Part 02 - Calon Suami

18.7K 1.1K 39
                                    

Harap maklum ya kalo ada kata ataupun kalimat yang seharusnya diitalic, malah gak keitalic sama sekali. Soalnya ini salinan dari note hp, bkn salinan dari word yg udah diedit kayak versi novel :)

_

02 - Calon Suami

Setiap pagi, gue sering diantar Papa pergi ke Joy Ceramics. Kalau bukan Papa, biasanya gue nebeng sama Bang Raka, itu pun kalau dia sedang menginap di rumah. Tapi, kadang-kadang gue juga diantar oleh supir pribadinya Mama yang bernama Pak Jamal.

Itu semua dilakukan karena gue yang enggak bisa mengendarai kendaraan jenis apa pun. Baik motor, maupun mobil. Gue memang payah dalam urusan berkendara.

Namun, hal yang enggak gue duga begitu selesai menyantap menu sarapan buatan Mama, adalah Nolan yang akan mengantar gue pergi bekerja, dan gue enggak boleh menolak. Karena Ibunda Ratu sudah bertitah.

“Pagi-pagi kok kamu udah cemberut begitu sih, Re?” Nolan langsung bertanya begitu mobil yang dikendarainya sudah mulai berjalan, dan menjauhi area pekarangan rumah.

“Badmood kali,” jawab gue sekenanya.

Saat melihat Nolan tadi, sepaket dengan sapaan dan juga senyum cerianya, mood gue memang langsung terjun bebas. Bahkan Mama sempat berbisik di telinga, “Kamu jangan begitu dong sama Calon Suami.”

Errr.... Calon Suami. Gue langsung merinding gara-gara ucapan Mama tadi. Memangnya kapan sih gue bilang kalau gue setuju buat nikah sama Nolan?

Tapi, lo juga enggak nolak, 'kan? Sisi lain dari diri gue seolah sedang berbisik.

Sial. Gue lupa. Seharusnya gue enggak diam saja, ‘kan? Hal itu malah membuat gue terlihat pasrah, dan menerima saja.

Oke! Gue harus bilang sama Mama. Bila perlu gue bilang sekarang sama si Kampret Nol—

“Kamu kenapa lihatin saya begitu? Pagi ini saya cakep banget ya?” Nolan terkekeh sendiri.

Idih! Percaya diri sekali.

Gue kontan mendengkus, dan mengalihkan pandangan ke arah jendela mobil. Lalu suara tawanya mulai mengudara, dan mengisi gendang telinga.

“Saya cuma bercanda, Re.”

Gue memilih untuk enggak membalas ucapannya barusan.

“Kamu sudah sarapan?” tanyanya saat di lampu merah.

Gue cuma menganggukkan kepala dengan pandangan yang lurus ke depan.

“Kamu kenapa? Kok kayaknya enggak suka banget sama saya.”

Gue bisa mendengar nada sedih di dalam suaranya. Sehingga gue melirik dia sekilas, tapi enggak kasih jawaban apa-apa.

“Apa saya udah buat salah sama kamu?” Kali ini suaranya terdengar lebih lembut dari sebelumnya. “Kalau gitu, saya minta maaf ya.”

Kemudian mobil yang kami tumpangi kembali berjalan ketika lampu merah sudah berubah.

“Gue mau batalin perjodohan ini.”

Something About You (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang