keputusan

124 24 0
                                    

Umji POV

Beginilah hidup yang kujalani sekarang. Hanya menawarkan warna abu abu yang terkadang memekat dan menghitam.
Seolah hidup penuh dengan warna pelangi tak pernah singgah dalam hidupku.

Layaknya wanita lain, tentu aku juga punya impian mengenai pernikahan. Seperti memiliki suami pria kaya tampan dan gagah yang memberikan jiwa raga nya dan memperlakukan wanitanya seperti ratu.

Ya aku memimpikan pernikahan yang manis dengan pria yang ku cinta dan juga mencintaiku. Hidup dan menjalani rumah tangga yang penuh dengan kehangatan dan cinta hingga kami menua. Membesarkan anak anak kami, dan memberikan mereka nama nama yang cantik.

Ya... aku punya kimpi mimpi yang seperti itu. Dan sayangnya itu benar benar akan menjadi mimpi dan tak akan pernah jadi nyata.

Sejak aku memberi keputusan bahwa aku menerima perjodohan dengan putra tuan min aku tak akan mundur.

Meski suami ku adalah pria yang koma, tak apa yang penting ayah ku bisa menjalani hidup dengan tenang tanpa raut cemas dan linglung lagi.

Aku ikhlas....

Apa yang kuterima sekarang adalah harga yang pantas mengingat ketenangan hidup yang akan ayah dapat nantinya.
Maka aku akan berkorban.

Tuan min hanya ingin aku menjadi istri dari putranya agar aku bisa merawat dan mengurus putranya itu lebih baik dari perawat yang mereka bayar.

Aku bahkan belum tau siapa dan seperti apa calon suami ku itu?
Calon suami?
Ah... kenapa rasanya terdengar aneh.

Hari ini aku akan bertemu dengan tuan min juga istrinya.
Kata ayah mereka ingin melihatku secara langsung.

Dan disinilah kami sekarang. Duduk saling berhadapan di sebuah ruang tertutup di salah satu restoran jepang elit di kota seoul.

"Kau Umji?". Itu adalah nyonya min. Dari tutur katanya dia pastilah wanita berpendidikan tinggi dan juga lembut.

"Nde. Saya Umji nyonya." Jawabku lembut dan sopan.

"Kau cantik sayang..." lanjut nyonya min tetap dengan suaranya yang mengalun lembut.

"Khamsahamnida nyonya..." aku hanya bisa menatapnya sesekali dan lebih banyak menunduk. Wanita di depan ku ini menatapku dengan pancaran mata yang lembut. Tatapan penuh kasih dari seorang ibu yang sungguh ku rindukan. Namun dia adalah nyonya min bukan ibu ku jadi aku tak ingin lancang dengan terus menatap kelembutan mata itu.

"Seperti yang sudah ku katakan, putraku tengah terbaring koma. Hingga kini ia tidak menunjukkan tanda tanda akan membuka matanya. Meski seluruh organ vitalnya stabil tapi aku selaku ibunya hanya ingin ia membuka matanya dan menyapaku lagi.". Mata nyonya min menggenang air mata menceritakan tentang kondisi putranya.

"Aku berharap keputusanku kali ini akan membawa satu keajaiban pada putraku." Nyonya min menghela nafasnya untuk meredakan kesedihannya. Pasti hari hari menunggu putranya untuk terbangun dari koka amat sangat menekan batin nya.

"Aku tau, sebagai sesama wanita kau mungkin tertekan dengan perjodohan dadakan ini. Tapi Umjiya....." nyonya min mengalunkan suaranya lembut.
"Ku mohon... kasihanilah putraku dengan membuka hatimu dan memberinya sedikit rasa cinta".

Oh... tuhan aku sungguh tak tau harus mengatakan apa. Yang ada di hadapanku ini bukanlah wanita sosialita dengan semua perhiasan mewah dan juga fashion branded yang mahal melainkan seorang ibu yang menyayangi putranya. Lalu aku bisa apa? Selain terhanyut dalam rasa cinta nyonya min yang dalam.

"Dia telah tidur terlalu lama. Hingga 5 tahun tapi ia masih betah dengan dunia mimpi dan enggan terbangun."

5 tahun? Jadi pria itu, yang belum ku tau wajahnya itu, yang akan menikah dengan ku itu sudah koma selam 5 tahun. Sejauh ini yang aku tau mengenainya hanyalah namanya, min yoongi.

"Kau tau dia kecelakaan dan kepalanya terbentur. Waktu itu ia akan menikah. Tapi kecelakaan itu membatalkan pernikahannya. Sedangkan wanita yang akan menikah dengannya itu tak sanggup menunggu lagi. Dia sudah menikah setahun yang lalu. Ya... aku tidak mungkin memaksanya untuk menunggu bukan? Wanita itu berhak melanjutkan kebahagiaannya." Jelas nyonya min panjang. Satu hal yang aku tau lagi, min yoongi koma karena kecelakaan.

"Kami akan memberimu kesempatan untuk memilih sekarang. Apakah kau mau menerima perjodohan ini atau menolaknya. Karena kalau kau menerimanya, maka kau tak boleh mundur." Itu tuan min buka suara setelah sejak tadi hanya menyimak penuturan dari istrinya.

Menolak? Bolehkah? Tentu saja aku akan menolak jika tidak mengingat kesepakatan itu. Tapi apa aku punya pilihan lain selain menerima?.

"Aku menerima perjodohan ini tuan". Ucapku mantap.

"Baiklah. Terima kasih, ku harap kau adalah pilihan yang terbaik". Kata tuan min menutup perbincangan ini.

Selanjutnya, kami hanya melanjutkan makan dalam diam. Sepanjang kami makan pikiran ku hanya berkelana pada satu nama itu saja. Min Yoongi. Seperti apa kah ia? Baik kah? Apa yang ia kerjakan sebelum koma? Tampankah? Berapa usianya?. Semua pertanyaan itu terlintas di pikiranku tapi aku tak berani menanyakannya pada tuan dan nyonya min. Aku merasa akan tidak sopan jika aku terlalu banyak ingin tau.

Min Yoongi .... siapa pun dirimu, ku harap kau menerima kehadiranku dalam mimpi mimpi panjangmu itu sebentar lagi.





-tbc-

-jangan lupa vote dan komen ya. Untuk typo abaikan 😂😂😂-

dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang