penawaran

165 26 0
                                    

Author POV

Seperti pagi pagi biasa, keluarga yang hanya terdiri dari putri dan ayah itu duduk menikmati sarapan mereka.

Hening...
Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring piring di meja makan itu.

"Ekhem ekhem". Tuan kim berdehem untuk meredakan sedikit kecemasannya pagi ini.
Di tatapnya putri nya yang masih setia dengan sarapannya.

"Hmmm.... Umjiya" tuan kim membuka suaranya lembut untuk mengalihkan perhatian Umji, putri semata wayangnya.

"Nde appa? Ada apa?". Umji menatap sang ayah yang kini terlihat kurus dan berantakan. Dalam hatinya ia selalu merindukan penampilan ayah nya yang dulu. Gagah dan fresh.
Ahh.... rasanya matanya memanas jika mengingat penderitaan yang di lalui oleh pria dihadapannya ini.

Penghianatan sang istri. Mungkin lebih tepatnya sang mantan istri. Dan kebangkrutan karena hutang yang bahkan ia sendiri tidak pernah melihat apa lagi menikmati uang tersebut.

"Appa......". Lembut dan pelan suaranya karena sang ayah terlihat menunduk lesu dan terlihat ragu dengan apa yang akan ia sampaikam.

Umji pun menghentikan sarapannya kemudian berdiri dan berjalan ke arah ayah nya. Ia memegang pundak sang ayah dan mengelusnya lembut. Berharap pria itu sedikit mengurai beban di pundaknya itu melalui sapuan lembut tangan putrinya.

"Apa yang ingin appa bicarakan. Bicara lah appa. Aku akan dengar kan apa pun itu". Umji membujuk dengan lembut.

"Umjiya... Hhaahh". Tuan kim menghela nafasnya berat.
"Kau tau,kemarin appa bertemu dengan teman lama appa". Tuan kim menjeda sebentar. Lalu mendongak menatap putrinya yang kini telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan lemah lembut.
"Duduk lah". Tuan kim meminta putrinya duduk di kursi di sampingnya kemudian ia menggenggam tangan sang putri.

Umji duduk dan tatapannya tertuju pada genggaman tangan ayah nya pada tangannya yang membuatnya tersenyum.

"Mungkin karna kami dulu adalah teman akrab, tanpa sadar appa menceritakan permasalahan appa padanya". Lanjut tuan kim yang terdengar seperti ungkapan keputusasaan dari seorang ayah di telinganya.

"Kau tau, sepanjang appa bercerita teman appa itu menyimak dengan serius"

"Teman appa pastinya orang yang baik". Timpal umji

"Yah... dia baik. Dan ternyata dia juga tengah mengemban satu masalah".lanjut tuan kim.

"Masalah?". Umji mengkerutkan keningnya.

"Ya... seperti yang pernah appa bilang semua orang di dunia ini mengemban masalah masing masing. Ada yang berat ada yang ringan".

Umji tersenyum lembut. Ia teringat setiap dulu ia mengeluh tentang masalah pelajaran sekolah dan teman teman nya yang usil sang ayah akan mengulang kalimat ini. Masa masanya yang indah ketika keluarganya utuh kini seperti menguap tak berjejak.

"Putanya sakit, dan itu membebaninya. Dia ingin putranya kembali pulih. Ya... kami saling berbagi masalah kami, kami larut dalam perbincangan itu. Hingga ia memberi appa satu penawaran". Tuan kim kini menatap putrinya dengan tatapan yang sulit di artikan. Seperti tatapan sendu dan juga ketidakrelaan?

"Penawaran?". Umji semakin mengernyitkan keningnya.

"Teman appa itu, tuan min. Dia akan melunasi semua hutang appa".
"Jinja?". Seketika mata Umji melotot mendengar kalimat yang terkesan tidak mungkin itu. Ayolah hutang ayah nya itu tidak sedikit. Well... atau mungkin tuan min ini kaya raya jadi angka itu bukan masalah bagi nya? Begitukah?

"Yah... dia akan melunasinya dengan satu syarat". Tuan kim kini menghela nafasnya pasrah.

"Syarat? Apa syaratnya?"

"Dia meminta appa memberikan mu untuk dijadikan istri bagi putranya". Tuan kim tertunduk lesu.
Sementara Umji masih terlihat terkejut dan mencerna kalimat tersebut.

"Meski pihak bank memberi kita keringanan hingga akhir tahun ini, tapi kau dan appa tau kalau kita sudah tidak punya apa apa lagi Umji-ya". Tuan kim sudah berkaca kaca. Ia merasa telah sepenuhnya gagal dalam memberikan kehidupan yang layak untuk putrinya.

"Jika tuan min itu mampu untuk membayar hutang kita. Kenapa ia ingin aku yang jadi menantunya appa? Bukankah ia bisa mencari wanita berpendidikan tinggi yang jauh lebih baik untuk istri putranya?". Tutur Umji panjang karena ia bingung. Kenapa harus dia? apa istimewanya dia?

"Tuan min dan istrinya itu adalah teman ayah dulu. Mereka ingin mengikat tali persaudaraan dengan kita"
Umji hanya menyimak penuturan sang ayah. Jika mereka teman ayah nya pastinya ayahnya tau jika mereka adalah orang baik. Tentu ayah nya tidak akan membuat kesepakatan yang buruk untuknya kan?

"Aku hanya ingin jadi putri yang akan memberikan appa kehidupan yang jauh dari kecemasan. Aku hanya ingin appa menghabiskan hari tua appa dengan bahagia. Hanya itu.... "
Mereka berdua sama sama diam.

"Aku terima appa". Kata itu meluncur setelah ia memikirkan nya sesaat.

Menikah? Ya hanya menikah. Maka ia hanya akan menjalaninya. Yang penting baginya, ayahnya akan terbebas dari jerat hutang yang mengganggu tidur nyenyaknya tiap malam. Yang menghapus senyum di wajah sang ayah. Maka ia rela untuk menikah dengan putra dari tuan min itu. Meski atas dasar terdesak. Ia rela.

"Tapi Umji-ya...." keluh tuan kim. Seolah ada ketidak yakinan yang mengganggu nya mengenai hidup anak gadisnya kelak.

"Gwenchana appa. Ijin kan aku berbakti. Aku akan menikah. Dan appa akan terbebas dari hutang." Lanjut Umji mencoba meyakinkan ayahnya pada keputusannya.

"Tapi Umji, putra tuan min itu.....

Terbaring koma".

"Nde?".

-tbc-

Hai.... 😃

Ini cerita aku yang baru. Baru aja nemu ide nya trus langsung buat jadi cerita. 😊

Aku tau cerita yang sebelumnya "make me love you" itu gak update update soalnya aku stuck. Ga tau mau nulis ceritanya kayak gimana lagi 😅😅

Jadi pas ide ini meluncur di kepala langsung buru buru buat nulis.😁

Semoga kalian suka ya...😊😊

Ramaikan vote dan koment nya...😂😂

dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang