sekali". Kata Tante Lisa.

"Jadi gimana soal perjodohan ini? Kalian setuju kan?". Tanya Om Sehun dan aku natap ke arah Koko. Koko cuma diem dan nunduk aja. Apa harus aku yang angkat bicara?

"Kok diem? Koko kamu setuju kan?". Tanya Om Sehun dengan penuh intimidasi dan mendadak aura didalam ruang makan berubah mencekam, kayak ada efek awan hitam sama petir-petir gitu.

"Iya Pa!". What? Aku bahkan sampai melotot pas Koko bilang setuju. Padahal tadi Koko bilangnya mau nolak kan? Kok sekarang dia mendadak berubah pikiran. Jangan-jangan Koko beneran suka lagi sama aku kayak apa yang dibilang Kak Tetet waktu itu.

"Tunggu! Kok lo mendadak setuju sih Ko? Bukannya tadi lo....".

"Gue setuju Unaya, apapun yang dipilihkan Papa buat gue itu pasti yang terbaik". Potong Koko membuatku bungkam.

"Una, Udah semestinya kamu setuju karena...". Mama tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah dokumen.

"Di dalam sini sudah tertulis jika nenek moyang kita bersumpah akan menikahkan garis keturunan Joko Tarub dan Nawang Wulan di abad 21". Kalau boleh jujur aku jadi pusing pas Mama bawa-bawa Nama Joko Tarub sama Nawang Wulan.

"Ma please, jangan bikin Una pusing". Aku memijit kepalaku yang mendadak pening.

"Jadi keluarga Om Sehun itu keturunan Joko Tarub dan Kelaurga Papa kamu keturunan Nawang Wulan, kalian pasti tahu kan legenda cerita itu? Karena Joko Tarub dan Nawang Wulan gak bisa bersatu dimasa lalu. Maka keduanya membuat kesepakatan jika siapapun yang memiliki garis keturunan mereka, harus dinikahkan di abad 21". Jelas Mama yang membuatku tambah pusing. Please woy jadi aku ini keturunan Nawang Wulan gitu? Pantes aja ya wajah aku cantik bak bidadari.

"Ma, gak lucu banget sih ngibulnya". Komentar Kak Jenni.

"Sembarangan kamu kalau ngomong! Ini beneran tahu. Dan kita semua yang akan nerima konsekuensinya kalau melanggar perjanjian ini". Kata Mama tampak serius.

"Apa Ma?". Tanyaku yang udah penasaran setengah mati.

"Keluarga kita akan ketiban sial! Kamu tega Una mengorbankan semuanya karena menolak perjodohan ini?".

"Ya Allah Ma, jangan ngomong gitu dong". Aku jadi ketakutan. Ya kali ketiban sial, amit-amit deh.

"Kalau gitu kamu memang harus menerima perjodohan ini Una. Lagian Koko anak baik kok, tante yang jamin". Tante Lisa mencoba buat ngeyakinin aku.

"Kalau kamu khawatir soal masa depan, Om yang bakalan jamin Unaya. Setelah lulus SMA nanti Koko bakalan nerusin perusahaan Om". Dan perkataan Om Sehun membuat Koko menghembuskan nafas berat.

Tanpa keduanya sadari bibir para Mama berkedut karena menahan tawa. Emang enak dikibulin orangtua?! Wkwk. Ya kali keturunan Joko Tarub sama Nawang Wulan.

👰👰👰

"Ko, kok lo nerima perjodohan ini sih? Demen beneran ya lo sama gue?". Aku mulai nyerocos tanpa menghiraukan wajah Koko yang terlihat stress.

"Kalau bukan karena Papa, gue juga gak bakal mau nikah sama lo Na". Aku diem dan beralih natap Koko dari samping. Cowok itu kelihatan beda banget. Gak kayak kalau lagi di sekolah, Koko kelihatan tertekan saat ini.

"Maksud lo?".

"Gue gak akan pernah bisa nolak keputusan Papa. Gue gak bisa jadi diri sendiri kalau didepan papa. Gue suka musik tapi Papa ngelarang itu. Cita-cita gue pingin jadi Band Rock populer kayak Avenged Sevenfold tapi Papa nyuruh gue kerja di perusahaan-nya. Dan Papa nyuruh gue nikah sama lo, gue gak bisa nolak itu. Sorry". Ujar Koko lirih. Aku diam mencoba mencerna perkataan Koko. Ternyata cowok tengil ini hidupnya sedih juga. Masih mending aku yang cuma diomelin Mama sama Papa gak sampai diatur hidupnya, kecuali dijodohin sama Koko sih.

"Tapi jujur ya Ko, gue gak bisa karena yang gue suka cuma Kak Tetet". Kata ku jujur.

"Gue juga cuma suka sama Juwi. Gimana kalau kita rahasiain ini dari mereka? Ah tepatnya rahasiain dari yang lain juga. Gue sih punya rencana buat cerai kalau udah beberapa bulan nikah, gimana?". Koko memberikan penawaran.

"Cerai? Wah parah lo! Nikah dianggap main-main. Urusannya sama Tuhan tahu gak sih Ko?!".

"Ya emang lo mau jadi istri gue selamanya? Kalau mau sih ya gak apa-apa. Lo lumayan juga". Koko tersenyum miring bikin aku ngeri sendiri.

"Gak! Gak! Oke gue setuju. Sementara ini kita ikutin aja alur dari orangtua kita, sambil pikirin alasan yang masuk akal buat cerai. Gimana?".

"Oke, deal! Awas ntar jatuh cinta lagi sama gue". Goda Koko.

"Idihhhhh... pede bener lo, yang ada lo lagi yang jatuh cinta beneran sama gue". Koko meraup wajahku dan kami tertawa cekikikan sambil menatap bintang malam ini.

Yang jelas kita masih ngikutin alur yang dibuat mama sama papa. Kami memutuskan buat nurut saat ini, tapi gak tahu kalau besok sore. Dan malam itu ditemani kerlip bintang, aku mengetahui secuil kisah tentang si tengil Koko.

👰👰👰

Pengantin Remaja (JJK-JEB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang