keajaiban

114 23 0
                                    

Author POV

Sepasang suami istri itu tak pernah jengah untuk bercerita dengan putra mereka yang masih setia menutup matanya. Mereka masih setia menunggu sang putra untuk tersadar dari mimpinya yang terlalu panjang.

Mereka memutuskan untuk menjenguk sang putra di Amerika. Putra mereka memang sudah di rawat di sana selama 3 tahun terakhir. Karena tuan min di sibukkan dengan anak perusahaannya yang baru di buka di negri paman sam itu.

Tapi semua perkembangan usahanya itu tak lepas dari kecerdasan sang putra yang telah membangun perusahaan besar ayahnya hingga menjadi perusahaan raksasa seperti sekarang ini.

Namun suatu kecelakaan membuat sang CEO muda itu terpejam untuk waktu yang lama.

"Kau tau, appa kewalahan mengurus perusahaan di usia tua ini." Tuan min selalu mengeluhkan ini pada putranya. Ia juga sering sewot karena putranya menjadikan perusahaan yang sudah besar menjadi perusahaan raksasa itu hingga membuatnya lelah mengurusnya.

"Mau sampai kapan kau tidur? Coba lihat pria tua ini. Aku kelelahan yoongi-ya. Sudah saatnya kau bangun dan kembali memimpin perusahaan kita nak" tuan min senang bercanda dengan umurnya yang sudah tua. Tapi di telinga orang yang mendengar, canda nya itu terdengar sendu dan sedih. Karena sang putra sama sekali tak merespon apapun.

"Bangunlah nak... eomma sudah menemukan pengganti hyera. Dia sangat cantik. Tidakkah kau ingin melihatnya. Kau pasti akan jatuh hati padanya." Sahut nyonya min pada putranya.

Mamun hening sang putra tak merespon apapun sama seperti sebelumnya. Dia hanya diam dan menutup mata elang nya.

"Kau kalau tidur terus kapan akan menikah. Kau akan semakin tua. Jadi kami memutuskan untuk mencari istri untukmu. Kau tau kami tidak bisa selalu di sini dan berbicara denganmu. Karena itu kami mencari mu teman hidup. Kau tak keberatan kan?". Lanjut tuan min menimpali.

Selanjutnya kedua orang tua itu hanya memandangi putra mereka sendu. Sudah 5 tahun lamanya sang putra tak kunjung membuka matanya.

Nyonya min memperhatikan wajah pucat putranya dengan lamat. Dilihatnya mata putranya bergerak gelisah di balik kelopaknya.

"Apa kau bermimpi buruk sayang?, kalau memang mimpimu itu menakutkan maka kau harus bangun. Di sini ada eomma dan appa yang selalu menemanimu."

Nyonya min tersentak kaget. Seketika ia terisak lirih. Tuan kim pun merangkul istrinya yang pasti tengah begitu sedih. Karena melihat air mata menetes dari balik kelopak putranya yang terpejam.

Yoongi POV

Dia menghilang...
Aku merasa begitu sedih dan kecewa karena wanita ku sudah menghilang.

Aku menangis meraung raung.
Tidak. Aku tak akan sanggup berada disini sendirian. Setelah kehadirannya yang tiba tiba datang dan telah membuatku tau arti dari kehangatan. Selama ini hanya sendu dan sepi yang menemaniku disini. Di tempat sialan ini.

Aku ingin kembali....
Aku ingin keluar dari tempat ini.

Adakah seseorang yang bisa membantuku untuk keluar?
Sial! Aku hanya sendiri disini.

Rasanya dadaku sesak. Aku tak sanggup jika harus sendirian lagi.
Mungkinkah aku bisa terbangun dari mimpi mengerikan ini?
Ataukah takdir menuliskan bahwa aku akan selamanya tersesat disini?

Siapapun, tolong bantu aku keluar.....

Aku berjalan gontai. Pupus sudah harapanku. Aku sudah berlarian kesana kemari untuk mencari Umji. Tapi aku tak juga menemukannya.

Dia menghilang, seolah olah dia tak pernah singgah kemari. Tak ada jejak darinya. Atau mungkin sedikit wangi tubuhnya yang tertinggal? Tidak ada.

Sungguh tempat ini sangat luas. Banyak pohon pohon dengan daun yang menguning di sepanjang tapak langkah yang ku jejaki. Namun hati dan fikiranku saat ini hanya pada satu nama. Umji.

Aku lelah. Namun aku tak juga berhenti berjalan. Aku sedih. Kesepian ini seolah ingin ku habisi dan ku koyak andai ia berwujud.

Tak terasa sudah lama aku hanya berjalan saja. Tanpa arah, hanya mengikuti kemana kakiku membawa tubuhku pergi.

Hingga lelah yang teramat menghampiriku. Aku memutuskan untuk berbaring sejenak di hamparan padang rerumputan yang seolah tak punya ujung ini.

Perlahan aku merebahkan tubuhku. Kutatap langit di atas yang seolah menertawakanku disini. Keindahan ini adalah ilusi. Dan aku sudah tersesat cukup lama dalam ilusi ini.

Perlahan aku memejamkan mata ku. Ku coba agar tubuhku bisa relaks. Aku kesepian. Aku ingin mendengar suara ayah atau ibuku. Atau mungkin suara orang asing yang mengatakan dirinya adalah perawat. Siapapun itu yang ku dengar nanti. Aku hanya perlu mendengar suara agar aku tidak putus asa dengan keheningan ini.

Ku pejamkan mataku. Setiap tarikan nafasku, aku menghitung waktu.

Sedetik...

Dua detik...

Lima detik...

Satu menit...

Sepuluh menit...

Aneh.

Kemana perginya semua suara itu? Aku benci ini! Kenapa kesunyian ini seolah menarik semua akal sehat ku. Aku tertekan dan frustasi.
Kenapa begitu hening? Apa aku di tinggal sendirian?

Dua puluh menit...

Aku mulai masa bodoh. Aku tetap memejam mataku. Jika sebelumnya aku akan lebih memilih bersenandung atau bernyanyi ketika aku tak kunjung mendengar suara. Tapi kali ini aku tetap memejamkan mataku.

Tiga puluh menit....

Dadaku terasa berat dan sesak. Aku bahkan kesulitan bernafas. Tapi aku tetap memejamkan mataku. Aku mencoba untuk tidak peduli.

Lima puluh menit...

Rasanya nafasku tercekat di leherku. Aku meremas rerumputan di bawahku. Jika sebelumnya aku merasakan ini, aku langsung membuka mata karena rasa sakit yang menyiksa. Tapi sekarang aku berharap dengan rasa sakit ini bisa membuatku lupa akan kesepian yang mencekamku bertahun tahun lamanya.

Satu jam ...

Oke. Aku tak pernah sejauh ini. Rasanya seluruh tubuhku remuk. Seluruh tubuhku rasanya seperti mengangkat beban ber ton ton. Sangat sakit dan sesak. Bahkan aku merasa kepalaku seolah akan pecah karena sakit seperti tertimpa oleh batu yang besar.
Tapi lagi lagi aku tak peduli.
Aku ingin lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Satu setengah jam ....

Hampa. Aku merasa seperti tubuhku mati rasa. Bahkan aku tak bisa mendengar deru nafasku. Aku merasa seperti tertarik pada satu dimensi yang gelap. Hawa yang kurasa adalah dingin dan juga gelap. Oke. Aku mulai takut sekarang.

Baiklah aku akan mencoba membuka mata.
Tapi.... kenapa begitu sulit.

Aku mencoba untuk tenang dan tidak panik.

Tunggu.

Suara itu.

Itu adalah bunyi beep yang slalu ku dengar. Tapi sekarang aku bisa mendengarnya dengan nyaring dan jelas.

Perlahan aku mencoba membuka mata ku.

Ah! Pedih.

Mataku seperti tertusuk oleh pancaran cahaya yang tajam.
Setiap aku mencoba membuka mataku sedikit. Aku akan kembali mengerjap karena silau yang teramat menyakiti mataku.

Aku mengerjab kuat. Sungguh sekarang aku bisa kembali merasakan tubuhku yang terasa remuk. Juga kepalaku yang berdenging sakit dan menyiksa.

Dan aku mendengar seruan suara itu. Suara yang sangat aku kenal. Suara orang tua ku

Dia sudah sadar...



-tbc-


Tolong kasih pendapat dong mengenai cerita ini. Seru gak? Atau ngebosanin?

Komen di bawah ya...

tapi jangan julit julit ya...😆

Hati hayati terlalu rapuh soalnya 😂

dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang