Malam begitu pekat Angin berhembus kencang membawa udara dingin menggigilkan. Saat ini Rangga tengah berdiri tegak di tengah-tengah halaman rumah Ki Kusha yang cukup luas. Di depannya, berdiri sekitar enam orang wanita berbaju merah dengan sabuk kuning keemasan. Masing-masing menyandang sebilah pedang yang bergagang kepala tengkorak di punggung. Tampak dua orang gadis berwajah cantik berdiri paling depan.
Sudah bisa ditebak, kedua gadis yang berdiri paling depan adalah Wilastri dan Karina. Sedangkan empat wanita lagi yang berada di belakangnya sudah dikenali Rangga. Merekalah yang siang tadi sempat diperdaya Pendekar Rajawali Sakti. Rupanya, mereka mengadu, dan kini datang kembali untuk membuat perhitungan. Apalagi, kini ada dua orang yang memiliki kepandaian lebih tinggi. Dan Rangga sudah menduga semua itu.
"Rupanya kau memiliki nyali besar juga, Kisanak," ketus nada suara Wilastri.
"Siapa namamu?" selak Karina membentak.
"Untuk apa kau tahu namaku?" sambut Rangga sinis.
"Sombong!" dengus Karina sengit.
"Sebaiknya, kalian angkat kaki dari sini. Aku malas berurusan dengan gadis-gadis macam kalian!" kata Rangga sinis.
"Keparat! Kau belum tahu siapa kami, heh?! Sekalipun kau tampan seperti pangeran, nyawamu berada di ujung pedang, tahu!" bentak Wilastri panas.
"Aku hanya punya nyawa satu. Tapi, cukup untuk membungkam mulut kalian yang nyinyir!"
"Setan alas! Kurobek mulutmu, Keparat!" Karina tidak bisa lagi menahan diri, sehingga langsung berteriak keras dan melompat menerjang. Diberikannya dua pukulan beruntun yang begitu cepat disertai pengerahan tenaga dalam cukup tinggi.
Tapi, Rangga hanya menggeser kakinya sedikit sambil memiringkan tubuh, maka serangan Karina lewat begitu saja tanpa mengenai sasaran.
"Bagus! Rupanya kau punya mainan juga, Pemuda Tampan!" dengus Karina sambil bersiap menyerang kembali. "Tahan seranganku! Hiyaaat..!"
"Hup!" Sret!
Karina tidak tanggung-tanggang lagi. Langsung pedangnya dicabut, dan dikibaskan cepat ke arah kaki Pendekar Rajawali Sakti. Namun dengan sigap, Rangga melompat. Kemudian, kakinya melayang mengarah ke kepala. Karina terpekik terkejut. Buru-buru kepalanya merunduk, menghindari sepakan kaki itu. Dan belum lagi sempurna menarik tubuhnya ke belakang, Rangga sudah menggedor dadanya dengan satu pukulan keras.
"Akh...!" Karina kembali memekik tertahan. Tubuhnya terhuyung ke belakang. Meskipun tadi Rangga tidak mengerahkan tenaga dalam, tapi gedoran itu cukup membuat dada Karina sesak juga. Wajahnya merah padam menahan marah. Kembali gadis itu bersiap menyerang. Dan pada saat itu, Wilastri sudah mencabut pedangnya diikuti empat gadis lain. Mereka langsung mengurung Pendekar Rajawali Sakti.
"Hm...," Rangga menggumam tidak jelas. Dari sudut matanya, Pendekar Rajawali Sakti memperhatikan setiap gerak gadis-gadis cantik yang mengepungnya. Rangga mempersiapkan diri menggunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'. Dia juga siap-siap dengan perubahan cepat, menuju jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
"Hiyaaa...!" "Yeaaat..!"
Teriakan-teriakan keras terdengar, disusul berlompatannya keenam gadis berbaju merah itu. Pedang mereka berkelebatan langsung, mengurung Pendekar Rajawali Sakti.
Begitu cepat serangan mereka, tapi sayangnya Rangga sukar didekati. Jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' memang sangat ampuh. Gerakan kakinya begitu lincah, diimbangi tubuh yang meliuk-liuk lentur bagai belut. Serangan yang datang dari enam jurusan, tidak satu pun mengenai sasaran. Bahkan sekali-sekali Rangga membalas dengan pukulan-pukulan mautnya.
Jurus demi jurus terlampau dengan cepat. Tidak terasa, enam orang pengikut Ratu Bukit Brambang itu sudah menghabiskan sepuluh jurus. Tapi, Pendekar Rajawali Sakti hanya menggunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' yang diseling jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'. Hanya dengan dua jurus saja, enam orang gadis itu sukar mendesak. Lebih-lebih berharap menjatuhkannya. Menyentuh ujung rambutnya saja, tidak ada yang mampu.
"Jebol...!" Tiba-tiba Rangga berseru keras. Tangan kanannya cepat mengibas ke samping. Pada saat itu, satu orang penyerangnya sudah melompat sambil mengibaskan pedang ke arah leher. Tapi, kibasan tangan Rangga yang begitu cepat, tidak bisa dihindari lagi.
Gadis itu memekik keras, dan tubuhnya kontan terlontar sejauh dua batang tombak ke belakang. Belum lagi hilang jeritan itu, Rangga sudah cepat memutar tubuhnya. Kakinya langsung melayang deras menghantam dada seorang lagi, disusul sodokan tangan kiri yang masuk telak ke perut seorang lagi.
Dua orang langsung menggeletak mengerang kesakitan. Pendekar Rajawali Sakti kemudian cepat melenting ke atas, lalu meluruk dengan kaki bergerak bagai kilat. Kini, Rangga mengerahkan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'.
"Aaa...! Satu jeritan melengking tinggi terdengar, begitu ada suara sesuatu yang berderak bagai sebuah benda keras retak. Tampak salah seorang dari gadis itu menggelimpang sambil memegangi kepalanya. Darah mengucur dari kepala yang pecah.
Rangga melentingkan tubuhnya kembali ke atas, dan hinggap di tonggak kayu yang menjadi pembatas halaman rumah Ki Kusha dengan jalan.
"Satu peringatan buat kalian! Cepat tinggalkan tempat ini, sebelum aku haus darah kalian!" bentak Rangga dingin.
Wilastri dan Karina saling berpandangan sejenak. Kemudian, mereka mengedarkan pandangan pada empat tubuh yang menggeletak. Satu orang jelas sudah tewas. Sedangkan yang lainnya masih merintih kesakitan. Kedua gadis itu memasukkan kembali pedangnya, kemudian bergegas melompat pergi tanpa menghiraukan teman-temannya. Ketiga gadis yang tertinggal, berusaha bangkit meskipun harus menahan sakit. Mereka segera menyarungkan senjatanya kembali, dan menggotong yang tewas dengan kepala hancur.
Rangga masih berdiri tegak di atas tonggak bambu. Diperhatikannya gadis-gadis yang melangkah tergesa-gesa membawa mayat temannya. Pendekar Rajawali Sakti baru melompat turun setelah gadis-gadis itu tidak terlihat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
81. Pendekar Rajawali Sakti : Ratu Bukit Brambang
ActionSerial ke 81. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.